JICA Tak Ungkap Nilai Pinjaman Tambahan - Terkait Proyek MRT

Terkait Proyek MRT

 JICA Tak Ungkap Nilai Pinjaman Tambahan

 NERACA

Jakarta - Japan International Cooperation Agency (JICA) akan mengucurkan dana pinjaman tahap dua untuk mega proyek Mass Rapid Transit (MRT). Namun, berapa nilai total dana pinjaman tambahan masih belum diketahui.

 Direktur Utama PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, Tribudi Rahardjo menjelaskan, pinjaman kedua itu diperlukan untuk membangun rute utara-selatan yang membentang di jalur Lebak Bulus - Kampung Banda. “Sudah ada kesepakatan bahwa Jepang akan mendanai sampai Kampung Banda. Tapi untuk lengkapnya masih akan dituangkan dalam perjanjian,” ujar Tribudi di Jakarta, Kamis (10/2).

 Menurut Tribudi, jangka waktu pengembalian pinjaman tersebut mencapai 30 tahun dengan bunga rendah, sekira 0,2 % sampai 0,4 %. “Konsekuensinya, 30 persen pembangunannya menggunakan produk Jepang,” ucapnya.

 Sebelumnya JICA telah memberikan pinjaman senilai 120 miliar yen untuk proyek MRT tahap pertama, untuk rute Lebak Bulus - Bundaran HI. Pada tahap pertama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan membangun jalur MRT Utara - Selatan, dengan tahap pembangunan awal yaitu di jalur Lebak Bulus - Bunderan HI sepanjang 15,5 kilometer, dengan rincian: 10,5 kilometer di permukaan tanah dan 5 kilometer di bawah tanah.

 Proyek ini memerlukan dana hingga 144,322 miliar yen atau sekitar Rp15 triliun. Dana tersebut terbagi atas dana pinjaman sebesar 120,017 miliar yen dan sisanya 24, 305 miliar yen diambil dari APBN dan APBD. Sebanyak enam stasiun bawah tanah juga akan dibangun di sepanjang rute tersebut, yakni di Masjid Al Azhar, Istora Senayan (Ratu Plaza), Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, Bunderan Hotel Indonesia, dan tujuh stasiun elevasi, yakni di Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, H. Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja.

 MRT diharapkan mampu mengangkut 960 ribu orang per hari dengan headway (jarak waktu antar unit kereta) per lima menit. Target waktu perjalanan dari Lebak Bulus - HI adalah 30 menit. Diharapkan, pada 2016 moda transportasi massal ini sudah bisa beroperasi. **ruhy

 

 

BERITA TERKAIT

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…

BERITA LAINNYA DI

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…