Pasar IPO di Semester Pertama Masih Positif

NERACA

Jakarta – Potensi pasar initial public offering (IPO) di dalam negeri masih memiliki prospek positif di tengah ketidakpastian ekonomi global. Menurut PT Ernst & Young Indonesia sebagai perusahaan brand, marketing and communication dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin menyebutkan, pasar IPO masih positif di paruh pertama tahun ini.

Kendatipun demikian, di tahun 2020, ketegangan perdagangan antara AS, Cina dan Eropa; hasil dari Brexit; dan ketidakpastian sehubungan dengan stabilitas beberapa ekonomi Eropa akan memudar dan akan berdampak positif pada keseluruhan sentimen IPO khususnya diparuh kedua tahun ini. Kemudian dalam mendukung pertumbuhan pasar IPO, EY kembali menggelar program EY Indonesia IPO Masterclass.

Kata Sahala Situmorang, Patrner Transaciton Advisory Service EY Indonesia, melihat hasil riset global IPO tahun lalu, pihaknya menyakini dengan peluang Indonesia sebagai bagian dari rapid-growth market. Oleh karena itu, edukasi terkait proses dan tahapan-tahapan go-public menjadi penting seiring dengan tumbuhnya peminat IPO setiap tahunnya. “Kami turut mengundang stakeholder terkait seperti BEI, Investment Bank, Lawyer, dan perusahaan public relation sebagai guest speaker. Harapan kami, perspektif para guest speaker mengenai proses listing dapat membantu meningkatkan pemahaman dan kesiapan peserta untuk melantai di bursa,”ujarnya.

Disampaikannya, program EY Indonesia IPO Masterclass adalah bentuk kontribusi EY untuk terus mendukung pertumbuhan emiten dalam memajukan pasar modal di Indonesia. Berdasarkan hasil riset Global IPO Trends Report: Q4 2019, di tahun 2019 Bursa Efek Indonesia (BEI) berhasil menduduki peringkat ke-8 untuk jumlah IPO terbesar di dunia dengan total 54 emiten baru, setara 4,8% dari total jumlah IPO dunia.

Berbeda dengan sesi sebelumnya, IPO Masterclass kali ini terbuka untuk semua sektor atau industri. Diskusi pertama meliputi topik terkait dampak teknologi dan tantangan dalam mendapatkan saham. Pihak BEI turut berbagi topik baru seputar alternative non-equity listing options yang mencakup obligasi dan asset-backed securities. Terdapat total 37 peserta yang merupakan perwakilan direksi dan komisiaris perusahaan-perusahaan dari berbagai industri di Indonesia.

Sebagai informasi, tahun ini PT Bursa Efek Indonesia menargetkan jumlah perusahaan yang IPO setidaknya sama dengan realisasi pada tahun 2018 atau dua tahun lalu. Dimana minimal 57 perusahaan diharapkan bisa menjadi saham baru tahun ini. Kemudian untuk jumlah investor, BEI berharap ada penambahan minimal 20-25% pada Tahun Tikus Logam ini.

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…