Cerdas Berinvestasi di Pasar Modal - Investor Harus Jeli Mengenali Risiko Investasi

NERACA

Semarang - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 3 Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meminta masyarakat untuk mengenali risiko dalam berinvestasi sebelum memutuskan terjun.”Kenali dulu risikonya. Kalau perlu, harus belajar dari investasi yang kecil dulu, level kecil dulu," kata Kepala Bagian Pengawasan Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK Regional 3 Jateng dan DIY, Gatot Yulianto di Semarang, kemarin.

Gatot menjelaskan, pentingnya belajar dari level terkecil dalam bidang investasi, kemudian naik secara bertahap, untuk meminimalkan risiko yang didapatkan oleh nasabah yang melakukan investasi."Investasi itu kan standarnya pakai suku bunga yang ditetapkan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Jumlahnya berganti-ganti memang. Namun, sebenarnya bisa diamati untuk memilih investasi yang ditawarkan," ujarnya.

Kalau tiba-tiba, kata dia, ada perusahaan investasi yang menawarkan suku bunga 15% bisa dipastikan sangat berisiko karena rujukannya tidak ada sesuai dengan rekomendasi LPS.”Jadi, misalnya tiba-tiba ada yang menjanjikan 'boom' suku bunga 15%, itu rujukannya enggak ada. Makanya, inilah pentingnya masyarakat harus belajar dalam berinvestasi," katanya.

Tidak hanya didengarkan, kata dia, tetapi pengetahuan yang didapatkan harus dipahami dan dijalankan masyarakat yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan agar memahami posisinya dan risiko berinvestasi. Sementara Ketua Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Pasar Modal (LP3M) Investa Semarang Hari Prabowo mengatakan sebenarnya OJK tidak bosan-bosannya memberikan pemahaman untuk mewaspadai investasi bodong.”Kalau ada tawaran investasi, didengarkan dulu bolehlah. Namun, cek harus. Saya biasanya tanya dulu perizinannya, perusahaannya apa, ada izinnya tidak. Jadi, kenali risikonya," tuturnya.

Biasanya kata Executive Vice President (EVP) BNI Sekuritas Semarang itu, masyarakat tergiur dengan "return" yang abnormal dan instan karena sangat tinggi di luar kewajaran.”Per bulan dapat segini, segitu. Masyarakat perlu tanya dulu legalitasnya. Jangan mudah terkecoh dengan penampilan, misalnya perusahaan yang menempati kantor mewah di kawasan elite," katanya.

Sebenarnya, kata dia, mencermati investasi yang benar bisa dilihat dari "return" yang ditawarkan dan jika di atas lima persen/bulan harus diwaspadai sebab sangat di luar kewajaran.”Begini, rata-rata orang bisnis setahun dapat 'margin' 20-25% dari usaha riil saja sudah susah. Kalau lima persen/bulan, berarti setahun 60%? Tingkat kewajarannya gimana?" jelasnya.

Sementara itu, VP PT. Valbury Asia Futures Semarang, Willy Leo Santiko meminta masyarakat untuk tidak takut berinvestasi asalkan memiliki akal sehat dan pemahaman.”Segala keputusan untuk melakukan bentuk investasi kan tanggung jawab masyarakat sendiri. Salah satu paling mendasar adalah risiko. Namun, risiko hadir dalam kehidupan sehari-hari, termasuk berinvestasi," katanya. (ant/bani)

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…