Genjot Likuiditas Harga Saham - BEI Suport Aksi Stock Split Saham

NERACA

Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mendukung langkah emiten untuk memcah nilai saham (stock split), terutama bagi emiten yang harga sahamnya sudah terlampau tinggi. Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat mengatakan, pihaknya mendukung langkah emiten yang akan melakukan stock split. "Langkah ini bagus karena bisa ikut meningkatkan likuiditas saham mereka," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Contohnya seperti saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang saat ini harga sahamnya sudah mencapai angka Rp 73.000. Analis bahkan memasang target harga di level Rp 91.000 per saham hingga akhir tahun nanti. Samsul mengaku, pihak bursa akan sangat mengapresiasi jika saham-saham lain yang memiliki harga saham tinggi memencah nilai saham mereka.

Meski begitu, dia mengaku BEI tidak bisa mendorong mereka untuk melakukan stock split karena hal tersebut merupakan kewenangan emiten. Beberapa emiten pun sudah mengajukan permohonan untuk melakukan stock split ke BEI. "Namun kebanyakan dari mereka belum sampai satu tahun tercatat di bursa, jadi kami merekomendasikan mereka untuk menunggu sampai satu tahun dulu," terangnya.

Saat ini, GGRM memang menjadi emiten penghuni LQ45 dengan harga paling tinggi. Setelah GGRM, menyusul saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dengan harga Rp 50.100, PT United Tractors Tbk (UNTR) Rp 33.775 per saham, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 23.375 per saham, dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) Rp 20.100 per saham.

Maraknya aksi korporasi emiten melakukan stock split saham, direspon positif para investor dan hal inipun diakui analis First Asia Capital, David Sutyanto. Menurutnya, stock split saham menambah likuiditas bukan satu-satunya alasan emiten, tetapi alasan lainnya untuk menjaga harga. Biasanya, harga saham usai stock split akan lebih mudah meningkat. Hal tersebut akan memudahkan emiten jika ingin melakukan aksi korporasi di masa yang akan datang.

Meski demikian, stock split tidak membuat valuasi sebuah saham menjadi lebih murah. Tapi, aksi korporasi ini bisa membuat investor lebih mudah masuk karena harganya lebih terjangkau. Namun, harga saham usai stock split tak selalu langsung naik. Misalnya pada saham BBRI, harganya justru berada dalam tren penurunan. Kemarin, harga BBRI turun 2,76% ke level Rp 3.170.

David bilang, anomali ini lantaran saham BBRI sudah banyak diburu sebelum stock split. Ini kenapa harga BBRI terus naik sebelum stock split. Pada saat bersamaan, tidak ada sentimen positif lain, sehingga investor yang sebelumnya mengakumulasi BBRI mulai profit taking usai stock split. Meski demikian, fundamental BBRI dalam jangka panjang dinilai makin menarik.

Dia juga menilai positif agenda stock split PTBA karena didukung fundamental solid. Harga sahamnya pun jadi lebih terjangkau usai memecah saham. Alhasil, dirinya merekomendasikan buy PTBA dengan target Rp 13.000 hingga akhir tahun. Sebagai informasi, berdasarkan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPLB), menyetujui aksi korporasi PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melakukan pemecahan nilai nominal sahamnya dari Rp500 menjadi Rp100 per saham. PTBA melakukan stock split dengan rasio 1:5.

 

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…