Targetkan Rp 1 Triliun Dari IPO - Menantikan Wajah Baru Bank Jatim Pasca Go Public

NERACA

Jakarta – Mengikuti kesuksesan PT Bank Jabar Banten Tbk (BJBR) yang terlebih dahulu mencatatkan sahamnya di pasar modal melalui penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO), kini Bank Pembangunan Daerah Jatim bakal menyusul IPO ditahun 2012.

Dalam pelaksanaan IPO nanti, perseroan membidik dana sebesar Rp 1 triliun atau sebesar 25% saham yang akan di lepas ke public. Direkur BPD Jatim Mulyanto pernah bilang, pihaknya menyakini dana IPO yang ditargetkan bisa tercapai dari Rp 500 miliar hingga Rp 1 triliun. "Kita akan melepas 25% saham mayoritas yang dimiliki Pemprov dan kabupaten nilainya Rp 500 miliar sampai Rp 1 triliun. Jumlah saham yang existing sekitar Rp 2 triliun lebih," katanya.

Asal tahu saja, niatan BPD Jatim IPO sempat tertunda dengan alasan kondisi pasar yang belum kondusif. Sebelumnya, BPD Jatim rencanakan pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Oktober 2011 dengan laporan keuangan perseroan pake April 2011.

Bahkan Gubernur Jatim Soekarwo pernah sesumbar bila rencana Bank Jatim go public dipastikan sudah bisa dilakukan tahun 2011 dari target sebelumnya ditahun 2010. Namun mengingat keterbatasan waktu, rencana penawaran saham perdana dilangsungkan pada 2011."Saya ingin Bank Jatim bisa IPO tahun 2011. Saya kira semuanya siap," ujar Gubernur Jatim Soekarwo.

Menurut Soekarwo, semestinya Bank Jatim bisa IPO pada tahun 2010 dengan memanfaatkan momentum pasar modal yang sedang kondusif dan kebanjiran dana asing. Namun, dia yakin, situasi pasar modal masih tetap positif hingga tahun 2011. Sehingga, proses IPO Bank Jatim tidak akan dihadapkan pada gejolak pasar yang tak menentu.

Bank Jatim (dahulu bernama Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur) adalah sebuah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Provinsi Jawa Timur. Bank plat merah ini didirikan pada tanggal 17 Agustus 1961. Rencananya, kesuksesan dalam IPO nanti akan digunakan untuk ekspansi binsis perusahaan.

Kinerja Keuangan

Pada tahun 2011 lalu, bank yang sahamnya sebagian besar dimiliki Pemprov Jatim itu membukukan keuntungan bersih Rp 1,19 triliun atau, naik tipis dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Kata Direktur Utama Bank Jatim Hadi Sukrianto, raihan laba pada tahun lalu hanya naik sekitar 3%, karena terjadi tekanan akibat merosotnya bunga kredit. “Penurunan laba dipengaruhi oleh penurunan tingkat  bunga yang terjadi selama 2011,”ujarnya.

Dia menjelaskan hingga akhir 2011, kredit yang telah disalurkan sekitar Rp16 triliun, naik dibandingkan dengan periode 2010 yang sebesar Rp13,19 triliun. Adapun dana pihak ketiga yang dikelola oleh perseroan mencapai Rp20 triliun, dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar Rp16,12 triliun.

Hadi mengharapkan rasio pembayaran dividen pada laporan keuangan 2011 dapat sedikit turun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dia berharap rasio pembayaran dividen berada di level 40%--50%. Adapun dividen yang dibayarkan oleh perseroan pada 2010 sebesar 55%. Asal tahu saja, di 2011 Bank Jatim menargetkan pertumbuhan kredit 25% atau setara Rp 16 triliun.

Bank Jatim yang kini memiliki total aset sebesar Rp 25 triliun lebih, kata Hadi, tetap merencanakan IPO (Initial Public Offering). Kebijakan IPO direncanakan secara cermat, sistematis, dan komprehensif.

Sebelumnya, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Muliaman D. Hadad yang menyampaikan, masuknya BPD ke pasar modal akan meningkatkan permodalan yang selama ini menjadi persoalan utama BPD.

Kata Muliaman D. Hadad, saat ini BPD yang baru melakukan IPO adalah BPD Jabar dan Banten, namun pihaknya yakin hal ini akan diikuti oleh BPD-BPD yang lainnya. "Saya kira ada satu atau dua BPD yang akan segera mengikuti dan yang berada di pulau Jawa,"ungkapnya.

Menurut Muliaman, dalam segi permodalan semuanya telah memenuhi persyaratan senilai Rp.100 miliar. Namun kedepan persaingan yang ketat akan menghantui perbankan sehingga nilai tersebut tidak cukup dan di perlukan suatu penambahan. "Jadi harus ada upaya ditingkatnya,"ungkapnya.

Sejarah Perusahaan

Secara operasional dan seiring dengan perkembangannya, maka pada tahun 1990 Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur meningkatkan statusnya dari Bank Umum menjadi Bank Umum Devisa, hal ini ditetapkan dengan Surat Keputusan Bank Indonesia Nomor 23/28/KEP/DIR tanggal 2 Agustus 1990.

Untuk memperkuat permodalan, maka pada tahun 1994 dilakukan perubahan terhadap Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 1992 tanggal 28 Desember 1992 menjadi Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 26 Tahun 1994 tanggal 29 Desember 1994 yaitu mengubah Struktur Permodalan/Kepemilikan dengan diijinkannya Modal Saham dari Pihak Ketiga sebagai salah satu unsur kepemilikan dengan komposisi maksimal 30%. (bani)

 

 

 

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…