Ekspor Nonmigas Dipatok Naik Hingga 11 Persen

NERACA

Jakarta – Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menegaskan bahwa ekspor dan investasi menjadi kunci peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan untuk kinerja ekspor nonmigas pada tahun 2018 ditargetkan naik sebesar 11 persen.

Enggartiasto mengatakan, penetapan target pertumbuhan ekspor nonmigas tersebut dengan mempertimbangkan pertumbuhan kinerja ekspor Indonesia di tahun 2017 yang mencapai 168,7 miliar dolar AS, atau tumbuh 16,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. "Kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah ekspor dan investasi. APBN merupakan stimulasi," kata Enggatiasto, dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, disalin dari Antara.

Selain itu, pada 2017 Indonesia juga berhasil mencatat surplus perdagangan sebesar 11,8 miliar dolar AS. "Namun demikian, Pemerintah terus berupaya meningkatkan ekspor barang bernilai tambah tinggi," kata Enggartiasto.

Pernyataan tersebut disampaikan Enggartiasto pada Rapat Koordinasi Pemerintah, Pemerintah daerah, dan Bank Indonesia di Batam, Provinsi Kepulauan Riau, pekan lalu. Rapat koordinasi tersebut diselenggarakan Bank Indonesia dengan mengusung tema `Pengembangan Industri Berorientasi Ekspor melalui Perluasan Akses Pasar dan Optimalisasi Kawasan Industri".

Turut hadir dalam acara tersebut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo, dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.

Selain itu juga Duta Besar Indonesia untuk Singapura Ngurah Swajaya, Gubernur Kepulauan Riau Nurdin Basirun, Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam Lukita Dinasyah Tuwo, serta para wali kota dan bupati di Provinsi Kepulauan Riau.

Saat ini pemerintah gencar untuk berupaya membuka pasar ekspor nontradisional sesuai amanat Presiden Joko Widodo. Salah satu pasar ekspor nontradisional yang dinilai cukup potensial adalah negara-negara di kawasan Afrika dan Amerika Latin.

Untuk wilayah Afrika, pemerintah Indonesia telah sepakat untuk segera memulai perundingan Preferential Trade Agreement (PTA) dengan tiga negara di benua Afrika, yaitu Mozambik, Tunisia, dan Maroko.

Sebelumnya, Pemerintah Indonesia menargetkan kesepakatan penurunan tarif perdagangan dengan sejumlah negara di Afrika tercapai dalam waktu dekat tahun ini sehingga akan memperlancar arus barang dan jasa kedua pihak.

"Kami baru saja meluncurkan kesepakatan untuk mengawali 'preferencial trade agreement' (mengurangi tarif perdagangan)," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di sela-sela Forum Indonesia Afrika (IAF) di BNDCC Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, disalin dari Antara.

Untuk mengoptimalkan pembahasan penurunan tarif itu, pihaknya sebelumnya telah melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah negara di Afrika di antaranya Nigeria, Maroko dan Somalia.

Sedangkan untuk Mozambik, Enggartiasto mengatakan pihaknya sudah mendapatkan respon yang positif paling lambat terealisasi Mei-Juni 2018 dan akan ditindaklanjuti dengan membawa delegasi bisnis ke negara itu. "Tidak hanya ekspor, tetapi juga investasi. Jadi buat kami ini juga mendorong investasi di sana karena cukup banyak potensi untuk dikembangkan," ucapnya.

Mendag mengapresiasi upaya Kementerian Luar Negeri dalam memfasilitasi perdagangan di Afrika yang turut dikontribusikan oleh duta besar Indonesia di negara tertentu di benua itu untuk menjadi pemimpin dalam negosiasi bilateral.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pernyataan bersama tersebut menambahkan selain negara yang disebutkan itu, Indonesia juga melakukan pertemuan bilateral untuk membahas penurunan tarif perdagangan dengan Tuniasia, Angola, Kenya dan Afrika Selatan.

"Ini merupakan suatu terobosan luar biasa untuk 'preferencial trade agreement' (PTA). Kalau bisa dilakukan dengan cepat, maka 'telurnya' akan pecah," ucap Menlu Retno sembari tersenyum.

Menurut Menlu Retno, IAF sepakat mengintensifkan diplomasi ekonomi melalui pembahasan lebih lanjut selain untuk membahas reduksi tarif juga untuk meminimalisasi pembatasan yang berkaitan dengan nontarif.

Indonesia, lanjut Retno, akan memperdalam hubungan diplomatik dengan negara-negara di Afrika dan meningkatkan partisipasi di pameran internasional di Afrika. "Kami juga identifikasi beberapa sektor penting seperti energi, infrastruktur, ekonomi digital dan inovasi, industri strategis dan pertanian," tutur Menlu Retno. Nilai perdagangan antara Indonesia dengan negara-negara di Afrika tahun 2017 mencapai sekitar 8 miliar dolar AS atau meningkat sekitar 15 persen dibandingkan tahun 2016.

BERITA TERKAIT

Distribusi dan Stabilitas Harga Ikan Selama Ramadhan Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memastikan akan terus mengawal ketersediaan serta kestabilan harga ikan. KKP menyebut bahwa…

Indonesia dan Sri Lanka Perkuat Hubungan Dagang Bilateral

NERACA Jakarta – Indonesia dan Sri Lanka meluncurkan perundingan Indonesia–Sri Lanka Preferential Trade Agreement (ISL–PTA). Penandatanganan dilaksanakan secara simultan melalui…

2023, Kontribusi Parekraf Terhadap PDB Mencapai 3,9 Persen

NERACA Jakarta – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno memaparkan realisasi program…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Distribusi dan Stabilitas Harga Ikan Selama Ramadhan Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memastikan akan terus mengawal ketersediaan serta kestabilan harga ikan. KKP menyebut bahwa…

Indonesia dan Sri Lanka Perkuat Hubungan Dagang Bilateral

NERACA Jakarta – Indonesia dan Sri Lanka meluncurkan perundingan Indonesia–Sri Lanka Preferential Trade Agreement (ISL–PTA). Penandatanganan dilaksanakan secara simultan melalui…

2023, Kontribusi Parekraf Terhadap PDB Mencapai 3,9 Persen

NERACA Jakarta – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno memaparkan realisasi program…