LPEI Luncurkan Handbook untuk Pelaku Usaha - Masuk Ke Pasar Afrika

 

 

NERACA

 

Nusa Dua – Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank meluncurkan buku pegangan atau handbook bagi para pelaku usaha untuk bisa masuk ke pasar Afrika. Pasar Afrika yang dikenal sebagai negara non tradisional memiliki tantangan tersendiri, selain karena komoditasnya yang berbeda namun juga risiko yang akan dihadapi oleh para pelaku usaha lantaran kondisi di Afrika cenderung kurang stabil.

Namun begitu, pasar Afrika cukup menggiurkan dengan total penduduk sebanyak 956,73 juta jiwa yang mana 54% diantaranya merupakan usia produktif. Disamping itu juga, Produk Domestik Bruto (PDB) Afrika juga cukup besar karena PDB Afrika tercatat sebesar US$1,49 triliun. Maka dari itu, LPEI meluncurkan buku dengan judul Road to Africa untuk memberikan gambaran dan petunjuk kepada pelaku usaha untuk masuk ke pasar Afrika.

Direktur Eksekutif LPEI Sinthya Roesli menyampaikan bahwa buku Road to Africa dibuat oleh lembaga riset LPEI bersama dengan Kementerian Luar Negeri. “Buku tersebut berisikan informasi untuk masuk ke pasar Arika. Akan tetapi itu hanya kajian awal yang sifatnya masih basic, sehingga nanti bisa dipertajam lagi. Ini bisa menjadi handbook bagi para pelaku usaha,” ungkap Sinthya saat berbincang dengan Neraca disela acara Indonesia Africa Forum 2018 di Nusa Dua Bali, Selasa (10/4).

Sinthya tak menampik bahwa kedepannya akan ada perubahan yang akan didapati ketika memasuki di pasar Afrika. Maka dari itu, pihaknya selalu memperbaharui isi dalam buku tersebut dengan bekerjasama para duta besar negara-negara yang ada di Afrika. “Buku itu nantinya kita akan distribusikan kepada pelaku usaha lewat Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan juga bisa diakses lewat website karena disiapkan lewat elektronik book (e-book),” jelasnya.

Pasar Afrika memang belum dilirik oleh banyak pelaku usaha Indonesia. Berdasarkan catatan dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2017 ekspor Indonesia masih terkonsentrasi ke negara Tiongkok (13.7%), Amerika Serikat (10.5%), Jepang (10.5%), India (8.3%), dan negara ASEAN (23.3%) dengan total 66.3% dari total ekspor. Melihat catatan tersebut, pengembangan ekspor perlu dilakukan melalui penetrasi ekspor ke pasar-pasar baru dengan tujuan akhir peningkatan ekspor nasional.

Dalam sambutannya, Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap buku Road to Africa dapat bermanfaat dan menjadi suatu referensi baik bagi Kementerian/Lembaga dan para pelaku usaha, maupun bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperkaya khasanan pengetahuan mengenai pasar baru ekspor. Lebih lanjut, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan kehadiran buku Road to Africa dapat memperkuat momentum pendekatan interaksi Indonesia dengan Afrika.

Kehadiran buku ini juga merupakan bentuk sinergi yang baik antar lembaga pemerintah, dalam hal ini Kementerian Keuangan dan Kementerian Luar Negeri, karena Indonesia Eximbank merupakan lembaga keuangan khusus di bawah Kementerian Keuangan. “Persoalan ekspor menjadi tanggung jawab bersama, sehingga seluruh Kementerian dan Lembaga dan stakeholder lainnya harus berperan strategis menjadi satu Indonesia incorporated untuk mendukung kinerja ekspor nasional,” ujar Sri Mulyani.

Wakil Presiden Jusuf Kalla yang membuka acara Indonesia Africa Forum (IAF) 2018 mengatakan prospek kerja sama antara Indonesia dan Afrika akan semakin cerah seiring dengan besarnya populasi kelas produktif yang mencapai lebih dari 400 juta di Indonesia dan Afrika. Pada 2017, volume perdagangan antara Indonesia dan Afrika mencapai US$8,84 miliar atau tumbuh 15,25% dibandingkan dengan 2016. "Ini masih kecil dilihat dari sisi nilainya tapi trennya terus meningkat. Ini sangat positif dan signifikan," jelasnya.

JK mencontohkan pertumbuhan perdagangan antara Indonesia dan Liberia mencapai 284%. Lalu, dengan Comoros tumbuh 268%, dengan Gabon tumbuh 215%, dengan Togo tumbuh 105%, dengan Burundi naik 105%, dan dengan Cape Verde (Tanjung Verde) naik 100%. “Indonesia butuh minyak, kapas, cokelat dari Afrika, sedangkan Afrika butuh minyak sawit, kendaraan bermotor, dan tentu yang sangat populer adalah mie instan, Indomie,” tuturnya.

 

 

BERITA TERKAIT

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta NERACA Jakarta - PT Rukun Raharja, Tbk (IDX: RAJA) telah mengumumkan…

Pemerintah Komitmen Percepat Pengembangan Ekonomi Digital

    NERACA Jakarta – Pemerintah berkomitmen mempercepat pengembangan ekonomi digital sebagai pilar strategis transformasi Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh…

Sumber Daya Air Jadi Prioritas Pembangunan IKN

  NERACA Jakarta – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyebutkan sektor sumber daya air (SDA) dan infrastrukturnya menjadi…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta NERACA Jakarta - PT Rukun Raharja, Tbk (IDX: RAJA) telah mengumumkan…

Pemerintah Komitmen Percepat Pengembangan Ekonomi Digital

    NERACA Jakarta – Pemerintah berkomitmen mempercepat pengembangan ekonomi digital sebagai pilar strategis transformasi Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh…

Sumber Daya Air Jadi Prioritas Pembangunan IKN

  NERACA Jakarta – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyebutkan sektor sumber daya air (SDA) dan infrastrukturnya menjadi…