Legislator Optimistis Kerja Sama Indonesia-Ceko Makin Erat

NERACA
Jakarta – Komisi VI DPR optimistis kerja sama perdagangan antara Indonesia dengan Republik Ceko akan semakin erat dalam waktu-waktu mendatang. "Saya sangat optimistis Republik Ceko akan menjadi salah satu mitra yang sangat potensial bagi Indonesia dalam konteks semakin diperluasnya pasar-pasar nontradisional Indonesia, terutama di kawasan Eropa Tengah dan Timur," kata Ketua Delegasi Komisi VI DPR RI Dito Ganinduto saat acara ramah tamah bersama Dubes RI dan masyarakat Indonesia di Praha, Republik Ceko, seperti disampaikan dalam rilis di Jakarta, disalin dari Antara.

Komisi VI DPR RI melaksanakan kunjungan kerja ke Republik Ceko pada 9-14 April 2018. Menurut dia, yang juga menjabat Wakil Ketua Komisi VI DPR, dalam kemitraan strategis tersebut, beberapa indikator hubungan antarkedua negara menunjukkan peningkatan signifikan, yang bernilai positif bagi Indonesia.

Dalam periode 2015-2017, lanjut Dito, Indonesia selalu mencatat surplus dalam perdagangan kedua negara dengan persentase peningkatan signifikan. Pada 2015, ketika volume perdagangan tercatat sebesar 402,85 juta dolar AS, surplus Indonesia berada pada angka 138,81 juta dolar.

Kenaikan yang signifikan, tambahnya, tercatat pada 2017 saat Indonesia membukukan surplus perdagangan 284,54 juta dolar dari total volume 509,68 juta dolar. "Dengan kata lain, dalam volume perdagangan yang meningkat sekitar 25 persen, surplus Indonesia berhasil meningkat lebih dari 100 persen," katanya.

Indikator lain yang memberikan optimisme bagi delegasi, menurut Dito, adalah peningkatan jumlah kunjungan dari Republik Ceko ke Indonesia. Dalam kurun waktu yang sama (2015-2017), peningkatan jumlah kunjungan tercatat hingga 36,67 persen yakni 19.969 kunjungan pada 2017 dibandingkan 2015 sebesar 14.608 kunjungan.

"Tentunya prestasi tersebut tidak lepas dari diplomasi yang luar biasa dari Duta Besar Aulia Rachman dan seluruh staf di KBRI Praha. Untuk itu, apresiasi kami sampaikan setinggi-tingginya kepada Bapak Dubes dan seluruh jajaran KBRI Praha atas kinerja yang sangat memuaskan," lanjut Dito.

Ketua delegasi Komisi VI DPR tersebut juga berharap Indonesia melalui KBRI Praha dapat terus menggali potensi dari pasar yang sangat potensial itu untuk semakin meningkatkan perdagangan luar negeri Indonesia.

Pada kunjungan kerja kali ini, delegasi Komisi VI DPR RI juga melaksanakan pertemuan dengan Komite Ekonomi Parlemen Republik Ceko (Chamber of Deputies). Sejumlah isu dibahas di dalam pertemuan tersebut antara lain mengenai pengelolaan badan usaha milik negara, pengembangan energi nuklir bagi pertumbuhan ekonomi, dinamika sektor teknologi informasi dalam konteks ekonomi digital, dan sebagainya. "Kedua delegasi sepakat untuk semakin meningkatkan hubungan antarkedua negara dalam berbagai bidang," kata Dito.

Sementara itu, pada kesempatan sebelumnya, Pemerintah RI perlu mempertimbangkan untuk menjual komoditas CPO atau minyak sawit ke Meksiko untuk meningkatkan kerja sama antara kedua negara, kata Ketua Umum Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) DPR RI Indonesia-Meksiko Djoko Udjianto. "Barangkali perlu juga kita pertimbangkan untuk menjual CPO, karena produksi CPO kita cukup banyak," kata Djoko Udianto dalam rilis di Jakarta, disalin dari Antara.

Menurut politisi Partai Demokrat itu, meski Meksiko disokong komoditas minyak bunga matahari dan kedelai dari AS, tetapi CPO adalah salah satu alternatif. Selain itu, ujar dia, dalam hal perdagangan, kunjungan kunjungan GKSB ke Meksiko pada 2016 silam juga membicarakan peluang impor daging sapi dari Meksiko ke Indonesia.

Ia berpandangan bahwa peluang itu harus diwujudkan sebagai peningkatan hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara. Sebagaimana diketahui, total perdagangan kedua negara pada tahun 2017 mencapai 1,2 miliar dolar AS.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menduga ada persaingan industri di balik larangan penggunaan kelapa sawit dan produk turunannya di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.

"Saya melihat ada persaingan, (karena) memproduksi minyak yang lain, mereka memproduksi 'vegetable oil', ada 'rapeseed oil', yang harganya menjadi lebih mahal karena CPO kita lebih murah. Ini persaingan, persaingan yang tidak sehat," kata Enggartiasto usai menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres Jakarta, Senin (9/4).

Mendag pun menilai persoalan yang diutarakan oleh pihak Uni Eropa selalu terkait lingkungan, padahal sebenarnya mereka ingin meningkatkan industri minyak sayur dan "rapeseed oil" dalam negeri mereka.

 

BERITA TERKAIT

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…