Laba Bersih Wilmar Cahaya Turun 49,91%

NERACA

Jakarta – Sepanjang tahun 2017, PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (CEKA) mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 4,26 triliun naik 3,65% dibandingkan sebelumnya Rp 4,11 triliun. Kontribusi pendapatan terbesar berasal dari penjualan ke pihak berelasi dengan kontribusi Rp 2,57 triliun atau turun 4,1% dibandingkan tahun sebelumnya Rp 2,68 triliun. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Sementara untuk penjualan ke pihak ketiga hanya berkontribusi sebesar Rp 1,52 triliun, jumlah tersebut naik dari sebelumnya Rp 1,26 triliun. Namun beban pokok pendapatan juga mengalami peningkatan dari Rp 3,68 triliun menjadi Rp 3,97 triliun. Laba sebelum pajak perusahaan tercatat sebesar Rp 143,19 miliar. Sedangkan laba bersih tahun berjalan tercatat turun 49,91% dari Rp 285,83 miliar menjadi Rp 143,19 miliar..

Sampai dengan akhir tahun lalu, total aset perusahaan tercatat sebesar Rp 1,39 triliun naik dari sebelumnya Rp 1,42 triliun. CEKA merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang produksi lemak di Indonesia. Ruang lingkup usaha CEKA berupa industri minyak nabati (minyak kelapa sawit produk turunannya), biji tengkawang, minyak tengkawang dan minyak nabati.

Saat ini produk utama yang dihasilkan CEKA adalah Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel serta turunannya. Perusahaan yang didirikan pada 1968 dan berpusat di Bekasi Jawa Barat, tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 1996. Di tahun 2017 kemarin, Wilmar Group telah mulai melakukan penanaman kembali (replanting) lahan sawit sebanyak 20.000 hektare (ha) dari total lahan inti perseroan di tanah air sebesar 157.000 ha. Bibit sawit tersebut mulai membuahkan hasil dalam 3-4 tahun ke depan.”Replanting dilakukan di lahan wilayah Sumatera mulai tahun 2017 hingga 2021," kata Head of Plantation Wilmar Group, Gurcharan Singh.

Dia mengatakan, replanting dilakukan di sejumlah lahan di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan Sumatera Selatan, mengingat rata-rata usia sawit di wilayah tersebut sudah tua atau mencapai 23-25 tahun, terhitung sejak 1992. Sebelumnya, Wilmar merampungkan replanting di wilayah yang sama sekitar 20.000 ha mulai 2008 hingga 2016. Adapun total lahan perkebunan di Sumatera mencapai 51.000 ha. "Jika dirata-ratakan kita melakukan replanting 5.000 ha per tahun," kata dia.

Menurut Gurcharan, biaya replanting mencapai Rp 50 juta - 55 juta per ha. Sementara untuk perkebunan sawit di Kalimantan yang mencapai 106.000 ha, kata dia, masih dalam usia produktif. Menurut dia, perkebunan inti sawit Wilmar di Sumatera dan Kalimantan mencapai 157.000 ha. Sedangkan area plasmanya sebesar 29.000 ha, sehingga total lahan di Indonesia tercatat sebesar 187.000 ha.

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…