Potensial Kerek Ekspor, IKM Gula Palma Dipacu Ciptakan Terobosan

NERACA

Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong Industri Kecil Menengah (IKM) nasional untuk melakukan terobosan agar memiliki daya saing yang tinggi baik di pasar dalam maupun luar negeri. Salah satu pengembangan yang dipacu adalah IKM gula palma, mengingat  Indonesia merupakan negara pengekspor utama komoditas tersebut di dunia.

“Pengembangan yang sedang dilakukan, yaitu berbasis sistem informasi terpadu pada proses bisnis baik internal (vertical integration) maupun eksternal (horisontal integration) pada pelaku IKM atau koperasi gula palma untuk dapat meningkatkan efisiensi dan kemudahan telusur,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih di Jakarta, Rabu (20/11).

Dirjen IKMA menyampaikan, rantai pasok gula palma mulai dari perajin sampai eksportir cukup panjang, sehingga mampu menyerap banyak tenaga kerja dan bisa mengurangi pengangguran. Dengan demikian, diharapkan pula berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan menggerakkan roda perekonomian di daerah.

Adapun sentra gula palma terbesar di Tanah Air berada di lima kabupaten, meliputi Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen (Barlingmascakeb). “Jumlah pengrajin gula terbesar di wilayah Barlingmascakeb mencapai 86.881 orang, di mana Kabupaten Banyumas menjadi kabupaten dengan jumlah pengrajin gula palma terbesar. Rata-rata perajin itu dapat memproduksi gula palma sebanyak 4,7 kilogram per hari yang berasal dari 16 pohon kelapa,” papar Gati.

Gati pun mengungkapkan, gula palma yang berbahan dasar gula kelapa merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekspor tinggi dan terus meningkat. Pada tahun 2017, ekspor gula palma mencapai 25 ribu ton dengan nilai USD42,6 juta, dan pada 2018 ekspor gula palma meningkat menjadi 35 ribu ton dengan nilai USD52,5 juta.

“Karena itu, untuk menjaga pasar utama dari negara pesaing yang sama-sama mengekspor komoditas tersebut, seperti Filipina dan Kamboja, Kemenperin terus mendorong para IKM ini agar memperhatikan kualitas gula palma dengan baik, sehingga tetap terjamin kualitasnya,” tegasnya.

Gati menuturkan, salah satu langkah strategis yang dilakukan oleh Ditjen IKMA Kemenperin untuk mendorong peningkatan kualitas gula palma di Tanah Air, yakni dengan menggelar kegiatan bertajuk ‘Workshop Pengembangan IKM Gula Palma Berbasis Sistem Informasi Terpadu di Purwokerto’.

Tujuan digelarnya kegiatan tersebut, untuk mengenalkan transformasi industri 4.0 kepada IKM gula palma dalam rangka meningkatkan daya saing gula palma Indonesia di pasar global utamanya dalam efisiensi dan traceability.

“Kami mengharapkan kegiatan ini dapat memberikan gambaran tentang transformasi industri 4.0 dan IKM gula palma memperoleh informasi yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang pada era Revolusi Industri 4.0 dan serta bagaimana tren pasar produk pangan di pasar regional dan global,” ujar Gati.

Pada acara workshop tersebut terdapat penyampaian tentang pembahasan proses bisnis dan sistem informasi di IKM gula palma yang dilakukan  Koperasi Serba Usaha (KSU) Nira Satria, sebagai salah satu pelaku dalam industri tersebut. Penyampaian materi dilakukan dengan melibatkan para akademisi, salah satunya oleh tenaga ahli dari AMIKOM Purwokerto.

Pada rangkaian kegiatan itu juga, sekaligus ada pembahasan dan masukan dari Tenaga Ahli Industri 4.0 agar ada gambaran yang diperoleh untuk menciptakan solusi sistem dan teknologi informasi yang dapat diimplementasikan di IKM gula palma baik pada rantai suplai maupun unit usaha IKM atau koperasi.

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian terus memacu tumbuhnya industri gula untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik sehingga dapat menurunkan ketergantungan terhadap bahan baku impor. Salah satunya memasok kebutuhan produksi di industri makanan dan minuman, yang selama ini menjadi sektor manufaktur andalan bagi perekonomian nasional melalui penerimaan devisa dari ekspor.

Berdasarkan data tren produksi dan konsumsi gula nasional, terdapat kesenjangan antara supply dan demand sehingga terpaksa kekurangan dipenuhi melalui impor. Terutama raw sugar atau gula kristal mentah, di antaranya untuk memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman

Produksi gula berbasis tebu pada tahun 2018 sebesar 2,17 juta ton, sementara kebutuhan gula nasional mencapai 6,6 juta ton. Saat ini, produksi gula nasional dipasok oleh 48 pabrik gula milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan 17 pabrik gula milik swasta.

 

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…