Ditengah Tren IHSG Terkoreksi - Reksa Dana Jadi Pilihan Investasi Objektif

NERACA

Jakarta - Bank Commonwealth menilai bahwa alokasi investasi pada portofolio aset ekuitas merupakan pilihan yang obyektif untuk investasi pada reksa dana sepanjang bulan April 2018, seiring dengan pertimbangan bahwa data-data ekonomi domestik cukup positif.”Dengan mempertimbangkan data-data tersebut dan kondisi indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia yang terkoreksi, saat ini merupakan peluang untuk para nasabah meningkatkan porsi alokasi investasi di ekuitas," kata Head of Wealth Management & Retail Digital Business Bank Commonwealth, Ivan Jaya dalam siaran pers di Jakarta, kemarin.

Berdasarkan riset sejumlah lembaga keuangan global, seperti IMF dan World Bank, bahwa ada potensi ekonomi Indonesia yang bertumbuh lebih baik tahun 2018.”Terjadinya koreksi pasar saat ini memberikan peluang bagi investor untuk mulai menyesuaikan portofolio investasi mereka di pasar saham dan obligasi berdasarkan profil risiko di tahun 2018," ujarnya.

Ivan menjelaskan, faktor utama yang membuat pasar ekuitas terkoreksi adalah eksternal dari luar negeri yang memberikan dampak pada negara lainnya. Salah satunya adalah isu proteksionisme yang semakin nyata membuat pelaku pasar melakukan"sell off" pada aset ekuitas. Kebijakan presiden AS Donald Trump untuk menaikkan tarif impor baja dan aluminium sebesar 25% dan 10% serta menaikkan tarif impor produk-produk dari Tiongkok memberikan sentimen negatif pada pelaku pasar global.

AS yang selama ini dikenal sebagai pelopor perdagangan bebas beralih menutup diri dengan melakukan tindakan proteksionisme. Dengan ekonomi dunia yang sudah semakin terintegrasi salah satunya melalui perdagangan, risiko dari perang dagang ini dapat memberikan dampak yang nyata pada turunnya ekspor dan naiknya inflasi pada negara yang terlibat pada perang dagang tersebut.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia sejak Maret 2018 terkoreksi cukup signifikan, setelah sempat mengalami kenaikan panjang pasca terkoreksi ketika Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) memenangkan Donald Trump di akhir 2016. Positifnya, Indonesia sebagai negara yang tidak terlalu mengandalkan ekspor pada perekonomiannya, memiliki risiko yang lebih kecil terjebak dalam risiko perang dagang tersebut.

Berdasarkan data World Bank 2016, ekspor Indonesia memberikan kontribusi 19% pada Produk Domestik Bruto (PDB), relatif kecil bila dibandingkan dengan Malaysia 68% dan Thailand 69%. Di sisi lain, data dalam negeri saat ini menunjukkan impor Indonesia meningkat selama 2018, ini indikasi positif atas meningkatnya permintaan konsumsi. Data lainnya seperti penjualan semen nasional yang meningkat 7,8% (year on year) pada Februari 2018 turut memperkuat indikasi tersebut.

BERITA TERKAIT

Sukses Pengembangan Karyawan - BTN Tempati Posisi Top 3 Untuk Pengembangan Karier

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menempati posisi Top 3 tempat kerja terbaik untuk pengembangan karir di Indonesia versi…

Atlantis Subsea Bidik Pendapatan Tumbuh 20%

NERACA Jakarta – Resmi mencatatkan sahamnya di pasar modal, PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk (ATLA) membidik pendapatan tumbuh 20% pada…

Tensi Politik Timur Tengah Penyebab Anjloknya IHSG

NERACA Jakarta- Tensi ketegangan politik di kawasan timur tengah menjadi sentimen negatif terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sukses Pengembangan Karyawan - BTN Tempati Posisi Top 3 Untuk Pengembangan Karier

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menempati posisi Top 3 tempat kerja terbaik untuk pengembangan karir di Indonesia versi…

Atlantis Subsea Bidik Pendapatan Tumbuh 20%

NERACA Jakarta – Resmi mencatatkan sahamnya di pasar modal, PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk (ATLA) membidik pendapatan tumbuh 20% pada…

Tensi Politik Timur Tengah Penyebab Anjloknya IHSG

NERACA Jakarta- Tensi ketegangan politik di kawasan timur tengah menjadi sentimen negatif terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa…