Pemerintah Serius Atur Strategi Tekan Harga Tiket Pesawat

NERACA

Jakarta – Pemerintah sedang mengatur strategi untuk menekan harga tiket pesawat agar tidak terlalu tinggi sehingga masyarakat mampu membeli dengan harga yang proporsional. "Pemerintah sedang merancangnya," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution usai meresmikan MRO yang dikelola Lion Air Group dan Garuda Indonesia di Batam Kepulauan Riau, sebagaimana disalin dari Antara di Jakarta.

Menteri memastikan strategi yang akan diterapkan bersifat berkelanjutan, tidak hanya sementara. Ia mengatakan, dari seluruh komponen biaya industri penerbangan, 60 persennya adalah operasional, dan 50 persen dari operasional adalah belanja bahan bakar.

Karenanya pemerintah berupaya untuk mengefisiensikan belanja bakan bakar. "Tentu, saja kami siapkan, avtur sedang rancang bagaimana melakukan itu. Pemerintah sudah berbicara dengan Angkasa Pura," kata dia.

Solusi jangka panjang untuk bahan bakar adalah dengan mengupayakan green avtur yang terbuat dari CPO, sehingga harganya bisa relatif lebih murah. Kemudian, dari sisi biaya perbaikan dan perawatan pesawat, kini sudah berdiri Maintanance, Repair and Overhaul (MRO) yang dipercaya dapat menghemat pengeluaran perusahaan maskapai. Lalu dari sisi pengeluaran onderdil pesawat, pemerintah juga akan mengaturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama GMF AeroAsia, Tazar Marta Kurniawan mengatakan keberadaan MRO mampu menghemat devisa hingga 750 juta dolar AS dari pengeluaran pihaknya dari biaya perawatan dan perbaikan pesawat.

Senada dengan Garuda, Direktur Batam Aero Technic Lion Air Group I Nyoman Rai Pering mengatakan keberadaan MRO di Batam mampu menekan pengeluaran hingga jutaan dolar AS.

Dengan adanya penghematan pengeluaran, maka harga tiket pesawat ke depannya dapat ditekan. "Perawatan pesawat murah kami menjual tiket lebih murah sehingga makin banyak yang terbang. Perusahaan penerbangan makin tumbuh menyambung pulau-pulau. Indonesia menjadi tuan rumah untuk meraih pasar regional," kata dia.

MRO pesawat di Kota Batam, Kepulauan Riau, akan mampu menghemat devisa jutaan dolar AS. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution di Batam, mengatakan MRO atau perawatan dan perbaikan pesawat merupakan komponen biaya terbesar kedua di industri penerbangan, setelah bahan bakar.

Selama ini, kata Menteri, MRO pesawat penerbangan dalam negeri hanya mampu menyerap satu per tiga dari kebutuhan. Dan selebihnya dilakukan di luar negeri. "Kami tidak ingin itu berkelanjutan. Karenanya penting dan kami menyambut gembira atas kesepakatan yang sudah ditandatangani dan kami percaya ini akan segera terwujud," kata dia.

Lion Air Grup bersama Garuda Indonesia sepakat membangun MRO pesawat di Batam melalui Batam Aero Technic dan GMF. Direktur Utama GMF AeroAsia, Tazar Marta Kurniawan mengatakan keberadaan MRO mampu menghemat devisa hingga 750 juta dolar AS pengeluaran pihaknya dari biaya perawatan dan perbaikan pesawat.

Ia mengatakan kini GMF mampu melakukan perawatan kerangka dan mesin pesawat di MRO, termasuk yang akan dikembangkan di Batam. Selain menghemat devisa hingga ratusan juta dolar AS, keberadaan MRO di Batam mampu menyerap 643 tenaga kerja saat ini. Dan dalam rencana pengembangan lima tahun ke depan, MRO itu diperkirakan membutuhkan 2.783 tenaga inti teknisi.

Senada dengan Garuda, Direktur Batam Aero Technic Lion Air Group I Nyoman Rai Pering mengatakan keberadaan MRO di Batam mampu menekan pengeluaran hingga jutaan dolar AS. Dengan penghematan pengeluaran, maka harga tiket pesawat ke depannya dapat ditekan.

Menurut dia, perawatan pesawat murah kami menjual tiket lebih murah sehingga makin banyak yang terbang. "Perawatan pesawat murah kami menjual tiket lebih murah sehingga makin banyak yang terbang. Perusahaan penerbangan makin tumbuh menyambung pulau-pulau. Indonesia menjadi tuan rumah untuk meraih pasar regional," kata dia. Untuk tenaga kerja, ia mengatakan pihaknya menyerap sekitar 10.000 pekerja untuk MRO di Batam.

Di tempat yang sama, Menteri Perhubungan Budi Karya mengatakan, keberadaan MRO menandakan kepedulian maskapai penerbangan akan keselamatan penerbangan. Ia menegaskan, industri penerbangan bukan hal yang mudah, melainkan membutuhkan teknologi yang tinggi. Keberadaan MRO pesawat dibutuhkan untuk memastikan seluruh pesawat terbang dalam kondisi laik, dengan perawatan dan perbaikan yang dilayani di sana.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…