INDI 4.0 Diharapkan Jadi Wadah Bangun Sinergi dan Kolaborasi

NERACA

Jakarta – Kementerian Perindustrian berharap Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) dapat menjadi wadah dalam membangun sinergi dan kolaborasi antar pihak untuk mempercepat proses transformasi industri 4.0, koordinasi antar pihak dalam proses tansformasi industri 4.0, serta jejaring dan kerjasama antar pihak dalam akselerasi proses transformasi industri 4.0.

Oleh karenanya, kegiatan Roadshow INDI 4.0 merupakan momen dan peluang bagi para pihak dalam SINDI 4.0 untuk dapat saling membangun kerja sama dan kolaborasi pada proses akselerasi transformasi industri 4.0.

“Ke depan, kami ingin semakin banyak aktivitas yang diselenggarakan dalam SINDI 4., seperti forum diskusi perkembangan industri 4.0, platform ekosistem industri 4.0, kuliah tamu antar industri dengan perguruan tinggi, pengembangan model bisnis baru, dan kegiatan-kegiatan lainnya, sehingga ekosistem ini semakin tumbuh dan berkembang dalam menyukseskan program making Indonesia 4.0,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Ngakan Timur Antara, disalin dari siaran resmi.

Dalam akselerasi implementasi industri 4.0, Ngakan menyadari pentingnya dukungan para pihak. Sinergi dan kolaborasi antar pihak merupakan kunci dalam implementasi industri 4.0. Industri 4.0 akan sulit terealisasi tanpa adanya sinergi dan kolaborasi para pihak.

“Di sinilah pentingnya kita untuk membangun ekosistem industri 4.0 ini. Beberapa negara lain saling bersinergi dan berkolaborasi dalam implementasi industri 4.0, baik pemerintah, pelaku industri, akademisi, R&D Center, technical provider, konsultan, dan tentunya financial actor,” sebut Ngakan.

Menurut Ngakan, pemerintah dapat menyiapkan regulasi dan kebijakan untuk percepatan implementasi industri 4.0. Sementara itu, para pelakuatau asosiasi industri melakukan journey transformasi Industri 4.0 di perusahaannya.

Sedangkan, bagi para akademisi dan institusi R&D menghasilkan SDM dan inovasi industri 4.0. Selain itu, para konsultan ahli dapat memberikan asistensi dalam proses transformasi industri 4.0, termasuk juga technical provider siap untuk menyediakan teknologi industri 4.0. “Dan yang tidak kalah penting, financial actor mendukung dalam akses investasi dan permodalan penerapan industri 4.0,” jelasnya.

Ngakan menambahkan, dalam upaya mendorong transformasi industri 4.0, hingga kini Kemenperin telah melakukan assessment terhadap 326 perusahaan manufaktur. Dari hasil penilaian tersebut, terlihat sejumlah perusahaan sudah siap menuju industri 4.0.

“Kami mengklasifikasikan menjadi tiga kelompok. Pertama, sebanyak 166 perusahaan memiliki rentang skor 1-2 atau 50,92%, yang menunjukkan kesiapan awal implementasi industri 4.0,” ungkapnya. Kelompok kedua, sebanyak 116 perusahaan industri memiliki rentang skor 2-3 atau 35,58% yang menunjukkan kesiapan sedang, dan sebanyak 22 perusahaan industri.

Kementerian Perindustrian telah melakukan pendampingan implementasi perdana industri 4.0 kepada 10 perusahaan manufaktur nasional. Upaya strategis ini untuk memacu daya saing global dan mendukung kesiapan transformasi ke era digital. Perusahaan-perusahaan tersebut diharapkan bisa menjadi percontohan di Indonesia. “Mereka mewakili lima sektor manufaktur yang mendapat prioritas pengembangan sesuai roadmap Making Indonesia 4.0,” kata Kepala BPPI.

Kesepuluh perusahaan itu adalah PT Belindo International Carpet, PT Biggy Cemerlang, PT Paragon Technology and Innovation, PT Dharma Precision Tools, PT Sanken, Nutrifood, PT Niramas Utama, PT Globalindo, Suzuki Indomobil, serta PT Sunindo Adipersada.

Di dalam peta jalan, disebutkan lima sektor manufaktur yang bakal menjadi andalan dalam penerapan industri 4.0 di Indonesia, yakni industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, serta industri elektronika. “Kelima sektor ini dinilai sebagai penyumbang besar hingga 60% terhadap PDB, nilai ekspor, dan penyerapan tenaga kerja,” ungkap Kepala BPPI.

Ngakan menjelaskan, guna mendukung pilot pendampingan transformasi industri 4.0 tersebut, pihaknya juga sudah memberikan bimbingan teknis kepada aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Kemenperin. Tujuannya agar mereka menjadi tim pendamping bersama para tenaga ahli atau expert. “Saat ini sudah sebanyak 100 ASN yang kami siapkan untuk menjadi tenaga pendamping,” ungkapnya.

Sebelumnya, Kemenperin telah meluncurkan Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) dalam rangkaian acara Indonesia Industrial Summit (IIS) 2019 pada April 2019 lalu.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…