Perpanjangan Kontrak Klien - Kontrak Pertosea Capai US$ 1,012 Miliar

NERACA

Jakarta –Geliat bisnis pertambangan, dirasakan betul dampaknya bagi PT Petrosea Tbk (PTRO). Pasalnya, belum lama ini perseroan telah menandatangani amendemen dan perpanjangan kontrak dengan dua kliennya, yaitu PT Indonesia Pratama dan PT Kideco Jaya Agung. Dengan adanya dua perpanjangan kontrak tersebut menambah total perolehan kontrak jangka panjang alias backlog PTRO menjadi sebesar US$ 1,012 miliar pada akhir Maret 2018.

Dalam siaran persnya di Jakarta, Kamis (12/4), Petrosea meneken kontrak dengan PT Indonesia Pratama pada Januari 2018 dan berdurasi empat tahun. Selama jangka waktu kontrak, PTRO diharapkan dapat memproduksi 185,2 juta bank cubic meter (bcm) untuk pengupasan lapisan tanah penutup dan 83,2 juta ton batubara. Kontrak ini diperkirakan bernilai sekitar Rp 5,28 triliun atau setara dengan US$ 391,6 juta. PT Indonesia Pratama adalah anak usaha PT Bayan Resources Tbk, yang merupakan salah satu klien Petrosea untuk proyek pertambangan batubara sejak 1999 sampai 2015.

Sedangkan, kontrak dengan PT Kideco Jaya Agung ditandatangani pada Maret 2018 dan berdurasi selama lima tahun dengan nilai kontrak sekitar Rp 4,84 triliun atau setara dengan US$ 356,8 juta. Selama kontrak, Petrosea diharapkan dapat memproduksi 164 juta bcm untukvolume pengupasan lapisan tanah penutup dan 38,5 juta ton batubara. Petrosea dan Kideco Jaya Agung sama-sama anak perusahaan PT Indika Energy Tbk (INDY). “Kedua perpanjangan kontrak ini akan memberikan dampak yang positif terhadap kinerja PTRO pada tahun-tahun mendatang,” ujar Presiden Direktur PTRO, Hanifa Indradjaya.

Selain kedua kontrak tersebut, PTRO juga masih mengantongi kontrak dengan PT Freeport Indonesia dan PT Maruwai Coal untuk lini bisnis lainnya, yaitu rekayasa dan konstruksi. Sedangkan, dari lini bisnis jasa logistik dan pendukung kegiatan minyak & gas bumi, PTRO memiliki kontrak dengan BP Berau Ltd. untuk fasilitas Petrosea Offshore Supply Base (POSB) Sorong.

Tahun ini, perseroan menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 112 juta atau naik 22% dari tahun lalu sebesar US$ 92 juta. Keaikan capex dikarenakan banyak kontrak penambangan yang dilakukan anak usaha. Sebagaimana yang dilansir dari laporan riset RHB Sekuritas, dari alokasi capex tersebut, sebesar US$ 90 juta akan digunakan untuk melakukan pembelian alat berat. Porsi ini juga lebih besar dibanding porsi pembelian alat berat 2017. Dari capex US$ 2017 US$ 92 juta, sebesar US$ 60 juta merupakan porsi untuk pembelian alat berat.

Petrosea perlu menaikkan alokasi capex guna mengimbangi banyaknya pekerjaan kontrak pertambangan, terutama yang diperoleh dari anak usaha PT Bayan Resources Tbk (BYAN), yakni PT Indonesia Pratama. Keduanya telah melakukan amendemen perjanjian kontrak pertama pada 2 Mei 2017 lalu. Kontrak tersebut memiliki durasi hingga 2021.

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…