Kemenperin Optimistis Kinerja Industri Manufaktur Bakal Melambung

Jakarta – Keseriusan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dalam mendorong industri manufaktur tidaklah main-main, salah satunya dalam meningkatkan kinerja industri manufaktur.

NERACA

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita optimistis kinerja industri pengolahan nonmigas masih fase ekspansi pada triwulan I tahun 2020. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah strategis guna memacu sektor manufaktur agar lebih berdaya saing global.

“Contoh upayanya adalah menjaga ketersediaan bahan baku untuk keberlangsungan produktivitas, seperti gas industri. Apabila gas industri ini tersedia dan didukung dengan harga yang kompetitif, kami meyakini industri akan bisa terbang tinggi,” kata Agus.

Agus juga menyebutkan, komoditas lainnya seperti garam dan gula masih banyak dibutuhkan oleh pelaku industri di dalam negeri. “Jadi, kebutuhan industri terhadap komoditas itu sebagai bahan baku memang nyata. Kalau terjamin pasokannya, tentu dapat meningkatkan utilitas,” ujar Agus.

Bahkan, menurut Agus, selama ini, Kemenperin terus mendorong peningkatkan kualitas produksi garam dan gula sesuai standar kebutuhan sektor industri. “Dengan begitu, Indonesia tidak perlu lagi impor untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri tersebut,” imbuh Agus.

Lebih lanjut, Agus menyampaikan, kinerja industri manufaktur di dalam negeri turut dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang mengalami tekanan. “Memang itu bagian yang tidak terpisahkan dari kondisi yang tengah dihadapi Indonesia ataupun global,” ungkapnya.

Agus menambahkan, pemerintah sedang mengajukan dua rancangan omnibus law ke DPR, yaitu yang terkait penciptaan lapangan kerja dan perpajakan. “Rancangan omnibus law itu ditujukan untuk memperkuat perekonomian nasional melalui perbaikan ekosistem investasi dan daya saing nasional. Langkah ini dibutuhkan khususnya dalam menghadapi ketidakpastian dan perlambatan ekonomi global,” papar Agus.

Terbukti, Agus menguraikan, berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI), ekspansi industri pengolahan diprediksi lebih tinggi pada kuartal I-2020. Hal ini terindikasi dari Prompt Manufacturing Index (PMI) yang diproyeksi oleh BI pada kuartal I-2020, akan meningkat menjadi 52,73% dibanding capaian indeks pada kuartal IV-2019 sebesar 51,50%.

“Sudah ada harapan dengan PMI yang mulai rebound ke atas, walaupun rebound-nya harus kami dorong lagi ke yang lebih tinggi,” papar Agus.

Menurut Agus, pemerintah tetap memberikan perhatian serius terhadap pembangunan industri nasional. Misalnya, langkah-langkah untuk meningkatkan investasi di Indonesia, mulai dilakukan dan menjadi salah satu fokus pada paket-paket kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan pemerintahan saat ini.

“Kita ketahui bahwa Bapak Presiden Joko Widodo memiliki latar belakang sebagai seorang industrialis, sehingga beliau memiliki komitmen dalam mendorong sektor industri dan memahami kebutuhan pelaku industri. Untuk itu, kita perlu optimistis terhadap upaya memacu perekonomian nasional,” tutur Agus.

Apalagi, Agus menegaskan, pemerintah telah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0 sebagai inisiatif untuk percepatan pembangunan industri memasuki era industri 4.0, dengan sasaran utama menjadikan Indonesia sebagai 10 negara ekonomi terbesar dunia pada tahun 2030.

“Ada tiga aspirasi utamanya, yaitu 10% kontribusi ekspor netto terhadap PDB, kemudian 2 kali peningkatan produktivitas terhadap biaya, dan 2% pengeluaran litbang (R&D) terhadap PDB,” tutur Agus.

Atas dara itulah, Agus mempunyai langkah strategis yang telah dijalankan guna meningkatkan daya saing sekaligus memperkuat strukturnya.

“Maka tidak salah apabila pemerintah sekarang fokus untuk menumbuhkembangkan sektor industri manufaktur,” kata Agus.

Lebih dari itu, Agus mengaku ada tiga sektor yang menjadi kontributor terbesar terhadap nilai ekspor tersebut, yakni industri makanan dan minuman yang menembus USD21,73 miliar, diikuti industri logam dasar sekitar USD14,64 miliar, serta industri tekstil dan pakaian jadi sebesar USD10,84 miliar.

“Oleh karena itu, sektor industri terus didorong untuk mampu meningkatkan nilai ekspor nasional, baik itu melalui peningkatan daya saing produk industri maupun perluasan pasar ekspor ke negara-negara tujuan ekspor baru,” tutur Agus.

Bahkan Agus optimis pada tahun 2019, ekspor produk industri menyentuh di angka USD123,7 – 129,8 miliar maka pada tahun 2020, ekspor produk industri bakal menembus USD136,3 – 142,8 miliar.

 

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…