Carousell: Marketplace Jual dan Beli Barang Bekas

Carousell: Marketplace Jual dan Beli Barang Bekas

NERACA

Jakarta - Carousell adalah sebuah mobile classifieds marketplace yang membuat berjualan semudah mengambil foto dan berbelanja semudah chatting. Diluncurkan pada Agustus 2012, Carousell memulai bisnisnya di Singapura dan sudah memperluas bisnisnya ketujuh pasar kunci. Dengan lebih dari 100 juta barang yang dijual, Carousell adalah salah satu marketplace yang terbesar dan paling berkembang di dunia.

Carousell juga dikenal sebagai tempat belanja paling populer di Singapura, Taiwan, dan Hong Kong, dan didukung oleh Capital Ventures bertaraf internasional seperti Sequoia India, Rakuten Ventures, 500 Startups, Golden Gate Ventures, dan QuestVC. Di Singapura, Carousell memiliki 29 kategori produk, termasuk mobil, gadget, dan aksesoris fesyen.

Sejak diluncurkan di Indonesia pada 2015, Carousell telah menjadi salah satu mobile classifieds marketplace yang berkembang pesat di mana orang bisa membeli, menjual, dan terhubung satu sama lain. Di Indonesia, ada lebih dari 10,5 juta barang yang dijual dan 2,7 juta barang yang telah terjual.“Dengan Carousell, move on jadi semudah mengambil foto, pasang, jual dalam 30 detik saja”, kata Associate Country Manager, Carousell Indonesia, Olivia Lautner, dalam rilisnya di Jakarta, kemarin.

Menurut Olivia, Carousell adalah sebuah marketplace dimana pengguna bisa menjual dan membeli barang bekas, dan cukup mengejutkan bahwa ada banyak pengguna yang menjual barang-barang unik seperti barang pemberian dari mantan. Menurut data internal Carousell, ada sekitar 20.000 barang mantan yang dijual. Barang-barang tersebut adalah pakaian (70%), mainan (40%), dan buku (30%).“Orang Indonesia adalah suporter besar penjualan dan pembelian barang bekas secara online, tetapi tahu kah Anda bahwa 8 dari 10 orang Indonesia bersedia menjual barang bekas pemberian dari mantan? Ini adalah data terbaru yang dihimpun oleh mobile classifieds marketplace Carousell dari survei in-app yang dilakukan terhadap 970 orang responden”, ungkap Olivia.

Mendapatkan uang tambahan adalah alasan paling populer bagi orang Indonesia untuk menjual barang mantan (60%), alasan yang lain adalah untuk mengurangi tumpukan barang di rumah (44%), dan untuk move-on dari masa lalu (34%). Dari responden yang menyatakan bersedia menjual barang mantan, 40% mengatakan bahwa selama ini mereka hanya menyimpan barang tersebut tanpa alasan, 35% menyatakan masih menggunakannya, dan 20% menyatakan, mereka sulit melepaskan barang tersebut karena menyimpan memori.

Oleh karena itu, lanjut Olivia, untuk membantu orang-orang Indonesia move-on dan move forward, Carousell Indonesia merayakan untuk pertama kalinya “National Move On Day” atau Hari Move On Nasional pada 12 Maret ini. “Pada Hari Move On Nasional ini kami berharap anak-anak muda Indonesia bisa melepaskan barang-barang dari masa lalu berserta emosi yang menyertainya”, pungkas Olivia. Mohar/Rin

BERITA TERKAIT

Aiptu Supriyanto Cerminan Polisi Jujur Berintegritas

NERACA Jakarta - Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarto menyebut tindakan Aiptu Supriyanto mengembalikan uang temuan milik pemudik yang…

RI Bisa Jadi Penengah Konflik Iran-Israel

NERACA Yogyakarta - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Al Makin memandang Indonesia berpeluang menjadi mediator atau…

Ruang Siber Telah Menjadi Medan Perang Modern

NERACA Semarang - Pakar keamanan siber Dr. Pratama Persadha mengatakan bahwa ruang siber telah menjadi medan perang modern yang memperlihatkan…

BERITA LAINNYA DI

Aiptu Supriyanto Cerminan Polisi Jujur Berintegritas

NERACA Jakarta - Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarto menyebut tindakan Aiptu Supriyanto mengembalikan uang temuan milik pemudik yang…

RI Bisa Jadi Penengah Konflik Iran-Israel

NERACA Yogyakarta - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Al Makin memandang Indonesia berpeluang menjadi mediator atau…

Ruang Siber Telah Menjadi Medan Perang Modern

NERACA Semarang - Pakar keamanan siber Dr. Pratama Persadha mengatakan bahwa ruang siber telah menjadi medan perang modern yang memperlihatkan…