Garap Tambang Nikel - PP Presisi Tingkatkan Kontrak Berkelanjutan

NERACA

Jakarta – Memanfaatkan potensi kenaikan harga nikel sebagai bahan baku tenaga listrik yang tengah dikembangkan pemerintah, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membidik kontrak jasa pertambangan untuk nikel. “Ke depannya kami akan mengharapkan memperoleh kontrak mining services untuk nikel yang kini sedang booming,”kata Bambang Suyitno, Investor Relation PP Presisi di Jakarta, kemarin.

Melihat besarnya kebutuhan nikel di pasar, perseroan berencana untuk meningkatkan kontrak yang berasal dari sektor mining services secara berkelanjutan. Saat ini, anak usaha dari PTPP ini memiliki tiga kontrak coal hauling dan satu kontrak coal mining services untuk sektor batu bara.

Disampaikannya, sektor tambang sangat menjanjikan karena sumber daya yang melimpah di Indonesia. Selain itu, harga nikel berada dalam tren peningkatan seiring dengan kenaikan permintaan untuk bahan baku baterai kendaraan listrik. Di sisi lain, pasokan nikel ke pasar global akan menurun karena kebijakan percepatan pelarangan ekspor bijih nikel oleh pemerintah pada 2020 dari jadwal sebelumnya pada 2022.

PPRE memiliki startegi untuk meningkatkan kontribusi dari sektor non konstruksi. Hingga kini, kontribusi sektor konstruksi terhadap proyek yang didapatkan perseroan sebesar 99,1% dan sisanya 0,9% dari luar konstruksi. Menurutnya, kontribusi sektor non konstruksi akan diperbesar hingga 5%-10% dengan tujuan agar tidak terjadi ketergantungan pada sektor konstruksi demi menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan. Selain itu, sektor tambang juga akan membantu PPRE untuk meningkatkan proyek di luar induk usaha.

Selain dari potensi yang ada, ekspansi perseroan ke sektor tambang karena telah memiliki kapabilitas melalui entitas anak PT Lancarjaya Mandiri Abadi (LMA) sejak lama, bahkan sebelum turut berkecimpung ke sektor konstruksi.”Kami juga telah memiliki fleet/armada alat berat yang juga dapat digunakan untuk jasa pertambangan," kata Bambang.

Hingga Agustus 2019, PP Presisi membukukan nilai kontrak baru senilai Rp2,7 triliun. Perseroan tetap optimistis bisa mencapai target Rp5,8 triliun pada akhir tahun. Asal tahu saja, langkah PPRE untuk masuk ke penambangan nikel sejalan dengan tren harga logam ini yang sedang tinggi. Tahun ini, perseroan memprediksikan mengantongi laba bersih hingga Rp600 miliar. Prediksi itu naik dari target laba bersih 2019 yang disampaikan sebelumnya senilai Rp428,8 miliar tahun ini.

 

 

BERITA TERKAIT

Tumbuh by Astra Financial Raih 2,5 Juta Kunjungan

Pameran virtual pertama Astra Financial, Tumbuh by Astra Financial yang digelar dua pekan mencatatkan lebih dari 2,5 juta kunjungan konsumen.…

Berkolaborasi Wujudkan Mudik Sehat dan Aman

Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…

Gandeng Kerjasama Telkom - LKPP Rilis Sistem E-Katalog Versi 6.0 Yang Lebih Responsif

Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Tumbuh by Astra Financial Raih 2,5 Juta Kunjungan

Pameran virtual pertama Astra Financial, Tumbuh by Astra Financial yang digelar dua pekan mencatatkan lebih dari 2,5 juta kunjungan konsumen.…

Berkolaborasi Wujudkan Mudik Sehat dan Aman

Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…

Gandeng Kerjasama Telkom - LKPP Rilis Sistem E-Katalog Versi 6.0 Yang Lebih Responsif

Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…