INDUSTRI OTOMOTIF SAMBUT POSITIF PENURUNAN BUNGA - BI Prediksi Pertumbuhan Stagnan di Triwulan II

Jakarta-Kalangan industri otomotif menyambut positif penurunan suku bunga acuan. Pasalnya, penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia bisa berdampak pada penurunan bunga kredit mobil. Meski demikian, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2019 relatif sama dengan kondisi pertumbuhan triwulan sebelumnya.  

NERACA

"Bagus dong buat kita, senang kita. Tapi tidak mungkin (segera). Hari ini diumumin terus besok berbondong-bondong buat orang beli mobil, kan kita ada proses," ujar Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto, saat ditemui, di sela-sela pameran “GIIAS 2019” di Tangsel, Banten, Kamis (18/7).

Menurut dia, penurunan suku bunga kredit mobil baru akan terlihat dalam jangka waktu 3 bulan setelah suku bunga acuan BI diturunkan. Sebab perlu penyesuaian di level pelaku usaha. "Ya kalo menurut saya tidak mungkin cepat sekali, minimal 3 bulan. Karena dia masih pegang duit yang modalnya (cost of fund-nya) sekian," ujarnya.

"Kita musti liat, sekarang kan masih Juli. Jadi ya harapan kita mulai Juli ke atas. Ya kan? Ada pameran yang baru sekarang. Andai kata orang beli mobil sekarang pun delivery-nya mungkin baru Agustus. Jadi tidak mungkin diteken hari ini besok sudah di garasi," ujarnya seperti dikutip merdeka.com.

Meski demikian, dia mengatakan bisa juga penurunan terjadi lebih cepat sesuai dengan kondisi pasar. Jika satu pelaku usaha pembiayaan sudah menurunkan suku bunga, biasanya diikuti oleh yang lain.

Sebelumnya dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juli 2019,  memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%. Namun BI masih menahan suku bunga deposit facility di angka 5% dan lending facility 6,5%.

Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, penurunan suku bunga memang berdampak pada penurunan suku bunga pada surat utang negara (SBN). Kendati demikian, pihaknya memastikan bahwa imbal hasil yang diperoleh investor tetap akan tinggi.

"Kita meyakini dengan penurunan suku bunga, imbal hasil aset keuangan Indonesia masih sangat menarik, bahkan dengan suku bunga yang sekarang, ke depan masih ada ruang terbuka untuk kebijakan moneter yang lebih akomodatif," ujarnya, kemarin.

Pihaknya menegaskan, risiko outflow atau arus modal asing keluar dari ketetapan penurunan suku bunga acuan BI memang ada. Tetapi, faktor domestik terkait yield surat utang tenor 10 tahun masih lebih menarik dibandingkan negara-negara lain.

"Beberapa indikator adalah melihat imbal hasil dari Indonesia maupun luar negeri. Dan saya bisa bandingkan bagaimana US Treasury Yield, kami meyakini berinvestasi di portfolio Indonesia itu menarik jadi kestabilan eksternal kita itu dalam konteks balance of payment," tutur dia.

Dia pun menambahkan, BI ke depannya masih terbuka lebar untuk menerapkan kebijakan yang lebih akomodatif. Itu seperti penurunan suku bunga acuan, operasi moneter yang lebih ekspansif, dan penurun giro wajib minimun (GWM).

Selain itu, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II-2019 relatif sama dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan sebelumnya. Dengan konsumsi swasta tetap baik dan didukung keyakinan konsumen yang tetap terjaga.

Menurut Perry, sektor investasi bangunan juga tetap tumbuh stabil. Sementara itu, ekspor Indonesia diprakirakan tumbuh negatif dipengaruhi terbatasnya permintaan dunia dan turunnya harga komoditas akibat berlanjutnya ketegangan hubungan dagang, meskipun ekspor baja naik pada Juni 2019. "Dampak ketegangan hubungan dagang terhadap perlambatan ekspor juga terjadi di sejumlah negara," ujarnya.

Selanjutnya, Perry mengungkapkan ekspor yang kontraksi mendorong penurunan impor dan investasi nonbangunan yang tumbuh terbatas. "Ke depan, upaya untuk mendorong permintaan domestik, termasuk investasi, perlu ditingkatkan untuk memitigasi dampak negatif perlambatan ekonomi dunia," ujarnya.

Kendati demikian, secara keseluruhan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 berada di bawah titik tengah kisaran 5,0-5,4%. "Bank Indonesia akan menempuh bauran kebijakan dengan Pemerintah, dan otoritas terkait untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi," ujarnya.

Dari sisi kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II-2019 diprakirakan tetap terjaga sehingga menopang stabilitas eksternal Indonesia. Perkembangan ini ditopang surplus transaksi modal dan finansial yang lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya.

Aliran Modal Asing

Selain itu, aliran masuk modal asing dalam bentuk penanaman modal asing (PMA) dan investasi portofolio diprakirakan mencatat surplus cukup besar, didorong prospek perekonomian nasional yang baik dan daya tarik investasi aset keuangan domestik yang tinggi.

"Aliran masuk modal asing portofolio sampai dengan Juni 2019 (year to date) tercatat Rp 180 triliun atau US$9,7 miliar. Sementara itu, defisit transaksi berjalan diprakirakan melebar dipengaruhi kinerja ekspor barang dan jasa yang menurun, serta perilaku musiman terkait peningkatan kebutuhan repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri," ujarnya.

Sementara itu, perkembangan positif terlihat pada neraca perdagangan Indonesia Juni 2019 yang kembali mencatat surplus sebesar US$0,196 miliar, setelah pada bulan sebelumnya juga mencatat surplus US$0,22 miliar.

Selanjutnya, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2019 mencapai US$123,8 miliar, setara dengan pembiayaan 7,1 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

"Ke depan, defisit transaksi berjalan 2019 diprakirakan lebih rendah dari tahun 2018, yaitu dalam kisaran 2,5%-3,0% PDB. Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal, termasuk pada upaya mendorong peningkatan PMA," ujarnya.

BI juga optimistis kredit perbankan dapat tumbuh 10-12% pada tahun ini. Perkiraan tersebut berbeda dengan prediksi OJK yang telah merevisi target kredit perbankan dapat tumbuh 9-11% pada tahun ini.

Perry menjelaskan, pihaknya yakin atas target tersebut didasari dengan beberapa pertimbangan khusus, termasuk di dalamnya pertimbangan perihal kapasitas peminjaman oleh perbankan (bank capacity to lend). bari/mohar/fba

 

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…