Mutiara Akan Terbitkan Obligasi Rp 500 Miliar

NERACA

Jakarta - PT Bank Mutiara Tbk berencanakan menerbitan surat utang melalui skema sub private loan alias subdebt private senilai Rp 500 miliar. Alasan penerbitan subdebt tersebut untuk menjaga rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR).  "Bank Mutiara memang sedang mengkaji subdebt tersebut. Besarannya paling tidak Rp 500 miliar," kata Direktur Utama Bank Mutiara, Maryono di Jumat (24/2)

Lebih jauh kata Maryono, pihaknya belum bisa memastikan lebih jauh kapan rencana ini bisa dilakukan. Karena masalah ini masih terus dilakukan kajian mendalam.  "Setelah kajian selesai maka akan kami sampaikan. Paling tidak semester kedua akan diterbitkan," tambahnya

Menurut Maryono, langkah ini dilakukan untuk menjaga CAR perseroan tetap stabil dan baik. Hingga Desember 2011, secara unaudited posisi CAR Bank Mutiara telah mencapai 11%. "Diharapkan dengan penerbitan ini bisa menambah 2% sampai 4% posisi CAR perseroan," terangnya

Sebelumnya, kata Deputi Menteri BUMN bidang Jasa Parikesit Suprapto mengungkapkan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menilai perbankan plat merah masih mungkin terlibat dalam penawaran saham Bank Mutiara, asalkan ada kesepakatan harga antara LPS sebagai pemegang saham eks bank Century. "Belum, bukan tidak berpartisipasi," ujarnya

Menurut Parikesit, bank-bank BUMN, meski tidak disebutkan secara tegas, tengah mengkalkulasi dan melakukan komunikasi dengan pemegang saham Bank Mutiara. Upaya mereka adalah negosiasi harga penawaran yang dianggap terlalu tinggi.  "Kalau harganya tetap segitu, nampaknya tidak,” tegasnya.

Namun diakui Maryono, hingga saat ini bank-bank BUMN terus melakukan komunikasi dengan Bank Mutiara. “Kan sedang ada komunikasi di antara mereka. Dan sifatnya B to B (Businiess to Business), dan Kementerian tidak ikut," paparnya.

Lalu siapakah bank BUMN yang berminat dengan saham Bank Mutiara. Kita tunggu kelanjutannya. Namun yang jelas, dua diantaranya perbankan plat merah secara tegas telah menyatakan ketidakterarikannya atas saham Bank Mutiara.  Adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang pertama kali menolak melakukan penawaran. Direktur Utama BRI Sofyan Basir menilai harga jual PT Bank Mutiara (eks Bank Century) Rp 6,7 triliun terlalu mahal.  "Wah enggak deh, itu kemahalan itu Rp 6,7 triliun Bank Mutiara. Kami tidak deh biar asing saja yang beli itu," kata Sofyan beberapa waktu lalu.

Bank BUMN kedua yang juga tegas tidak tertarik pada saham ex Bank Century ini adalah Bank Negara Indonesia (BNI). Berdasarkan perhitungan BNI, pembelian saham bank Mutiara memiliki risiko poltik yang tinggi.  "Political risk-nya tinggi. Nanti kalau Bank Mutiara ingetnya Bank Century," papar Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo. **cahyo

BERITA TERKAIT

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…

BERITA LAINNYA DI

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…