Pertumbuhan Stagnan, Ekonomi Sulit Mapan

Oleh: Sarwani

Mentok, kata yang pas untuk menjelaskan  pertumbuhan ekonomi tahun ini. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional  (Bappenas)  memprediksi  ekonomi akan tumbuh paling banter 5,3 persen, tidak bisa lebih.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro sepertinya pasrah dengan pertumbuhan ekonomi. “Sulit sekali untuk bisa di atas itu.”

Pertumbuhan yang relatif minim itupun baru bisa dicapai jika pemerintah melakukan berbagai upaya perbaikan.  Kendala terbesar ada pada regulasi dan kelembagaan. Dua hal itu yang penting untuk segera dibenahi. Separah apa keduanya sehingga mendesak untuk dibereskan? Bukankah dua hal itu menyangkut masalah struktural yang butuh waktu lama, sementara kondisi ekonomi saat ini butuh jalan keluar yang cepat?

Aturan yang bejibun dan pelaksanaan regulasi dituding sebagai biang kerok keterlambatan pelayanan. Sebagai contoh, proses administrasi dan kepabeanan untuk kegiatan ekspor menghabiskan waktu rata-rata 4,5 hari.

Durasi pelayanan itu jauh lebih lama dari negara tetangga Singapura yang bisa menyelesaikannya dalam setengah hari saja. Vietnam dan Malaysia lebih lama dari Singapura, yakni 2 hari, tapi masih lebih cepat dibandingkan Indonesia.  Apakah ini membenarkan sindiran masyarakat selama ini: Kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah?

Birokrasi Indonesia dianggap belum andal untuk memudahkan investasi dan memperlancar arus perdagangan. Untuk memulai investasi di Indonesia dibutuhkan waktu rata-rata sekitar 19 hari. Di tambah  lagi biaya untuk memulai investasi pun lebih tinggi dibandingkan dengan negara tetangga. Lagu lama yang tak selesai-selesai dibenahi. Apakah hal ini terkait dengan mental birokrat atau tidak ada kemauan politik yang kuat dari pemerintah?

Pemerintah berharap pertumbuhan 5,3 persen masih bisa dicapai, sesuai dengan target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019. Namun target tersebut terancam tidak tercapai, menyusul tren pertumbuhan di paruh pertama tahun ini yang menunjukkan angka yang kurang menggembirakan. Akankah pertumbuhan justru lebih kecil dari target? Jika ya, berapa kisaran pertumbuhan yang riil nanti?

Pada triwulan I 2019 ekonomi hanya tumbuh 5,07 persen.  Bahkan Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan triwulan II 2019 hanya sebesar 5,07-5,1 persen. Masih adakah ruang untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi tumbuh lebih tinggi dari target APBN? Apa saja yang harus dilakukan? Kebijakan  apa yang harus disusun?

Apakah pelemahan perekonomian global yang menyebabkan kinerja ekonomi nasional tidak cukup baik, seperti dijelaskan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati? Apakah ada faktor lain yang dominan mempengaruhi ekonomi Indonesia? Bagaimana solusinya dalam jangka pendek, menengah, dan panjang? (www.watyutink.com)

BERITA TERKAIT

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…

BERITA LAINNYA DI Opini

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…