Terkait Pertanian - Ancaman Gagal Panen Berpotensi Naikkan Harga Komoditas Pangan

NERACA

Jakarta – Gagal panen terancam akan terjadi pada komoditas pangan, terutama komoditas strategis seperti beras. Ancaman gagal panen tidak lepas dari adanya kekeringan akibat musim kemarau yang terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia. Untuk itu, pemerintah harus mewaspadai kemungkinan melonjaknya harga pangan.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Galuh Octania mengatakan, kekeringan menjadi ancaman yang menghantui kegagalan panen para petani dalam negeri. Kekeringan menyebabkan banyak petani yang memilih untuk tidak menanam demi menghindari kerugian. Ancaman gagal panen ini sebenarnya dapat diatasi jika pemerintah dapat belajar dari kesalahan masa lalu yang terus berulang. Memproduksi bahan pangan yang berlebih sebelum kekeringan terjadi mungkin saja dapat menjadi solusi untuk menyetok bahan pangan. Akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah bahwa bahan pangan merupakan bahan yang cepat busuk dan cepat berkurang kualitasnya jika disimpan dalam waktu yang lama.

“Masyarakat akan lebih memilih bahan makanan yang segar. Hal ini tentu menjadi potensi kerugian bagi para pedagang. Untuk itu, pemerintah dapat mengupayakan agar bahan pangan yang sudah diproduksi dapat tersebar secara maksimal, semisal saja dengan sistem pergudangan dengan teknologi yang baik untuk menyimpan makanan. Kerja sama pemerintah dengan sektor swasta dapat dilakukan untuk mengembangkan hal ini,” ungkap Galuh.

Ia pun menambahkan, pemerintah perlu menjalankan sistem pendataan bahan pangan yang terkoneksi antara satu institusi dengan institusi lainnya. Data yang terkoneksi dan akurat ini diperlukan untuk menentukan apakah stok bahan pangan masih cukup dan juga untuk pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan selanjutnya.

Keterjangkauan masyarakat dalam membeli bahan pangan yang murah merupakan hal yang penting. Harga pangan di Indonesia faktanya masih lebih mahal dari harga internasional, salah satunya disektor beras. Harga eceran beras Indonesia saat ini terendah bisa berada di level Rp 8.000,00. Sedangkan harga internasional hanya berkisar sekitar Rp 6.000,00. Hal ini dikarenakan panjangnya rantai distribusi beras untuk sampai ke konsumen. Petani dan konsumen merupakan pihak yang tentunya paling dirugikan dari tingginya harga pangan.

Pada akhirnya, di luar usaha pemerintah untuk mengatasi gagal panen di Indonesia, tindakan pencegahan harus diperhatikan agar kejadian kekeringan yang mengakibatkan melonjaknya harga pangan tidak terulang kembali. Keputusan untuk mengimpor pun seharusnya dilakukan jauh-jauh hari dan tidak bersamaan dengan waktu panen para petani.

Presiden Joko Widodo meminta kementerian dan lembaga mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasi risiko gagal panen sektor pertanian akibat musim kemarau. "Saya minta risiko terjadinya gagal panen bisa kita hindari," kata Presiden Jokowi.

Kepala Negara meminta suplai air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun suplai air pertanian tetap terjaga. "Kalau perlu kita lakukan modifikasi cuaca, pembangunan sumur bor," kata Presiden dalam rapat terbatas yang juga dihadiri Wapres M Jusuf Kalla.

Presiden mengaku mendapat laporan BMKG bahwa musim kemarau di 2019 akan lebih kering dan mencapai puncaknya pada bulan Agustus sampai nanti September. "Beberapa daerah di negara kita sudah mengalami keadaan 21 hari tanpa hujan, berarti statusnya waspada, 31 hari tanpa hujan berarti status siaga, dan juga 61 hari tanpa hujan, ini statusnya sudah awas," jelas Jokowi.

Ia menyebutkan kondisi itu sudah terjadi di beberapa provinsi di Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Bali, NTB, NTT. "Oleh karena itu saya minta para menteri dan kepala lembaga gubernur untuk turun melihat langsung ke lapangan dan segera melakukan langkah antisipasi, mitigasi terhadap dampak kekeringan ini," katanya.

Presiden juga meminta Menteri LHK memantau dan mengendalikan potensi titik panas yang ada. "Kita harapkan kebakaran hutan dan lahan gambut bisa kita antisipasi dan kita hindari," katanya.

Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumarjo Gatot Irianto menyebutkan terjadinya gagal panen atau puso terhadap lahan sawah pada musim kemarau pada tahun 2019 tidak akan mengurangi stok beras nasional.

"Ya sekarang saja kekeringannya kecil, mosok ribut stok beras. Sekarang harga beras murah, masih aman. Ini (pusonya) kecil sekali," kata Gatot. Kementan mencatat total luas kekeringan pada MK-2019 mencapai 102.746 ha dan 9.358 ha di antaranya mengalami puso.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…