Tangani Bencana Kekeringan Air - ACT Distribusikan 50 Ribu Liter Air Bersih di Gunungkidul

Air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia untuk keberlangsungan hidup dan bayangkan bila kehidupan manusia tanpa air tentunya menjadi bencana alam yang sangat mengerikan. Kondisi inilah yang diderita sebagian masyarakat Indonesia yang mengalami kekeringan air. Sebut saja di daerah Gunungkidul, Yogyakarta yang krisis air menjadi bencana kemanusiaan yang tidak hanya merugikan secara ekonomi tetapi korban jiwa.

Berangkat dari kepedulia kemanusiaan guna meringankan korban krisis air, lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) mendistribusikan sebanyak 50 ribu liter air bersih ke Gunungkidul, Yogyakarta untuk mengurangi dampak kekeringan yang semakin parah melanda pulau Jawa dan Nusa Tenggara. Dalam kegiatan kemanusiaannya, ACT mengirimkan 50 ribu liter air bersih ke dua kecamatan, Girisubo dan Rongkop yang ada di Gunungkidul, Yogyakarta. Di dua kecamatan ini, air bersih didistribusikan ke empat desa yang mengalami dampak terparah kekeringan.

Koordinator Tim Program ACT DIY, Kharis Pradana dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin mengatakan, untuk memudahkan pendistribusian air bersih ke empat kecamatan, ACT menggunakan truk tangki yang dapat membawa lima ribu liter untuk sekali jalan. "Air bersih kemudian dipindah ke tandon yang telah disediakan di masing-masing desa,"ujarnya.

Dari distribusi air yang telah ACT berikan untuk masyarakat, sebanyak 520 warga menikmati air bersih tersebut. Mereka amat bersyukur karena dapat menggunakan air bersih yang diberikan untuk mandi, minum, dan lainnya selama beberapa waktu ke depan. Di Gunungkidul, air bersih tak hanya berdampak pada masyarakat saja, tapi juga lahan garapan pertanian. “Ratusan hektare lahan padi terancam mengalami puso di awal kemarau, air untuk kebutuhan konsumsi juga sulit didapatkan,” jelas Kharis.

Tidak berhenti sampai di situ, seiring meluasnya kekeringan, ACT juga mendistribusikan air bersih ke daerah Lombok, NTB, sebanyak 6.000 liter per harinya. Sejak pemulihan gempa, ACT terus menyuplai kebutuhan air untuk warga, khususnya pada dua daerah di NTB yaitu Desa Sajang dan Beluk Petung menjadi wilayah dengan tingkat kekeringan terparah saat ini. ACT NTB melalui Global Wakaf pun tengah memetakan penambahan lokasi pengeboran Sumur Wakaf.

Kepala Program ACT NTB Romi Saefudin mengatakan asesmen masih dilakukan di daerah Gunung Sari, Lombok Barat, dan Bayan, Lombok Utara, serta di beberapa wilayah Lombok Timur.”Sumur Wakaf ini akan dibangun untuk menyuplai kebutuhan air bersih warga. Untuk lokasi kekeringan yang tidak begitu parah akan disuplai dengan armada water tank sampai kondisi warga kembali normal,” kata Romi.

 

Perluas Sumur Wakaf

 

Program Sumur Wakaf pun akan diikhtiarkan menjangkau Bima, Dompu, dan Sumbawa. Sementara itu, ahli sains atmosfer Tri Wahyu Hadi mengatakan, secara umum, iklim di Indonesia, termasuk Lombok, dikendalikan oleh sirkulasi monsun Asia-Australia, yakni aliran udara atau angin di lapisan bawah atmosfer yang melintasi ekuator di atas Indonesia dan berganti arah tiap setengah tahun.

Selain perubahan curah hujan, dia menambahkan, ada peningkatan temperatur rata-rata hampir setiap bulan sebesar 0,5 derajat Celsius, sebagaimana dilansir dari laman, World Wide Fund. Sebagai informasi, sejumlah desa di Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, mulai mengalami krisis air bersih. Banyak sumber mata air mengering, sehingga warga memanfaatkan telaga bekas kolam pemancingan ikan.

Seorang warga dari Desa Ngestirejo, Kecamatan Tanjungsari, Sukarsiyem mengatakan, air bersih mulai sulit didapati. Tempat penampungan air juga mulai mengering."Air di sini (telaga) pakai untuk mandi, mencuci dan ternak atau menyiram tanaman," kata Sukarsiyem.

Kondisi air telaga tersebut tampak kotor, dan berwarna hijau karena bercampur dengan lumut. Namun warga terpaksa memakai air ini untuk memenuhi kebutuhan. Sedangkan untuk membeli air bersih, sebagian warga mengaku tidak mampu membayar. Untuk kapasitas 5.000 liter harus dibeli dengan harga Rp120 ribu. Sementara bantuan air bersih dari pemerintah daerah (pemda) tidak kunjung datang."Mahal kalau beli. Saya tidak mampu," ujar dia.

Sementara itu Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Edi Basuki mengatakan, dari 18 kecamatan hanya tiga kecamatan yang bebas dari kekeringan. Tahun ini sudah ada 5 kecamatan yang mengajukan bantuan droping air bersih. BPBD meminta kepada masyarakat yang kesulitan mendapatkan air bersih agar menghubungi BPBD. Mereka menyiapkan anggaran sebanyak Rp530 juta untuk droping air bersih, sehingga kebutuhan warga tak alami krisis air."Sudah ada lima kecamatan yang mengajukan bantuan droping air bersih," kata dia.

Kabupaten Gunungkidul, selama ini menjadi salah satu kabupaten di DIY yang kerap menjadi langganan kekeringan. Saat ini dari 18 kecamatan, setidaknya sudah ada 15 kecamatan yang warganya kesulitan mendapatkan air bersih. Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengakui, persoalan kekurangan air bersih yang dirasakan masyarakat Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tiap tahun sulit dicarikan jalan keluar lantaran membutuhkan biaya yang tidak murah."Kita tidak mudah mengalirkan air bersih. Kami hanya bisa membantu pembuatan PAM desa (Pamdes) bagi desa-desa yang memiliki sumber mata air untuk pembangunan jaringan sendiri," katanya.

Disampaikannya, biaya mengalirkan dan mengangkat sumber mata air bawah tanah di Gunungkidul cukup mahal. Hal itu pun masih perlu banyak mata air yang ditemukan untuk mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat Gunungkidul.

BERITA TERKAIT

Ikuti Instruksi Boikot dari MUI - Produk Terafiliasi Bisa di Akses Via Web dan Aplikasi

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan tidak punya otoritas mengeluarkan daftar produk terafiliasi Israel, namun tetap mendorong konsumen Muslim agar aktif…

Gelar Charity Program di Panti - Sharp Greenerator Tularkan Kepedulian Lingkungan

Membangun kepedulian pada lingkungan sejak dini menjadi komitmen PT Sharp Electronics Indonesia. Kali ini melalui Sharp Greenerator komunitas anak muda…

Melawan Perubahan Iklim dengan Sedekah Pohon

Momentum Ramadan sebagai bulan yang pernuh berkah tidak hanya menyerukan untuk berbagi kepada sesama, tetapi juga pada lingkungan. Hal inilah…

BERITA LAINNYA DI CSR

Ikuti Instruksi Boikot dari MUI - Produk Terafiliasi Bisa di Akses Via Web dan Aplikasi

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan tidak punya otoritas mengeluarkan daftar produk terafiliasi Israel, namun tetap mendorong konsumen Muslim agar aktif…

Gelar Charity Program di Panti - Sharp Greenerator Tularkan Kepedulian Lingkungan

Membangun kepedulian pada lingkungan sejak dini menjadi komitmen PT Sharp Electronics Indonesia. Kali ini melalui Sharp Greenerator komunitas anak muda…

Melawan Perubahan Iklim dengan Sedekah Pohon

Momentum Ramadan sebagai bulan yang pernuh berkah tidak hanya menyerukan untuk berbagi kepada sesama, tetapi juga pada lingkungan. Hal inilah…