Bappenas : Rupiah Harus Diperkuat Secara Fundamental

 

 

NERACA

 

Jakarta - Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang PS Brodjonegoro yang juga dikenal sebagai ahli ekonomi pembangunan mengatakan salah satu tantangan jangka pendek yang dihadapi Indonesia saat ini yaitu penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Dengan kata ini, rupiah sedang mengalami under pressure dari kekuatan nilai dolar Amerika (USD). Untuk itu, penguatan rupiah harus dilakukan secara lebih fundamental. Bukan hanya melalui operasi moneter atau intervensi pasar dengan cadangan devisa tapi melalui kebijakan yang lebih fundamenal.

Dalam konteks merealisasikan kebijakan yang lebih fundamental, kata Bambang, salah satu yang bisa dikedepankan adalah penguatan ekspor jasa sebagai sumber devisa. Pariwisata atau tourisme termasuk kategori ekspor jasa yang bisa menghasilkan devisa dan memperkuat rupiah secara permanen. “Jadi jangan hanya berhenti pada ekspor barang, ekspor jasa juga tidak kalah penting karena ekspor jasa mempunyai multiplayer effect yang luar biasa,” ujar Bambang, seperti dikutip Rabu (14/3).

Menurut Bambang itu di sisi current account, penguatan rupiah secara lebih fundamental juga bisa dilakukan dari sisi capital account. Ada yang sifatnya hot money, portofolio, dan Foreign Direct Investment (FDI). Kalau dalam jangka pendek yang harus diperhatikan adalah portofolio karena langsung berdampak terhadap Surat Utang Negara (SUN), pasar modal dan ujungnya terhadap rupiah.

Berikutnya dari komponen pertumbuhan seperti konsumsi. Sejauh ini konsumsi masih merupakan pendorong perekonomian yang dominan sebesar 54,3% terhadap PDB 2017. Karena porsinya yang signifkan pada PDB, maka perlambatan pada konsumsi memiliki dampak terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Namun, kata Bambang, kita harus “waspada” mengingat pertumbuhan konsumsi masih di bawah 5%. Dalam standar global, capaian pertumbuhan konsumsi di bawah 5% sebenarnya masih bagus. “Jadi kalau ada yang bilang ada pelemahan daya beli, ya tidak cocok karena konsumsinya tumbuh meski tumbuhnya tidak di atas 5%,” ujar Bambang.

Selain itu, yang juga perlu ditingkatkan adalah kontribusi konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi yang sampai tahun 2013 hanya mencapai 3% atau lebih. Padahal tahun 2011, saat perekonomian tumbuh tinggi 6,5% kontribusi konsumsinya di atas 3,5 persen. Tapi setelah tahun 2013, kontribusi pertumbuhan dari konsumsi berada di bawah 3%.

Bambang mengatakan ada korelasi antara pertumbuhan konsumsi dengan komoditas. Saat terjadi commodity boom sekitar tahun 2013 pertumbuhan ekonomi mencapai 6 - 6,5%. Saat itu, konsumsi pernah tumbuh luar biasa di atas 5,2%-5,3%. Tapi faktor itu hilang seiring dengan berakhirnya commodity boom. “Jadi kalau diperhatikan, kontribusi konsumsi yang besar dapat mempengaruhi kemampuan kita untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi,” kata Bambang.

Saat ini, tambah Bambang, memang ada perbaikan harga komoditas, CPO, batu bara, tetapi tentunya bukan seperti commodity boom sebagaimana beberapa tahun lalu. Oleh karena itu, kontribusi atau peran strategis konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi yang besar dapat diganti oleh investasi atau ekspor. Cuma masalahnya, ekspor kita masih sangat bergantung kepada sumber daya alam seperti batu bara dan CPO. Sementara investasi meski tahun lalu sudah ada tanda-tanda bangkit dengan capaian mendekati 7%, masih perlu lebih dioptimalkan lagi untuk bisa membuat ekonomi kita tumbuh lebih tinggi lagi.

 

 

BERITA TERKAIT

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…