Pemerintah - Pelaku Usaha Rumuskan Grand Design Sislognas - Pacu Kinerja Ekspor

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bersama pelaku usaha dari berbagai asosiasi bidang logistik tengah membahas penyusunan Grand Design Sistem Logistik Nasional agar pengiriman barang dapat bersaing di era digital dan memacu kinerja ekspor nasional. Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan meski sudah mengoptimalkan pembangunan infrastruktur, peringkat Logistik Performance Index Indonesia masih lebih rendah daripada negara-negara berkembang lainnya.

"Hasil upaya termasuk pengembangan infrastruktur baik fisik dan digital. Meskipun begitu, kalau dibandingkan dengan negara ASEAN utama, kita belum lebih baik. Peringkat kita masih lebih rendah dari Malaysia, Thailand, bahkan Vietnam," kata Darmin pada konferensi pers di Gedung Ali Wardhana Kemenko Perekonomian Jakarta, Rabu (6/2).

Darmin mengatakan nantinya "grand design" sistem logistik nasional ini tidak hanya mengoptimalkan pembangunan inirastruktur fisik yang terintegrasi, tetapi juga akan mengoptimalkan aspek digital agar mampu bersaing di era Revolusi Industri 4.0. Ia menekankan bahwa upaya peningkatan efisiensi logistik merupakan bagian dari kebijakan peningkatan ekspor jangka pendek yang sedang dirumuskan pemerintah.

Hal penting yang akan diatur untuk mendorong efisiensi logistik meliputi penerapan sistem Delivery Order Online, sistem InaPortNet, relaksasi prosedur ekspor otomotif dan pembangunan otomotif center.

Menko Darmin meminta agar para pelaku usaha memfokuskan isu-isu strategis di dua sektor utama untuk dibahas, yakni logistik ekspor-impor dan logistik pangan. "Dua hal ini memiliki aspek-aspek yang rumit, 'beyond technicalities', yang perlu dikembangkan. Kita perlu menyusun rencana aksi yang komprehensif untuk mengeksekusi hal ini," tegasnya.

Hal ini diamini oleh para pelaku usaha yang hadir. Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Hanafi mengapresiasi penyusunan sistem logistik nasional ini. ALFI menargetkan peringkat Logistik Performance Index Indonesia masuk 30 besar dunia dan tiga besar. "Salah satu upayanya adalah dengan infrastruktur dan digitalisasi. Kami padukan antara 3.0 dan 4.0, termasuk mengidentifikasi permasalahan dari berbagai jenis moda, baik darat, laut dan perkeretaapian," kata Yukki.

Upaya memperbaiki sistem logistik di Indonesia sebenarnya telah dimulai sejak diterbitkannya Perpres Nomor 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Sistem Logistik Nasional, sebagai panduan bagi Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah dalam membangun sistem logistik. Pengembangan sistem logistik menurut Perpres ini meliputi enam pilar, yakni: komoditi utama, infrastruktur logistik, teknologi informasi dan komunikasi, sumber daya manusia, pelaku penyedia jasa logistik, dan harmonisasi regulasi.

Semangat perbaikan kinerja logistik nasional ini kemudian secara konsisten diteruskan di masa Kabinet Kerja dengan membangun berbagai infrastruktur. Selama 2016-2018, sekitar 46 Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan total investasi sebesar Rp159 trilliun telah dibangun oleh pemerintah, meliputi jalan tol, bandara, pelabuhan, bendungan, pembangkit iistrik dan rel kereta api. Bersamaan dengan hal tersebut, pemerintah juga meningkatkan kemudahan berusaha dengan mengoperasikan system Online Single Submission (OSS). Saat ini OSS mampu melayani 1.000 pendaftar dan menerbitkan lebih dari 850 izin usaha setiap harinya.

Pembangunan infrastruktur ini berimplikasi positif terhadap indeks efisiensi logistik, terlihat dari meningkatnya peringkat Logistics Performance Index (LPI) yang dikeluarkan oleh Bank Dunia. Selama dua tahun terakhir, Indonesia naik 17 peringkat, dari posisi 63 pada 2016 menjadi urutan 46 pada 2018. Namun memang posisi ini masih berada di bawah negara-negara berkembang lainnya, seperti Singapura (7), Thailand (32), Vietnam (39), dan Malaysia (41).

Pertemuan ini menjadi upaya pemerintah untuk menata dan mengembangkan sistem logistik agar dapat berjalan optimal. Darmin berharap pelaku logistik nasional ke depan agar dapat meningkatkan variasi layanan sehingga dapat menghasilkan efisiensi yang optimal.

 

BERITA TERKAIT

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…