Cargill dan EIU Rilis Laporan Perkembangan Gizi Di Asia

 

 

NERACA

 

Jakarta - Cargill bersama dengan Economist Intelligence Unit (EIU) merilis laporan berjudul Food for Thought-Eating Better. Berdasarkan keterangan yang diterima, Senin (10/6), laporan ini menyoroti dua sisi dari perkembangan gizi di Asia, melalui penelitian perubahan diet di seluruh wilayah dan merangkumnya dalam enam megatren, yakni Kualitas bukan Kuantitas, Urbanisasi dan Pendapatan, Obesitas dan Nutrisi Mikro, Hasil yang Menyimpang, Kesadaran Gizi yang Rendah, dan Iklan dan Sosial Media.

 

Soal kualitas bukan kuantitas, laporan tersebut menyebutkan bahwa kebutuhan untuk beralih dari makanan lebih menjadi makanan lebih baik akan menjadi prinsip untuk beberapa tahun mendatang. Peningkatan dalam pendapatan per kapita dan grafik asupan kalori menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam jumlah makanan yang dikonsumsi, dengan sebagian besar negara mengonsumsi lebih dari 2.500 kalori per kapita setiap hari.

 

Akibatnya, pertumbuhan asupan kalori cenderung moderat, komposisi diet mengalami perubahan dengan cepat dengan meningkatnya konsumsi protein, terutama daging dan ikan. Di sisi lain, sektor makanan kemasan Asia juga telah mengalami pertumbuhan 4% pada 2017, sekaligus menyoroti peningkatan konsumsi makanan olahan dan tidak meninggalkan persyaratan kebutuhan gizi konsumen.

 

Urbanisasi dan kenaikan pendapatan menyebabkan perubahan nutrisi yang signifikan. Peningkatan cepat jumlah masyarakat yang pindah ke daerah perkotaan dan kenaikan pendapatan di antara konsumen, telah menghasilkan peningkatan belanja konsumen, terutama untuk makanan. Urbanisasi dan pertumbuhan pendapatan mendorong perubahan gizi menciptakan ekonomi skala yang cukup, mendorong pertumbuhan gerai makanan cepat saji dan supermarket. Hal ini juga diyakini mendorong gaya hidup masyarakat menjadi kurang bergerak dan mengonsumsi makanan yang lebih enak.

 

Obesitas dan mikronutrien. Laporan itu menjabarkan bahwa terjadi peningkatan kasus obesitas pada masyarakat di sejumlah negara Asia, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand dan Pakistan pada hari ini, dikarenakan meningkatnya konsumsi minuman manis dan makanan olahan. Di sisi lain, urbanisasi ternyata memiliki korelasi langsung dengan obesitas. Pasalnya selama migrasi ke kota, diet cenderung tidak lagi dilakukan, sekaligus mengonfirmasikan terjadinya perubahan nutrisi ketika pindah ke daerah perkotaan.

 

Terkait dengan status gizi yang menyimpang, perkembangan gizi yang tidak merata berasal dari meningkatnya ketidaksetaraan di Asia. Meskipun terdapat pertumbuhan PDB yang signifikan di kawasan ini, kekurangan gizi masih menjadi keprihatinan yang signifikan di Asia, bahkan ketika obesitas tumbuh. Tingkat pendidikan dan melek huruf yang lebih rendah di kalangan ibu juga memengaruhi status gizi. Tingkat kemiskinan juga sangat rentan terhadap status gizi yang berlebihan, bisa dilihat dari kelebihan berat badan dan obesitas yang meningkat di antara segmen masyarakat miskin dan tinggal di perkotaan.

 

Kesadaran gizi yang rendah- Kesadaran tentang kekurangan gizi dan kelebihan gizi pada sejumlah negara dan tingkat pendapatan ternyata relatif rendah di wilayah tersebut. Itulah sebabnya ada kebutuhan meningkatkan kesadaran konsumen secara menyeluruh. Khususnya di kalangan ibu, karena ibu adalah sumber nutrisi pertama untuk anak selama "seribu hari pertama" kehidupan. Orang dewasa juga perlu dididik lebih baik tentang bahayanya obesogenic food dan pentingnya berolahraga.

 

Media Sosial & Periklanan membentuk tren makanan: Intensitas iklan makanan di Asia yang sedang meningkat, cenderung dihambat regulator yang semakin banyak menerbitkan regulasi. Pemerintah sejumlah negara seperti, Taiwan, Singapura dan Korea Selatan telah membatasi dan menahan beberapa jenis iklan. Berdasarkan negara, Singapura dan Filipina mengalami peningkatkan terbesar dalam mengadopsi pelabelan GDA sejak 2012, sementara Malaysia dan Thailand di empat besar untuk tingkat adopsi.

 

Tidak diragukan lagi, media sosial akan menjadi komunikasi utama antara konsumen dan pemangku kepentingan dalam industri makanan. Selain itu, menjadi saluran utama untuk periklanan dan meningkatkan keterlibatan konsumen. Keunggulan media sosial memberikan peluang bagi perusahaan industri makanan, sekaligus memacu upaya memantau dan mengatur konsumen melalui wahana ini.

 

Peluang bagi pemangku kepentingan mengatasi tren di atas masih tetap ada. Fortifikasi dan reformulasi makanan bisa menjadi alat yang ampuh untuk mengatasi kekurangan gizi, sebagai cara yang efisien dan hemat biaya untuk mengurangi bahan obesogenic. Memerlukan lebih banyak fokus kebijakan pada makanan dengan harga terjangkau dan berkualitas di lingkungan perkotaan. Itulah sebabnya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang baik, perlu didorong dengan mengaktifkan sistem pangan dan tidak cukup dengan satu kebijakan saja.

 

Memerlukan kebijakan tentang kesehatan dan gizi yang bervariasi, mulai dari advokasi dan tindakan bersama yang memiliki dampa lebih besar, daripada mengandalkan efek menetes ke bawah dari pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu, dibutuhkan kebijakan dan program untuk membantu mengatasi hal ini secara efektif. Kesimpulannya, upaya memperkenalkan hal paling mendasar dari kesehatan manusia, seperti nutrisi dan kebersihan harus menjadi prioritas.

 

BERITA TERKAIT

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…