Penjualan Eceran Tumbuh Positif Meskipun Melambat - Survei Bank Indonesia

 

 

NERACA

 

Jakarta - Penjualan eceran pada September 2019 tetap tumbuh positif, meskipun melambat, tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) yang tumbuh 0,7 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan IPR Agustus 2019 sebesar 1,1 persen (yoy). Penjualan eceran yang tetap tumbuh positif ditopang oleh penjualan pada kelompok suku cadang dan aksesori dan kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya, kata Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) dalam info terbarunya di Jakarta, Rabu.

Dijelaskan, penjualan eceran diprakirakan akan kembali meningkat pada Oktober 2019. Hal ini terindikasi dari IPR Oktober 2019 yang diprakirakan tumbuh sebesar 2,9 persen (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh meningkatnya penjualan pada kelompok suku cadang dan aksesori, kelompok peralatan informasi dan komunikasi, dan kelompok makanan, minuman dan tembakau.

Hasil survei mengindikasikan tekanan kenaikan harga di tingkat pedagang eceran dalam tiga bulan mendatang diperkirakan akan meningkat. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) tiga bulan yang akan datang sebesar 153,1, lebih tinggi dibandingkan dengan IEH pada bulan sebelumnya sebesar 140,0, kata BI.

 

Optimisme Konsumen

 

Meskipun begitu, Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada Oktober 2019 mengindikasikan optimisme konsumen tetap terjaga, meskipun melemah, tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang tetap berada dalam zona optimistis atau di atas 100, yakni sebesar 118,4, meskipun lebih rendah dibandingkan IKK pada bulan sebelumnya sebesar 121,8.

 

Konsumen yang tetap optimistis itu ditopang oleh persepsi yang tetap positif terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi ke depan. "Hal itu tercermin dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi yang berada dalam zona positif, meskipun mengalami pelemahan," kata Departemen Komunikasi BI.

 

Dikatakan, Indeks Ekspektasi Konsumen yang menurun terutama disebabkan oleh indeks penghasilan dan indeks ketersediaan lapangan kerja yang lebih rendah. Sementara itu, Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi juga menurun, terutama disebabkan oleh penurunan indeks ekspektasi kegiatan usaha pada 6 bulan mendatang.

 

Hasil survei juga mengindikasikan tekanan kenaikan harga yang sedikit meningkat pada 3 bulan dan 6 bulan mendatang yakni Januari dan April 2020. Hal ini terindikasi dari Indeks Ekspektasi Harga 3 dan 6 bulan mendatang yang lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Tekanan kenaikan harga 3 bulan mendatang dipengaruhi oleh perkiraan permintaan barang dan jasa yang meningkat pada awal 2020. Sementara itu tekanan kenaikan harga 6 bulan mendatang diperkirakan dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan terhadap barang dan jasa menjelang bulan puasa pada akhir April 2020.

 

BERITA TERKAIT

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…