Kisah Insipiratif Ojek Difa - Ketika Disabilitas Mampu Berdayakan Komunitas Sekitarnya

Sejatinya keberadaan para penyandang disabilitas harus diperlakukan sama dan tidak dipandang sebelah mata atau diskriminatif. Pada dasarnya, mereka penyandang disabilitas mempunyai hak sama yang sudah diatur undang-undang. Namun faktanya, berbagai pelayanan jasa di masyarakat masih ditemukan tidak ramah terhadap difabel. Tengok saja, transportasi umum seperti kereta api yang tidak tersedia toilet khusus penyandang disabilitas. Tidak jauh berbeda juga akses transportasi, seperti bus Trans Jakarta atau commuter line yang dinilai tidak ramah para disabilitas.

Faisal Rusdi, penyandang disabilitas menceritakan, sulitnya bila ingin naik kereta commuter line di stasiun Cikini karena para disabilitas harus naik tangga sampai ke lantai dua karena tidak ada liftnya.” Ini tentu sangat menyulitkan kami," ujarnya.

Tak hanya kesulitan akses, penyandang disabilitas lainnya seperti tunarungu juga merasa kebutuhannya belum diperhatikan oleh pemerintah. Informasi di moda transportasi yang hanya menggunakan suara, sudah pasti menyulitkan mereka. “Kalau naik Transjakarta buat teman-teman tuli, mereka tidak mendengar karena belum tersedia teks berjalan. Jadi tidak tahu sudah sampai dimana," kata Faisal.

Berangkat dari kesulitan teman-teman disabilitas mendapatkan transportasi umum yang ramah dan nyaman, Triyono Utama (35) yang juga penyandang disabilitas sukses menghadirkan ojek Difa di Yogyakarta dan diklaim pertama di dunia. Dirinya mengerti betul bagaimana susahnya 'bertarung di jalan raya'.”Hanya segelintir bus yang mau berhenti. Belum lagi ketika kita turun, belum sempat kaki menginjak, bus sudah jalan. Berapa puluh yang jatuh? Saya juga pernah juga jatuh. Dari mana segi nyamannya untuk kita?" katanya.

Ojek Difa yang dirintisnya sejak Desember 2015, kini telah memiliki 15 unit dan ojek difa sendiri telah dimodifikasi dengan tambahan bangku di samping yang memang dikhususkan untuk mengantar jemput para difabel dan uniknya para pengendaranya pun orang-orang yang punya kebutuhan khusus. Ojek difa yang dirintis Triyono, dimaksudkan untuk memberikan akses luas bagi difabel untuk mendapatkan lapangan kerja. Pasalnya, suka tidak suka saat ini dunia lapangan kerja masih belum memberikan kesempatan yang sama bagi kaum difabel.

Dirinya pun memiliki pengalaman pahit sebagai disabilitas, dimana ditolak masuk sekolah dasar dua kali bukan karena keterbatasan IQ rendah atau tidak bisa membaca dan tulis.“Penjelasan pihak sekolah menolak saya karena bobot berat badan kurang dan setelah ditelusuri ternyata alasan lainnya adalah difabel. Hal yang bikin kecewa saya disuruh masuk sekolah luar biasa,”cerita Triyono.

Padahal, lanjutnya, dirinya mampu menangkap pelajaran sama seperti siswa lainnya. Apalagi selepas ayahnya pulang kerja selalu membawa majalah yang selalu dilahapnya untuk membaca. Ya, Triyono sendiri terlahir normal, namun musibah datang ketika dirinya kecil terjangkit polio yang membuat pertumbuhan kakinya tidak sempurna dan harus menggunakan dua tongkat untuk berjalan. Lantaran keterbatasan fisik yang dialaminya pula, kedua orang tuanya nyaris cerai.

Bahkan ketika dibangku kuliahpun, Triyono masih merasakan layanan yang tidak ramah. Dimana dirinya harus turun naik empat lantai untuk belajar. Melihat masih adanya aspek diskrimnasi terhadap layanan transportasi, sosial ekonomi dan tenaga kerja bagi difabel mendoron Tri untuk memberikan edukasi bagi masyarakat terhadap perlakuan bagi disabilitas lewat ojek difa.

Tri menuturkan, sebanyak 90% uang yang diperoleh diberikan pada pengendara ojek dan hanya 10% disisihkan untuk operasional. Bagi dirinya, ini bukan masalah besar karena bukanlah untung yang dicari, melainkan kesadaraan dan pemahaman agar orang-orang umum bisa lebih mengerti kebutuhan difabel. Sejak peluncuran ojek ini, tak sedikit turis dan orang-orang biasa yang menggunakan jasa mereka.”Jadi Difa ini juga untuk kampanye, kita tidak boleh saling mengucilkan, kita bisa saling melayani. Kamu bilang kamu 'normal' hari ini, besok kamu bisa jadi difabel juga, dengan adanya kampanye ini, rasa kasih sayang akan terbentuk." katanya.

Triyono mengakui bahwa banyak dari mereka awalnya memakai jasa ojek difabel karena didasari pada rasa kasihan. Tapi menurutnya itu tidak masalah."Anda mau pesan pertama kali dengan rasa kasihan pun ndak masalah. Tetapi saya jamin besoknya pasti Anda beda ngomongnya. Kok nyaman ya? Yang terpenting dari kasihan kamu ini berubah jadi kebanggaan, jadi prestise tersendiri bahwa ternyata naik ojek ini betul-betul enak dan tak sekadar apa yang kamu anggap remeh dengan kasihan itu."tuturnya.

 

Membangun Kemandirian

 

Melihat kegigihan Tri dalam memberdayakan difabel, mendorong Maybank Foundation bersama PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia) untuk menjadikannya sosok insipiratif dalam membangun kemandirian dan pemberdayaan disabilitas. Lewat program  pemberdayaan ekonomi bagi komunitas penyandang disabilitas bernama “Reach Independence & Sustainable Entrepreneurship” (RISE) di Indonesia, Maybank ingin membangun dan meningkatkan kapabilitas usaha para penyandang disabilitas sehingga dapat memberikan dampak positif bagi komunitas di sekitarnya.  “Dengan peningkatan kapabilitas usaha, para penyandang disabilitas bukan hanya dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi sesama komunitas penyandang disabilitas tetapi juga dapat mempekerjakan orang lain, termasuk masyarakat marjinal sehingga dapat memberikan multiplier effect bagi masyarakat di sekitarnya,”kata CEO Maybank Foundation, Shahril Azuar Jimin. 

Dalam pelaksanaan program ini, Maybank Foundation dan Maybank Indonesia dibantu People Systems Consultancy. RISE sendiri merupakan program pembinaan kewirausahaan (entrepreneur mentorship) dan keuangan kepada para penyandang disabilitas.  Program  ini terdiri dari program pelatihan selama 3 (tiga) hari dan dilanjutkan dengan program mentoring terstruktur kepada para penerima manfaat selama 3-6 (tiga-enam) bulan.  Selama masa pelatihan, para peserta penyandang disabilitas akan dibekali dengan pengetahuan pengelolaan keuangan, strategi pemasaran dan perubahan pola pikir (mindset) dalam mengelola usaha. Kemudian dalam program mentoring, para peserta akan didampingi mentor secara personal untuk meningkatkan pendapatan dan kapasitas usaha.

Sementara Presiden Direktur Maybank Indonesia, Taswin Zakaria menambahkan, pemberdayaan ekonomi merupakan salah satu fokus corporate responsibility Maybank Indonesia.  Selaras dengan misi perusahaan humanising financial services, Maybank Indonesia secara konsisten memberikan perhatian kepada individu maupun komunitas wirausaha penyandang disabilitas dengan berbagai program yang bertujuan untuk meningkatkan semangat pantang menyerah, percaya diri serta meningkatkan keterampilan hingga meningkatkan kapasitas usaha untuk mencapai masa depan yang mandiri dan sejahtera melalui program RISE.  Kami berharap program ini dapat membangun dan meningkatkan kapabilitas usaha mikro-UKM sehingga dapat memberikan dampak positif bagi komunitas di sekitarnya,”ujarnya. 

Di Indonesia, proyek percontohan (pilot project) program RISE dilaksanakan kepada 211 penyandang disabilitas di Jakarta dan Yogyakarta pada 2016.  Serangkaian program pelatihan kemudian dilakukan selama 2017 kepada 94 penyandang disabilitas di Bali, 119 penyandang disabilitas di Tangerang dan 110 penyandang disabilitas di Bogor serta pada 2018 kepada 55 penyandang disabilitas di Yogyakarta serta 99 penyandang disabilitas di Malang.  Dari pelaksanaan pilot project hingga pelaksanaan program yang ditargetkan selesai pada 2019, diproyeksikan untuk menjangkau total 2.200 penerima manfaat di Indonesia.“Sekalipun program ini akan berakhir pada 2019 tetapi saat ini kami sedang mempersiapkan keberlanjutan dari program ini agar nantinya terciptarole model entrepreneur dari kalangan penyandang disabilitas sehingga dapat memacu rekan-rekan lainnya untuk terus berjuang guna mencapai cita-cita yang mereka inginkan,” jelas Taswin.

Berdasarkan survei Nottingham University, dari awal implementasi program hingga Juli 2017, sebanyak 40% peringkat terbaik dari penyandang disabilitas yang mengikuti program ini, telah berhasil memulai atau meningkatkan kapabilitas usaha hingga 351,8%. Dalam implementasi tahap awal, program RISE Maybank Foundation ini telah mendapat pengakuan sebagai inisiatif yang memiliki potensi yang besar untuk membuat perubahan pada kehidupan kaum marjinal.  Pengakuan ini tercermin dari program RISE yang berhasil meraih penghargaan Silver Medal untuk Corporate Social Responsibility (CSR) pada The Global CSR Summit & Awards 2016.

BERITA TERKAIT

Gelar Charity Program di Panti - Sharp Greenerator Tularkan Kepedulian Lingkungan

Membangun kepedulian pada lingkungan sejak dini menjadi komitmen PT Sharp Electronics Indonesia. Kali ini melalui Sharp Greenerator komunitas anak muda…

Melawan Perubahan Iklim dengan Sedekah Pohon

Momentum Ramadan sebagai bulan yang pernuh berkah tidak hanya menyerukan untuk berbagi kepada sesama, tetapi juga pada lingkungan. Hal inilah…

Beri Makna di Ramadhan - BRI Danareksa Bagikan Ratusan Paket Sembako di 8 Kota

Berbagi di bulan suci Ramadhan kepada masyarakat sekitar kembali dilakukan BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan…

BERITA LAINNYA DI CSR

Gelar Charity Program di Panti - Sharp Greenerator Tularkan Kepedulian Lingkungan

Membangun kepedulian pada lingkungan sejak dini menjadi komitmen PT Sharp Electronics Indonesia. Kali ini melalui Sharp Greenerator komunitas anak muda…

Melawan Perubahan Iklim dengan Sedekah Pohon

Momentum Ramadan sebagai bulan yang pernuh berkah tidak hanya menyerukan untuk berbagi kepada sesama, tetapi juga pada lingkungan. Hal inilah…

Beri Makna di Ramadhan - BRI Danareksa Bagikan Ratusan Paket Sembako di 8 Kota

Berbagi di bulan suci Ramadhan kepada masyarakat sekitar kembali dilakukan BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan…