PRESIDEN NILAI BANK TAK BERANI AMBIL RISIKO - Bank Bermain Aman, Kredit Hanya Tumbuh 8%

Jakarta-Presiden Jokowi  menilai kalangan perbankan memilih bermain aman sehingga pencapaian pertumbuhan kreditnya kurang dari target yang disepakati sebelumnya. Pasalnya, perbankan terlalu konservatif, kurang berani mengambil risiko yang tercermin dari rendahnya pertumbuhan kredit yaitu hanya 8,24%. Namun sebaliknya, laba usaha bank pada akhir 2017 tumbuh hingga 23% (yoy).

NERACA

Presiden didampingi Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso di Istana Negara Jakarta, Kamis (15/3), menemui para pimpinan bank umum. Jokowi mengatakan bahwa pencapaian pertumbuhan kredit perbankan nasional masih di bawah target yang disepakati dalam pertemuan dengan para direksi bank tahun lalu.  "Tadi Pak Kepala OJK menyampaikan pertumbuhan kredit hanya 8,24%. Saya ingat waktu kita berkumpul di sini saat itu target yg diberikan 9-12%,” ujarnya.

Menurut Jokowi, perbankan nasional memilih bermain aman dan tidak berani mengambil risiko sehingga kreditnya hanya tumbuh 8,24%. "Risiko yang sangat besar adalah apabila kita tidak berani ambil risiko. Memang perbankan harus prudent, harus hati-hati, ya saya setuju," katanya.

Presiden mengatakan, bahwa dalam bisnis yang tidak berani mengambil risiko perlahan bisa mati dengan sendirinya. "Ya sudah selesai, dalam bisnis, pasti akan mati atau mungkin pelan-pelan, tapi nantinya juga mati. Sementara kalau kita ambil risiko masih ada kemungkinan kita selamat," ujarnya.

Jokowi mengingatkan para pimpinan bank untuk mengambil risiko. “Mengambil keputusan ya ambil risiko, dan kalau kita menghindari dari risiko ya artinya menghindar dari keputusan," ujarnya.

Kepala Negara juga menilai bermain aman pada masa keterbukaan dan kompetisi global yang ketat serta perkembangan cepat teknologi sebagai sebuah ilusi. "Yang ingin saya tekankan di sini adalah yang namanya main aman itu sebuah ilusi di dunia yang sekarang ini, yang begitu sangat dinamis, era keterbukaan, era globalisasi, era teknologi berkembang sangat cepatnya, ndak ada aman, itu tidak ada,"tegas Jokowi.

Dalam kondisi yang demikian, menurut Jokowi, tidak bisa lagi hanya "lihat dan tunggu".  "Kalau seperti itu orang tiap tahun yang akan wait and see terus karena akan berubah-ubah terus, karena ketidakpastian itu hampir kita alami terus baik di dunia bisnis, baik keuangan, perbankan dan politik," ujarnya.

Menurut pandangan Biro Riset InfoBank mengucurkan kredit sangatlah mudah. Obral kredit itu mudah yang susah kan agar kredit tidak menjadi NPL. Sejak tiga tahun terakhir, pertumbuhan kredit tidak punya korelasi penting terhadap pertumbuhan ekonomi. Selama tiga tahun tiga tahun terkahir kredit hanya tumbuh single digit dan pertumbuhan ekonomi sekitar 5,01%.

Mengutip data Biro Riset InfoBank, sebelum tahun 2014 pertumbuhan kredit selalu dalam kisaran 3-4 kali pertumbuhan ekonomi. Ini artinya, kredit perbankan benar benar mendorong pertumbuhan ekonomi. Sejak tahun 2014 justru kredit tak punya peran penting bagi pertumbuhan ekonomi.

Dari mana sumber pertumbuhan ekonomi? Biro Riset InfoBank menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi selama tiga tahun terakhir dari konsumsi yang bersumber dari utang luar negeri. Untuk itu, kredit bank tidak bisa dipaksakan dan bukan salah bankir apalagi tidak berani mengambil risiko karena tidak berani mengucurkan kredit.

Kesempatan Bank Asing

Pada bagian lain, Jokowi membuka pintu lebar-lebar untuk bank asing beroperasi di Indonesia. Opsi ini dinilai lebih baik ketimbang dana nasabah dalam negeri mengalir ke luar negeri. "Menurut saya, lebih baik bank internasional ada di Indonesia daripada nasabah yang lari ke luar. Pilihannya hanya itu," ujarnya.

Meski demikian, Presiden menegaskan semua negara masuk era keterbukaan dan kompetisi ketat yang turut memengaruhi jasa keuangan. Saat ini, masyarakat bisa mengajukan kredit dan membuka akun rekening dimana saja. Semuanya dinilai hanya bergantung tingkat kemudahan dan kecepatan yang diberikan bank kepada nasabah.

"Sangat mudah sekarang. Misal, orang terbang ke Singapura hanya sekitar satu jam, buka rekening dan ambil kredit di situ sangat mudah. Pinjam uang juga sangat gampang," ujar Kepala Negara.

Oleh karena itu, Jokowi  meminta seluruh pimpinan bank harus siap menghadapi era keterbukaan dan meningkatkan pelayanan, sehingga masyarakat lebih memilih jasa bank dalam negeri. "Saya wanti-wanti ke bank nasional hati-hati persaingan semakin sengit. Dalam beberapa tahun akan semakin sengit lagi," ujarnya. Sebelumnya, Jokowi kerap menyatakan keyakinannya bank nasional bisa bersaing dengan bank-bank asing karena hal itu sudah terjadi sejak dia kecil.

Kredit Pendidikan

Selain itu, Jokowi meminta perbankan nasional mencontoh Amerika Serikat (AS) saat memberikan fasilitas kredit ke sektor pendidikan. Hal tersebut demi membuat pemerataan akses pendidikan di seluruh wilayah Indonesia.

Jokowi mengatakan AS telah memiliki produk kredit pendidikan yang biasa disebut dengan student loan. Bahkan jumlah kredit pendidikan yang sudah tersalurkan jauh lebih besar dibandingkan kredit untuk kebutuhan konsumsi.

"Kalau yang di Amerika biasanya mereka namakan student loan. Dan saya mendapatkan laporan bahwa di AS nilai nominal outstanding seluruh kredit pendidikan itu telah melampaui dari total outstanding dari pinjaman kartu kredit," tutur dia.

Dia menyebutkan, jumlah penyaluran pinjaman kartu kredit mencapai US$ 800 miliar di AS, sedangkan untuk penyaluran kredit untuk pendidikan lebih besar lagi hingga US$ 1,3 triliun.

"Ini saya kira sebuah contoh yang mungkin harus kita dorong agar yang namanya kredit pendidikan atau student loan betul-betul bisa kita kerjakan di sini. Ini jika salah satu dalam rangka kita investasi di bidang SDM Indonesia," ujarnya.

Sebab itu, Jokowi menantang perbankan nasional untuk berani lebih banyak kredit untuk dunia pendidikan. Dengan demikian diharapkan dapat mendorong pemerataan akses pendidikan bagi seluruh masyarakat. "Dalam pertemuan dengan perbankan nasional, saya juga sudah menantang perbankan kita untuk mengeluarkan produk kredit pendidikan. Supaya masyarakat bisa semuanya bisa mengakses pada pendidikan lewat kredit pendidikan," ujarnya.

Beberapa tahun lalu, Bank BNI pernah menyalurkan kredit mahasiswa Indonesia (KMI) khusus bagi mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi negeri, yang bertujuan untuk membantu biaya penelitian penyelesaian skripsinya. “Saat itu pihak bank hanya meminta agunan ijazah mahasiswa (setelah lulus) penerima KMI selama fasilitas kreditnya belum selesai,” ujar Salman, mantan mahasiswa penerima KMI di Jakarta, kemarin. bari/mohar/fba

 

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…