Pemerintah Pantau Pergerakan Rupiah dan ICP

 

 

NERACA

 

Jakarta - Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani mengatakan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS serta Indonesian crude price (ICP) akan terus dipantau pengaruhnya terhadap kualitas realisasi APBN 2018. "Mohon melihatnya jangan jangka pendek karena ini pasti dipantau terus oleh pemerintah," kata Askolani di Jakarta, Senin (26/3).

Askolani mengatakan pergerakan rupiah yang saat ini berada pada kisaran Rp13.600, sedikit di atas asumsi dalam APBN 2018 sebesar Rp13.400 per dolar AS. Namun, pantauan terhadap pergerakan kurs dilakukan selama setahun penuh. "Ini agak depresiasi bulan ketiga, tapi kita tidak tahu bulan empat, kelima dan keenam. Jadi mekanismenya ini masuk dalam pemantauan pemerintah, tapi kami tetap hitung sampai 12 bulan," katanya.

Selain itu, ICP (harga minyak mentah Indonesia) yang berada di atas 60 dolar AS per barel sudah di atas asumsi dalam APBN 2018 sebesar 48 dolar AS per barel. Meski demikian, kenaikan harga minyak tersebut berpengaruh positif terhadap penerimaan negara. "Dia bisa menambah sisi pendapatan yang punya valas, yaitu penerimaan migas. Meski berdampak juga ke subsidi energi plus bunga utang," kata Askolani.

Askolani memastikan pengaruh pergerakan kurs dan harga ICP minyak tersebut terhadap realisasi APBN akan disampaikan sepenuhnya pada penyampaian laporan semester I pada Juli 2018. Penyampaian laporan semester I ini, tambah dia, penting untuk proyeksi pergerakan maupun kinerja APBN di semester II, sebagai antisipasi terhadap gejolak fiskal. "Selalu kami pantau prediksi harga, kurs dan kebijakan itu satu paket sehingga kamilihat ini punya risiko fiskal atau tidak," katanya.

Secara keseluruhan, Askolani menegaskan pentingnya pantauan asumsi dasar makro secara berkala, tidak hanya terhadap pergerakan kurs dan harga ICP minyak, agar pelaksanaan APBN dapat bermanfaat sepenuhnya bagi perekonomian. "APBN itu harus di-'manage' supaya bisa tetap konsisten dan mendukung kegiatan ekonomi secara utuh, baik dari sisi pajak, belanja maupun pembiayaan," ujarnya.

Sebelumnya, Kementerian Keuangan mencatat sampai akhir Februari 2018, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai Rp13.478 per dolar AS, yang dipengaruhi oleh berbagai pengaruh eksternal seperti kebijakan suku bunga The Fed, kebijakan normalisasi China dan persoalan geopolitik. Sementara itu, harga ICP minyak mencapai rata-rata 61,61 dolar AS per barel atau mengalami penurunan dibandingkan periode Januari 2018 sebesar 65,59 dolar AS per barel karena ada kenaikan pasokan minyak global serta penurunan permintaan.

 

BERITA TERKAIT

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…

Pentingnya Bermitra dengan Perusahaan Teknologi di Bidang SDM

  NERACA Jakarta – Pengamat komunikasi digital dari Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan menekankan pentingnya Indonesia memperkuat kemitraan dengan perusahaan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…

Pentingnya Bermitra dengan Perusahaan Teknologi di Bidang SDM

  NERACA Jakarta – Pengamat komunikasi digital dari Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan menekankan pentingnya Indonesia memperkuat kemitraan dengan perusahaan…