Dukung Pengembangan Bisnis - PT Surya Pertiwi Cari Modal Lewat IPO

NERACA

Jakarta – Dalam rangka mendukung bisnis, perusahaan distributor produk sanitari, PT Surya Pertiwi akan melaksanakan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun ini.

Presiden Komisaris Surya Pertiwi, Mardjoeki Atmadiredja mengatakan bahwa dana yang diraih dari pelaksanaan IPO itu sedianya akan digunakan untuk pembayaran utang dan ekspansi bisnis.”Sekitar 50% dana IPO untuk bayar utang, 25% capital expenditure atau belanja modal dan sisanya untuk modal kerja,”ujarnya di Jakarta, kemarin.

Sementara itu, Direktur Utama Ciptadana Sekuritas, Asia Ferry Budiman Tandja selaku penjamin emisi mengatakan, Surya Pertiwi akan menggunakan buku keuangan periode Desember 2017 sebagai salah satu syarat pengajuan IPO.”Sekitar 25% saham perusahaan rencananya akan dilepas ke publik dalam IPO," katanya.

Sebelumnya, Senior Executive Vice President, Head of Potential Issuer Development BEI, Umi Kulsum mengatakan, melalui IPO, perusahaan akan memperoleh akses pendanaan lebih luas dalam rangka mengembangkan usaha, dan perusahaan akan dapat meningkatkan penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good governance corporate/GCG).”Dengan perusahaan melakukan IPO, maka perusahaan akan didorong untuk menerapkan tata kelola perusahaan yang baik, dan juga dipantau kinerjanya oleh publik," ujarnya.

Pada 2018 ini, pihak BEI menargetkan sebanyak 35 perusahaan melaksanakan IPO. Dalam data BEI, sepanjang tahun ini baru terdapat dua perusahaan yang telah resmi mencatatkan sahamnya di BEI melalui IPO, yakni PT LCK Global Kedaton Tbk (LCKM), dan PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS). Selain itu, pihak BEI juga mengemukakan bahwa tiga anak badan usaha milik negara (BUMN) mendaftarkan diri untuk IPO. "Tiga anak BUMN yang sudah melakukan 'fillinf' dokumen, yakni PT Bank BRI Syariah, PT Waskita Karya Realty, dan PT Tugu Pratama Indonesia,"kata Executive Vice President Head of Privatization BEI, Saptono Adi Junarso.

Disebutkan, ketiga perusahaan itu menggunakan laporan keuangan periode Desember 2017 sebagai salah satu syarat pelaksanaan IPO. Selain anak BUMN, lanjut dia, terdapat juga tiga perusahaan rintisan (startup) yang menyandang status "unicorn" sedang mempertimbangkan untuk melaksanakan IPO pada tahun ini. Ketiga perusahaan tersebut adalah Bukalapak, Gojek dan Tokopedia.
Dia mengemukakan bahwa pihaknya telah melakukan pertemuan dengan manajemen perusahaan rintisan itu. Namun, masih terdapat beberapa kendala, diantaranya mengenai valuasi aset tak berwujud (intangible asset).”Kita sedang berdiskusi dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) agar intangible asset itu bisa divaluasi. Semoga bisa sehingga mempermudah IPO. Aset perusahaan itu bentuknya seperti aplikasi dan software, kita berharap aturannya keluar tahun ini," katanya

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…