Saatnya Tingkatkan Ekspor

Presiden Joko Widodo mengingatkan pengusaha untuk dapat memanfaatkan peluang saat dunia mengalami perang dagang. Caranya, pelaku bisnis Indonesia juga perlu memperluas pasar dengan melakukan penetrasi ke pasar-pasar non-tradisional yang belum banyak digarap.

 

NERACA

 

Perang dagang di pasar global tak bisa terhindarkan. Pelaku usaha di Indonesia sebaiknya menggunakan peluang ini untuk masuk. “Ada kesulitan, tapi biasanya di kesulitan-kesulitan itu ada peluang-peluang untuk masuk ke pasar-pasar yang ditinggalkan oleh yang baru berperang," kata Presiden Jokowi dalam sambutan peresmian pembukaan TEI Ke-33, beberapa waktu lalu.

Menurut Presiden, pelaku bisnis Indonesia juga perlu memperluas pasar dengan melakukan penetrasi ke pasar-pasar non-tradisional yang belum banyak digarap. Dia menyebutkan sejumlah kawasan yang memiliki peluang antara lain Asia Selatan, Rusia, Benua Afrika, Timur Tengah, Turki, Pakistan serta Amerika Selatan. "Saya berharap ini diperhatikan, diurus dengan baik sehingga ekspor kita benar-benar naik sehingga terjadi surplus neraca perdagangan," kata Presiden.

Presiden juga mengingatkan saat ini dunia tengah masuk dalam revolusi industri 4.0 yang berubah secara lebih cepat. Sejumlah teknologi seperti kecerdasan buatan, internet of thing, virtual reality, dan advanced robotic digunakan pada masa saat ini untuk mempermudah masyarakat dan industri.  "Kalau kita tidak ingin ditinggal, ya kita harus cepat-cepat berubah," kata Jokowi.

Lebih dari itu, dalam kesempatan lain, Wakil Ketua Komisi VI DPR Mohamad Hekal menginginkan anggaran yang terdapat di Kementerian Perdagangan dapat benar-benar dimaksimalkan untuk mendorong ekspor guna mengatasi defisit neraca perdagangan nasional. "Peran Kementerian Perdagangan harus ditingkatkan untuk mendorong ekspor," kata Mohamad Hekal dalam rilis di Jakarta.

Sebagaimana diketahui, Komisi VI DPR RI pada Senin (22/10) telah menyetujui pagu anggaran Kemendag yaitu sebesar Rp3,29 triliun pada 2019.

Menurut Hekal, penekanan untuk melesatkan jumlah ekspor penting karena pada saat ini derasnya impor tidak bisa diikuti dengan terangkatnya ekspor secara optimal.

Politisi Partai Gerindra itu berpendapat bahwa masalah utama terkait dengan fenomena pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat adalah karena besarnya impor.

Sementara itu, Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menilai Indonesia perlu melakukan diversifikasi pasar ekspor untuk mengantisipasi dampak negatif perang dagang Amerika Serikat dan China.

Peneliti CIPS Assyifa Szami Ilman mengatakan diversifikasi pasar sangat diperlukan agar Indonesia tidak tergantung kepada China. Ada baiknya Indonesia juga mulai merambah pasar lain yang tidak kalah potensial, misalnya Afrika dan negara Asia lainnya.

Sebagaimana diwartakan, Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Prijono Sugiarto, meyakini bahwa potensi jumlah ekspor yang dimiliki Indonesia masih bisa jauh lebih besar dari realisasi jumlah ekspor Indonesia yang ada pada saat ini. "Ekspor Indonesia hanya sekitar 170 miliar dolar AS per tahun, padahal ini masih bisa ditingkatkan," kata Prijono.

Ia membandingkan jumlah ekspor tersebut dengan Singapura, yang jumlah ekspornya mencapai sekitar 370 miliar dolar per tahun, padahal populasinya jauh lebih sedikit dibandingkan Indonesia.

Menurut dia, Indonesia memiliki potensi yang besar serta dipastikan bisa mengekspor jauh lebih banyak bila produk ekspor nasional memiliki nilai tambah yang tinggi, sehingga harus disiasati dengan baik.

Presdir Astra International mengemukakan, sebanyak 454 IKM binaan Astra Ventura diharapkan semuanya bisa mengekspor sehingga ketergantungan Indonesia terhadap dolar semakin menurun.

 

Raih Rp126 T

 

Sementara penyelenggaraan Trade Expo Indonesia (TEI) 2018 sukses meraih perolehan fantastis hingga mencapai Rp126,77 triliun hingga pukul 12.00 WIB. "Transaksi TEI tahun 2018 ini sukses mencapai 8,45 miliar dolar AS atau setara Rp126,77 triliun. Nilai ini meningkat lima kali lipat dari target yang kita tetapkan sebelumnya. Transaksi setelah penghitungan masih terus berjalan dan dipastikan hasilnya akan bertambah," ujar Enggar melalui keterangannya diterima di Jakarta.

Pernyataan tersebut diungkapkan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita pada penutupan TEI 2018 di ICE BSD City, Minggu (28/10).

Enggar menjelaskan total nilai transaksi TEI 2018 terdiri dari transaksi investasi sebesar 5,55 miliar dolar AS, transaksi pariwisata sebesar 170,5 juta dolar AS, dan transaksi produk dengan total 2,73 miliar dolar AS.

Adapun rincian transaksi produk tersebut terdiri atas transaksi produk barang dan jasa masing-masing sebesar 1,42 miliar dolar AS dan 1,31 miliar dolar AS. Transaksi produk barang berasal dari transaksi MoU misi pembelian produk sebesar 811 juta dolar AS, transaksi langsung saat pameran 470,65 juta dolar AS, misi dagang lokal 85,6 juta dolar AS, business matching 51,29 juta dolar AS, dan Pameran Kuliner dan Pangan Nusantara 680 ribu dolar AS.

“Kita patut berbangga dengan capaian transaksi tahun ini karena jauh melampaui target awal sebesar 1,5 miliar dolar AS. Tentunya capaian ini juga berkat peran dan kerja keras para perwakilan di luar negeri”, ujar Enggar.

Enggar mengungkapkan produk-produk yang banyak diminati para pembeli pada TEI kali ini yaitu produk-produk informasi dan teknologi, makanan olahan, produk-produk kimia, minyak kelapa sawit mentah (CPO), produk-produk perikanan, serta kertas dan produk kertas.  Sedangkan, negara-negara dengan nilai transaksi perdagangan keseluruhan tertinggi yaitu Arab Saudi, Jepang, Inggris, Mesir, dan Amerika Serikat.

“Perolehan transaksi ini membuktikan bahwa produk-produk nasional kita semakin diakui kualitasnya secara luas dan disegani sesuai selera pasar ekspor. Ini sesuai dengan tema yang diusung TEI tahun ini yaitu Creating Products for Global Opportunities,” tegas Enggar.

Seperti tahun sebelumnya, pelaksanaan Pameran Pangan Nusa juga sekaligus dilangsungkan di arena TEI dan sukses menarik animo pengunjung. Tahun ini Pameran Kuliner dan Pangan Nusantara mencatatkan transaksi yang signifikan sebesar 680 ribu dolar AS, termasuk MoU pembelian wine Bali senilai 10 ribu dolar AS. (ant)

 

BERITA TERKAIT

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…

BERITA LAINNYA DI

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…