NERACA
Jakarta –Buntut melemahnya daya beli masyarakat memberikan dampak terhadap kinerja keuangan PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA). Dimana emiten ritel ini sepanjang tahun lalu mencatatkan penurunan penjualan serta menorehkan rugi bersih. Dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin disebutkan, perseroan membukakan penjualan sebesar Rp 12,56 triliun pada tahun lalu. Penjualan peritel fesyen ini turun 7,13% dibandingkan kinerja 2016 yang mencapai Rp 13,52 triliun.
Disebutkan, pencapaian penjualan langsung turun 7,22% menjadi Rp 12,46 triliun. Meski penjualan konsinyasi naik, namun peningkatannya dibarengi pula dengan kenaikan biaya konsinyasi, sehingga menekan angka penjualan bersih. Kinerja penjualan yang turun ini turut diperburuk dengan bertambahnya beban yang harus ditanggung perusahaan, mulai dari beban pokok penjualan, beban penjualan serta beban umum dan administrasi. Beban pokok naik dari Rp 11,233 triliun menjadi Rp 11,559 triliun pada tahun lalu.
Alhasil, kinerja bottom line tergerus. MPPA mencatatkan rugi bersih Rp 1,24 triliun pada tahun lalu. Padahal, pada 2016, perusahaan masih mencatatkan laba bersih sebesar Rp 38,48 miliar. Total aset juga menyusut dari Rp 6,7 triliun menjadi Rp 5,4 triliun. Meski begitu, total kewajiban turun tipis dari Rp 4,27 triliun menjadi Rp 4,27 triliun.
Tahun ini, MPPA juga berencana melakukan rights issue dengan target perolehan dana sebesar Rp 801,80 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk modal kerja, peremajaan dan membayar utang pokok kepada Bank of China. Jika tak ada aral melintang, pencatatan saham hasil rights issue akan dilakukan pada 9 April mendatang di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dana hasil rights issue antara lain akan digunakan untuk modal kerja, peremajaan persediaan sekitar 93,7%. Sisanya 6,3% akan digunakan oleh perseroan untuk bayar sebagian pokok utang kepada Bank of China Limited. Setiap pemegang saham 11 saham biasa atas namanya tercantum dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) pada 5 April 2018 akan mendapatkan empat saham HMETD.
Dalam pelaksanaan rights issue, PT Multipolar Tbk (MLPL), selaku pemegang saham utama akan melaksanakan seluruh HMETD yang diperolehanya.Apabila setelah alokasi itu masih terdapat sisa saham yang ditawarkan, pembeli siaga yaitu PT Ciptadana Capital akan beli semua sisa saham tidak diambil bagiannya tersebut. Bagi pemegang saham tidak eksekusi pelaksanaan rights issue akan alami dilusi hingga 26,67%.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menempati posisi Top 3 tempat kerja terbaik untuk pengembangan karir di Indonesia versi…
NERACA Jakarta – Resmi mencatatkan sahamnya di pasar modal, PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk (ATLA) membidik pendapatan tumbuh 20% pada…
NERACA Jakarta- Tensi ketegangan politik di kawasan timur tengah menjadi sentimen negatif terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa…
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menempati posisi Top 3 tempat kerja terbaik untuk pengembangan karir di Indonesia versi…
NERACA Jakarta – Resmi mencatatkan sahamnya di pasar modal, PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk (ATLA) membidik pendapatan tumbuh 20% pada…
NERACA Jakarta- Tensi ketegangan politik di kawasan timur tengah menjadi sentimen negatif terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa…