Kinerja Memburuk, Dua Komisaris Minta RUPS Ganti Dirut Garuda

NERACA

 

Jakarta - Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, rencananya akan digelar akhir bulan ini, bahkan di RUPS ini, kabarnya juga akan ada perombakan jajaran Dewan Direksi. Karena kinerja Garuda Indonesia buruk. Menurut informasi, yang menyulut rencana pergantian jabatan anggota Dewan Direksi adalah protes dari dua Komisaris atas laporan keuangan Garuda Tahun Buku 2018.

Chaerul Tanjung (CT) dan Dony Askaria, dua Komisaris dari PT. Trans Airways, selaku pemegang saham Garuda sebesar 24,06% menganggap laporan keuangan Garuda itu salah dan keliru. Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan belum mempelajari kasus Garuda Indonesia lebih rinci, tapi perombakan direksi bisa jadi salah satu cara untuk memperbaiki kinerja perusahaan agar lebih efisien.

"Kita bisa lihat dari laporan keuangannya, apakah perusahaan itu produktiv atau tidak, seharusnya Garuda Indonesia, sudah bisa menerapkan tata kelola manajemen yang benar agar mampu menciptakan efisiensi," jelas Faisal kepada Neraca, kemarin.

Hal senada juga diungkap Akuntan Profesional RNA 99, Deny Poerhadiyanto. Menurutnya,  maskapai pelat merah tersebut saat ini memiliki persoalan yang cukup besar, seperti inefisiensi, utang, hingga kinerja operasional yang kurang apik. Selain itu, Garuda Indonesia perlu memperkuat aspek tata kelola yang berorientasi pada good corporate governance (GCG)."Garuda Indonesia juga harus mengkaji rute yang tidak menguntungkan," kata Deny dikutip dari Warta Ekonomi.

Deny menjelaskan utang Garuda Indonesia juga menjadi persoalan yang harus segera diselesaikan. Tercatat, pada tahun 2018 lalu total liabilitas GIAA mencapai US$3,46 miliar atau naik 22,5% apabila dibandingkan dengan posisi tahun 2017 yang sebesar US$2,82 miliar. Total kewajiban itu terdiri dari liabilitas jangka panjang sebesar US$1,01 miliar dan jangka pendek sebesar US$2,45 miliar. "Garuda perlu tambahan modal untuk menyelesaikan kewajiban-kewajibannya. Ada juga opsi divestasi anak usaha yang menguntungkan," ujarnya.

Selain itu, Garuda Indonesia memiliki persoalan di kinerja operasional yang masih kurang bagus. "Kalau dilihat dari core business, sebenarnya kinerja operasional Garuda Indonesia masih buruk. Bahkan, Garuda Indoensia merugi karena beban menerbangkan penumpang lebih besar dibanding pendapatan itu sendiri," katanya.

"Garuda Indonesia perlu mengevaluasi model bisnis. Karena kalau dilihat dari core business, sebenarnya kinerja operasional Garuda Indonesia masih buruk. Bahkan, Garuda Indonesia merugi karena beban menerbangkan penumpang lebih besar dibanding pendapatan itu sendiri," katanya.

Sebelumnya, Garuda Indonesia melaporkan telah mencetak laba bersih sebesar US$809.846 atau sekitar Rp11,33 miliar (kurs dolar Rp14.000) pada tahun 2018 lalu. Angka tersebut  meroket 473% dari rugi bersih yang diderita perseroan pada tahun 2017 senilai US$216,58 juta. Dari sisi pendapatan, Garuda membukukan US$4,37 miliar pada akhir 2018. Posisi itu naik dari US$4,17 miliar pada 2017.

 

 

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…