Perang Dagang

Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi  

Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo

Perang dagang AS – China nampaknya akan terus berlanjut dan ada banyak kepentingan dibalik sengketa perang dagang. Sejatinya perang dagang sudah ada sejak lama dan ada nilai kepentingan ekonomi – bisnis dari semua sejarah perang dagang. Kalkulasi untung rugi menjadi isu klasik dan karenanya tidak pernah ada yang diuntungkan dari perang dagang karena yang menjadi lawannya pasti juga akan melakukan hal yang sama untuk produk dari lawannya. Oleh karena itu, sejarah perang dagang selalu berakhir dengan perundingan dan atau negoisasi yang sekiranya bias memberikan win-win solution untuk semua yang terlibat.

Argumen yang mendasari karena di era global sejatinya kini semua saling terkait dan terlibat sehingga tidak ada lagi dominasi ekonomi – politik secara utuh yang kemudian memungkinkan terjadinya sharing kekuasaan dan dominasi ekonomi di semua lini produksi. Hal ini menegaskan bahwa perang dagang sejatinya merugikan bagi semua yang terlibat. Bahkan Negara yang sebenarnya tidak terlibat juga ikut terkena dari imbasnya sehingga berpengaruh terhadap neraca perdagangan.

Muasal dari perang dagang AS-China yaitu pengenaan tarif terhadap baja dan aluminium. Hal ini tidak bisa terlepas dari dominasi kekuatan pasar baja made in China di pasar dunia sehingga meresahkan dominasi pasar domestik, tidak hanya di AS, tapi juga di sejumlah negara, termasuk juga di Indonesia. Oleh karena itu, AS menetapkan tarif 25% untuk impor baja dan 10 % untuk impor aluminium dari China.

Besaran tarif ini tentu berdampak negatif terhadap neraca perdagangan China sementara di sisi lain regulasi ini tentu memicu sentimen terhadap penciptaan regulasi serupa untuk menahan ekspor dari AS ke pasar China. Artinya, bukan tidak mungkin sengketanya akan terus berlanjut tidak saja di kedua produk tersebut tapi merembet ke sejumlah produk lainnya dan tentu fakta ini akan juga memicu sentimen terhadap produk bagi negara lain yang bermitra dengan kedua negara tersebut. Belajar bijak dari sejarah perang dagang maka Indonesia haruslah cermat menyikapi perang dagang antara AS – China agar produk ekspor kita tidak terkena imbas secara langsung.

Fakta ancaman dan juga dampak perang dagang AS - China maka beralasan jika Menteri Perdagangan China Zhong Shan menegaskan, bahwa perang dagang di era global hanya memicu bencana sehingga konsekuensi dari perang dagang AS-China dikhawatirkan bisa mempengaruhi target pertumbuhan global. Padahal, geliat ekonomi global di tahun 2018 diharapkan meningkat terutama untuk mendukung pencapaian taraf kesejahteraan sesuai dengan target pembangunan berkelanjutan. Paling tidak dari perang dagang AS - China akan mereduksi target pertumbuhan global, sementara pertumbuhan ekonomi China tentu diharapkan menstimulus geliat ekonomi terutama dikaitkan dengan pangsa pasarnya dan potensi ekspor dari kemitraan dengan sejumlah negara termasuk Indonesia.

Artinya, riak dari perang dagang jelas memberikan kerugian bagi semuanya dan karenanya beralasan jika perang dagang harus secepatnya direduksi dan dicarikan titik temu kepentingannya sehingga menguntungkan semua pihak. Memang ini tidak mudah karena tentu ada aspek ego ekonomi-politik yang harus juga dicermati.

Argumen yang mendasari adalah target perluasan pasar bagi AS di China sehingga segala upaya harus dilakukan, meski di sisi lain perluasan pasar dengan regulasi yang memicu sentimen negatif juga tidak dibenarkan sehingga konflik ini menjurus ke perang dagang. Kepentingan dalam negeri memang harus diutamakan meski tidak bisa mengabaikan sisi penting komunikasi dengan mitra karena sejatinya dalam ritme global ada interaksi pada jalinan bilateral dan multilateral sehingga ancaman kassu perang dagang memang tidak bisa diterima karena sejatinya tidak ada yang diuntungkan dari perang dagang dan kasus antara AS-China harus menjadi pelajaran kedepannya.

BERITA TERKAIT

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

BERITA LAINNYA DI

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…