Benarkah Jamu Tradisional Bisa Tangkal Covid-19?

Benarkah Jamu Tradisional Bisa Tangkal Covid-19?
Kewaspadaan pada virus corona (COVID-19) membuat masyarakat mulai mencari berbagai pengobatan alternatif guna menangkal penyebaran virus tersebut, termasuk dengan mengonsumsi obat hingga jamu tradisional.
Namun, timbul pertanyaan apakah benar jamu tradisional yang terbuat dari rempah-rempah dapat menangkal virus tersebut?
Dokter Clarin Hayes saat ditemui di Jakarta, mengatakan bahwa hingga kini masih belum ditemukan obat tertentu yang bisa menangkal atau bahkan menyembuhkan penderita dari virus tersebut, termasuk jamu. "Kalau ada rumor obat tradisional, jamu, dan sebagainya, hingga sekarang, setahu saya belum ada gold standard (patokan resmi) untuk membunuh virus ini. Belum ada standarnya," kata Clarin.
"Mungkin di orang A minum jamu bisa ampuh (jadi lebih sehat), tapi kita enggak bisa sama ratakan karena memang belum ada standarnya," ujarnya menambahkan.
Lebih lanjut, dokter muda yang juga aktif sebagai pembuat konten kesehatan di YouTube itu menegaskan bahwa COVID-19 dapat disembuhkan, karena sifat virus yang merupakan penyakit yang dapat disembuhkan sendiri (self-limiting disease).
Penyembuhan dari tubuh sendiri dipengaruhi dari sistem imun tiap individu. Imunitas individual pun dapat dibentuk melalui makanan dan minuman bergizi yang dikonsumsi. "Virus adalah self-limiting disease, sehingga yang bertugas menyembuhkan dari virus adalah sistem imun kita sendiri. Apapun yang kita konsumsi, selama dia bisa membantu sistem imun kita, maka bisa membantu mempercepat proses penyembuhan," kata Clarin.
"Tapi bukan dia yang mematikan virusnya, karena ini bukan bakteri. Bakteri bisa mati lewat antibiotik. Kalau ini (virus), yang bisa kita lakukan, adalah kita fokus ke sistem imun kita," ujarnya menambahkan.
Lebih lanjut, beberapa hal yang dianjurkan untuk menjaga imunitas tubuh adalah seperti aktivitas fisik seperti olahraga, memakan buah dan sayur, serta tidak merokok dan meminum alkohol.
Tak lupa, dokter kelahiran Surabaya itu juga mengatakan untuk menjaga kebersihan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan di bawah air mengalir, serta tidak terus menerus menggunakan hand sanitizer.
"Karena hand sanitizer adalah pelengkap, kalau lagi kepepet kita enggak ketemu air dan sabun. Kalau dipakai terlalu sering bisa membunuh kuman baik di tubuh kita, harus kita jaga keseimbangan," ujarnya. "Tak lupa juga etika batuk dan bersin yang baik. Kalau tidak bawa sapu tangan dan tisu, bisa ditutup dengan lengan. Tujuannya agar droplet diserap sama kain, jadi virus dari kita enggak kemana-mana," pungkasnya.
Sementara Dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi, Frans Abednego Barus mengemukakan, berbagai jenis tanaman obat keluarga lebih berkhasiat menangkal serangan virus dibandingkan masker. "Sebenarnya banyak jenis tanaman obat keluarga (toga), di antaranya jahe merah, lengkuas, sereh, daun tembakau itu biasa kita gunakan, itu ramuan jamu silakan gunakan," katanya di Jakarta.
Dokter praktik di Rumah Sakit UKI, OMNI Pulomas dan Hermina itu menyebutkan bahwa fenomena memborong masker di tengah wabah corona (Covid-19) hanya sebagai obat "penenang hati". "Masker tidak ada gunanya, termasuk di kerumunan. Kalau disebut obat 'penenang hati', iya," katanya.
Frans mengatakan apapun ceritanya, masker tidak mungkin memproteksi kesehatan seseorang hingga 100 persen.
Penggunaan masker, kata Frans, efektif, mencegah kontaminasi virus sekitar 50 hingga 60 persen, tergantung jenisnya.
Namun masyarakat diimbau untuk lebih sering mengonsumsi obat-obatan jenis herbal seperti toga karena sebagian di antaranya telah teruji secara klinis berfungsi sebagai obat medis. "Gunakan yang sudah terbukti, seperti temu lawak sudah jadi obat atau di kita kenal curcuma. Tadinya bahan jamu gendong penambah nafsu makan, sekarang digunakan sebagai tablet nafsu makan," ujarnya.
Meski jenis tanaman herbal lainnya belum teruji secara medis memiliki khasiat obat, namun asupan makanan tersebut menjadi bagian dari kearifan lokal yang bisa diperhatikan khasiatnya dalam menambah daya tahan tubuh. "Imunos dan imboost itu sebenarnya herbal tapi impor. Itu bisa digunakan jauh lebih aman. Jangankan anda, dokter juga termasuk saya masih sering menggunakan," katanya.
Imunitas Tubuh
Sedangkan PT Bio Farma (Persero) terus melakukan edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan daya tahan atau imunitas tubuh guna mencegah penyebaran virus corona jenis baru (COVID-19). "Kami masih berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan, Sekarang kami lebih ke edukasi masyarakat terkait bagaimana meningkatkan daya tahan tubuh," ujar Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir di Jakarta.
Dia menambahkan bahwa pihaknya juga memberikan edukasi mengenai pola hidup sehat, dan menggunakan alat-alat bantu tertentu yang memang layak dipakai kepada masyarakat.
Terkait rencana untuk melakukan kampanye vaksinasi dalam rangka mencegah penyebaran COVID-19, Dirut Bio Farma itu mengatakan kampanye vaksinasi merupakan program pemerintah dan pihaknya akan mendukung hal tersebut. "Kalau untuk kampanye ini ada program pemerintah, kami ikuti Kemenkes katakan itu, kami akan dukung," kata Honesti Basyir.
Bio Farma memastikan stok vaksin untuk meningkatkan daya tahan tubuh khususnya dari ancaman penyakit influenza dalam kondisi aman mencukupi dalam rangka mencegah penyebaran virus corona jenis baru (COVID-19). "Ya kalau stoknya kami masih aman," ujar dia.
Dia menambahkan bahwa pihaknya memberikan imbauan kepada masyarakat untuk menjaga daya tahan tubuh.
Sebelumnya Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir memerintahkan BUMN farmasi untuk mempertahankan ketersediaan stok dan menjaga stabilitas harga cairan antiseptik di tengah merebaknya COVID-19.
BUMN farmasi juga diminta untuk mempertahankan ketersediaan stok dan menjaga stabilitas harga masker dam alat pelindung diri.
Perintah Menteri BUMN tersebut tertuang dalam Surat Edaran Nokor SE-1/MBU/03/2020 Tentang Kewaspadaan terhadap Penyebaran CoronaVirus Disease 2019 (COVID-19).
Salah satu maksud dan tujuan perintah Menteri BUMN tersebut adalah memperkuat business contingency plan untuk menjaga stabilitas dan keberlanjutan operasional maupun bisnis BUMN.
Menteri BUMN Erick Thohir juga mendorong BUMN farmasi yakni Bio Farma untuk mengembangkan COVID-19 dalam rangka mencegah penyebaran wabah virus tersebut.
Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga mengatakan bahwa BUMN farmasi ini akan bekerja sama dengan lembaga-lembaga riset kesehatan dan vaksin baik tingkat nasional maupun internasional, seperti Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Terkait hal ini, Bio Farma berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan Terawan Agus Purwanto terkait kemungkinan untuk meneliti sampel COVID-19 untuk membuat vaksinnya. (ant)

NERACA

 

Jakarta - Kewaspadaan pada virus corona (COVID-19) membuat masyarakat mulai mencari berbagai pengobatan alternatif guna menangkal penyebaran virus tersebut, termasuk dengan mengonsumsi obat hingga jamu tradisional.

Namun, timbul pertanyaan apakah benar jamu tradisional yang terbuat dari rempah-rempah dapat menangkal virus tersebut?

Dokter Clarin Hayes saat ditemui di Jakarta, mengatakan bahwa hingga kini masih belum ditemukan obat tertentu yang bisa menangkal atau bahkan menyembuhkan penderita dari virus tersebut, termasuk jamu. "Kalau ada rumor obat tradisional, jamu, dan sebagainya, hingga sekarang, setahu saya belum ada gold standard (patokan resmi) untuk membunuh virus ini. Belum ada standarnya," kata Clarin.

"Mungkin di orang A minum jamu bisa ampuh (jadi lebih sehat), tapi kita enggak bisa sama ratakan karena memang belum ada standarnya," ujarnya menambahkan.

Lebih lanjut, dokter muda yang juga aktif sebagai pembuat konten kesehatan di YouTube itu menegaskan bahwa COVID-19 dapat disembuhkan, karena sifat virus yang merupakan penyakit yang dapat disembuhkan sendiri (self-limiting disease).

Penyembuhan dari tubuh sendiri dipengaruhi dari sistem imun tiap individu. Imunitas individual pun dapat dibentuk melalui makanan dan minuman bergizi yang dikonsumsi. "Virus adalah self-limiting disease, sehingga yang bertugas menyembuhkan dari virus adalah sistem imun kita sendiri. Apapun yang kita konsumsi, selama dia bisa membantu sistem imun kita, maka bisa membantu mempercepat proses penyembuhan," kata Clarin.

"Tapi bukan dia yang mematikan virusnya, karena ini bukan bakteri. Bakteri bisa mati lewat antibiotik. Kalau ini (virus), yang bisa kita lakukan, adalah kita fokus ke sistem imun kita," ujarnya menambahkan.

Lebih lanjut, beberapa hal yang dianjurkan untuk menjaga imunitas tubuh adalah seperti aktivitas fisik seperti olahraga, memakan buah dan sayur, serta tidak merokok dan meminum alkohol.

Tak lupa, dokter kelahiran Surabaya itu juga mengatakan untuk menjaga kebersihan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan di bawah air mengalir, serta tidak terus menerus menggunakan hand sanitizer.

"Karena hand sanitizer adalah pelengkap, kalau lagi kepepet kita enggak ketemu air dan sabun. Kalau dipakai terlalu sering bisa membunuh kuman baik di tubuh kita, harus kita jaga keseimbangan," ujarnya. "Tak lupa juga etika batuk dan bersin yang baik. Kalau tidak bawa sapu tangan dan tisu, bisa ditutup dengan lengan. Tujuannya agar droplet diserap sama kain, jadi virus dari kita enggak kemana-mana," pungkasnya.

Sementara Dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi, Frans Abednego Barus mengemukakan, berbagai jenis tanaman obat keluarga lebih berkhasiat menangkal serangan virus dibandingkan masker. "Sebenarnya banyak jenis tanaman obat keluarga (toga), di antaranya jahe merah, lengkuas, sereh, daun tembakau itu biasa kita gunakan, itu ramuan jamu silakan gunakan," katanya di Jakarta.

Dokter praktik di Rumah Sakit UKI, OMNI Pulomas dan Hermina itu menyebutkan bahwa fenomena memborong masker di tengah wabah corona (Covid-19) hanya sebagai obat "penenang hati". "Masker tidak ada gunanya, termasuk di kerumunan. Kalau disebut obat 'penenang hati', iya," katanya.

Frans mengatakan apapun ceritanya, masker tidak mungkin memproteksi kesehatan seseorang hingga 100 persen.

Penggunaan masker, kata Frans, efektif, mencegah kontaminasi virus sekitar 50 hingga 60 persen, tergantung jenisnya.

Namun masyarakat diimbau untuk lebih sering mengonsumsi obat-obatan jenis herbal seperti toga karena sebagian di antaranya telah teruji secara klinis berfungsi sebagai obat medis. "Gunakan yang sudah terbukti, seperti temu lawak sudah jadi obat atau di kita kenal curcuma. Tadinya bahan jamu gendong penambah nafsu makan, sekarang digunakan sebagai tablet nafsu makan," ujarnya.

Meski jenis tanaman herbal lainnya belum teruji secara medis memiliki khasiat obat, namun asupan makanan tersebut menjadi bagian dari kearifan lokal yang bisa diperhatikan khasiatnya dalam menambah daya tahan tubuh. "Imunos dan imboost itu sebenarnya herbal tapi impor. Itu bisa digunakan jauh lebih aman. Jangankan anda, dokter juga termasuk saya masih sering menggunakan," katanya.


Imunitas Tubuh


Sedangkan PT Bio Farma (Persero) terus melakukan edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan daya tahan atau imunitas tubuh guna mencegah penyebaran virus corona jenis baru (COVID-19). "Kami masih berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan, Sekarang kami lebih ke edukasi masyarakat terkait bagaimana meningkatkan daya tahan tubuh," ujar Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir di Jakarta.

Dia menambahkan bahwa pihaknya juga memberikan edukasi mengenai pola hidup sehat, dan menggunakan alat-alat bantu tertentu yang memang layak dipakai kepada masyarakat.

Terkait rencana untuk melakukan kampanye vaksinasi dalam rangka mencegah penyebaran COVID-19, Dirut Bio Farma itu mengatakan kampanye vaksinasi merupakan program pemerintah dan pihaknya akan mendukung hal tersebut. "Kalau untuk kampanye ini ada program pemerintah, kami ikuti Kemenkes katakan itu, kami akan dukung," kata Honesti Basyir.

Bio Farma memastikan stok vaksin untuk meningkatkan daya tahan tubuh khususnya dari ancaman penyakit influenza dalam kondisi aman mencukupi dalam rangka mencegah penyebaran virus corona jenis baru (COVID-19). "Ya kalau stoknya kami masih aman," ujar dia.

Dia menambahkan bahwa pihaknya memberikan imbauan kepada masyarakat untuk menjaga daya tahan tubuh.

Sebelumnya Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir memerintahkan BUMN farmasi untuk mempertahankan ketersediaan stok dan menjaga stabilitas harga cairan antiseptik di tengah merebaknya COVID-19.

BUMN farmasi juga diminta untuk mempertahankan ketersediaan stok dan menjaga stabilitas harga masker dam alat pelindung diri.

Perintah Menteri BUMN tersebut tertuang dalam Surat Edaran Nokor SE-1/MBU/03/2020 Tentang Kewaspadaan terhadap Penyebaran CoronaVirus Disease 2019 (COVID-19).

Salah satu maksud dan tujuan perintah Menteri BUMN tersebut adalah memperkuat business contingency plan untuk menjaga stabilitas dan keberlanjutan operasional maupun bisnis BUMN.

Menteri BUMN Erick Thohir juga mendorong BUMN farmasi yakni Bio Farma untuk mengembangkan COVID-19 dalam rangka mencegah penyebaran wabah virus tersebut.

Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga mengatakan bahwa BUMN farmasi ini akan bekerja sama dengan lembaga-lembaga riset kesehatan dan vaksin baik tingkat nasional maupun internasional, seperti Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Terkait hal ini, Bio Farma berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan Terawan Agus Purwanto terkait kemungkinan untuk meneliti sampel COVID-19 untuk membuat vaksinnya. (ant)

BERITA TERKAIT

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…

BERITA LAINNYA DI

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…