Ekonomi Terjebak Situasi

 

Oleh: Ambara Purusottama

School of Business and Economic

Universitas Prasetiya Mulya

 

Perubahan situasi global membuat hampir semua negara menghadapi ketidakpastian, tidak terkecuali Indonesia. Beberapa indikator ekonomi saat ini cenderung bergerak fluktuatif seperti nilai tukar mata uang dan harga saham. Seperti diketahui bahwa nilai tukar mata uang Rp (rupiah) terhadap dolar AS terus menerus tertekan dan sudah bergerak ke arah Rp14.200 per US$. Pasar saham di Indonesia pun tidak kalah bergejolak dimana sejak awal 2019 hingga pertengah tahun tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Indeks saham nasional masih bergerak pada kisaran 6.100-6.200. Melihat situasi yang terjadi, kontribusi penyebabnya lebih didorong oleh faktor global. Namun demikian, Indonesia seharusnya tetap mampu memanfaatkan ruang meskipun situasi kurang menguntungkan.

Efek perang dagang antara AS dengan China memberikan dampak signifikan bagi Indonesia. Sebagai negara yang ikut dalam globalisasi, mau tidak mau efek globalisasi akan berimbas ke perekonomian nasional. Peningkatan tarif yang diterapkan masing-masing negara berdampak pada sisi permintaan, semakin tinggi harga membuat permintaan menurun. Dampaknya, sebagai negara eksportir bahan baku membuat dampak negatif lebih terasa. Permintaan yang menurun akan menyebabkan ekspor Indonesia yang semakin berkurang. Dengan asumsi impor yang tetap maka perdagangan Indonesia cenderung tertekan. Imbasnya nilai tukar mata uang rupiah ikut-ikutan tertekan sehingga tidak mengeherankan nilai tukar Indonesia saat ini mencapai lebih dari Rp14.000 per US$.

Respon perang dagang yang diterapkan AS pada dasarnya sudah mulai menjadi bumerang bagi negaranya sendiri. Agar ekonomi AS tetap bergairah, The Fed berencana untuk menurunkan suku bunga acuannya. Daya beli yang berkurang sebagai akibat dari naiknya beberapa barang yang diproduksi oleh China sebagai importir utama AS menjadi dasar diterapkannya transmisi kebijakan tersebut. Turunnya bunga acuan The Fed dapat mengakibatkan keluarnya arus modal ke negara-negara berkembang. Indonesia dengan tingkat suku bunga yang tergolong tinggi harus segera menemukan jalan keluar. Jika tidak beban pembiayaan ekonomi dari datangnya arus modal yang masuk akan sangat tinggi. Dengan perekonomian yang masih tersandera berbagai situasi. Menurunkan bunga acuan menjadi langkah tepat sementara ini.

Permasalah lain yang melanda Indonesia adalah masih belum menemui jalan terbaik terhadap pelarangan impor hasil bumi Indonesia ke negara Uni Eropa, minyak sawit. Pemerintah masih terus mengusahakan jalan terbaik agar pasar minyak sawit Indonesia tetap terjaga. Bersama dengan aliansi negara produsen minyak sawit, Indonesia membawa permasalahan ini ke Badan Perdagangan Dunia (WTO). Perbedaan perspektif menjadi dasar permasalahannya. Negara produsen merasa bahwa adanya proteksi minyak nabati yang berlebihan di negara Uni Eropa. Sedangkan negara Uni Eropa merasa bahwa kelapa sawit merupakan tanaman yang memiliki sifat perusak dan mengancam keberlangsungan lingkungan hidup. Pembahasan inilah yang nantinya akan dibawa ke tingkat internasional.

Dari dalam negeri sendiri, hasil pemilu yang belum pasti memberikan tekanan bagi perekonomian nasional. Situasi politik yang cenderung panas karena aksi saling tuduh adanya kecurangan membuat situasi di Indonesia menjadi kurang kondusif. Perlu adanya cerminan dari para pemangku yang berkepentingan setidaknya untuk menahan gejolak ekonomi menjadi lebih kuat. Redaman situasi domestik menjadi prioritas mengingat sulitnya mengendalikan ekonomi global. Peran para pemimpin untuk berlaku arif dan bijaksana tidak terbawa emosi dan ikut memanaskan situasi yang sudah kadung panas. Redaman gejolak domestik setidaknya dapat menurunkan ketegangan yang sedang dihadapi.

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…