Niaga Regional - ASEAN Jadi Pasar Potensial Produk Manufaktur

NERACA

Jakarta – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, ASEAN merupakan mesin kedua terbesar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dunia, setelah kontribusi dari China. Kawasan Asia Tenggara yang memiliki lebih dari 500 juta jiwa penduduk ini, dinilai menjadi pasar potensial dalam membangun basis produksi manufaktur.

“Indonesia merupakan negara terbesar di ASEAN, ekonominya sudah masuk dalam klub USD1 triliun, atau sepertiga dari ekonominya ASEAN,” ujarnya, sebagaimana disalin dari siaran resmi. Sementara, jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi, Indonesia mampu mencapai 5,2 persen atau di atas rata-rata perolehan ASEAN sebesar 5,1 persen. Artinya, Indonesia berperan penting dalam memacu perekonomian di ASEAN.

Saat ini, perekonomian sedang dipengaruhi dengan peningkatan tenaga kerja kelas menengah, yang bisa dimanfaatkan sebagai potensi dari sumber daya manusia (SDM) dan pasar baru. Apalagi, Indonesia akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030.

“Bonus demografi akan jadi penggerak utama ekonomi. Di negara lain seperti Jepang, saat bonus demografi, ekonominya tumbuh 5 persen. Tetapi sesudah lepas dari masa itu, turun menjadi 0,9 persen. China sekarang sudah mulai melewati, maka pertumbuhannya jadi 6,9 persen, yang sebelumnya sampai 9 persen,” papar Airlangga.

Untuk itu, menurut Menperin, kekuatan SDM Indonesia juga terletak pada jumlah mahasiswa. Para generasi muda ini diharapkan dapat mengambil kesempatan dengan meningkatkan kemampuan dan kreativitas terutama di bidang digital. “Ini menjadi pekerjaan kita bersama, dari sektor pendidikan khususnya perguruan tinggi untuk menghasilkan SDM yang berkompetensi agar mampu mencipatakan inovasi,” tuturnya.

Kemenperin telah meluncurkan program pendidikan vokasi yang mengusung konsep link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri di beberapa wilayah di Indonesia. Selain itu, Kemenperin juga mendorong pembangunan technopark untuk menumbuhkan startup dalam negeri.

“Kami memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk berkreasi. Nanti produk yang dihasilkan mahasiswa, dihubungkan dengan fintech. Kemenperin sudah membuat inkubasi tersebut, seperti di Bali. Dengan berbagai fasilitas yang disediakan, talent-talent bisa muncul. Karena startup butuh pasar besar, di Asean potensinya hanya di Indonesia,” ungkap Airlangga.

Sementara itu, sebelumnya, Indonesia dinilai sudah menjadi basis produksi manufaktur terbesar di ASEAN. Hal ini seiring dengan upaya pemerintah saat ini yang ingin mentransformasi ekonomi agar fokus terhadap pengembangan industri pengolahan nonmigas.

“Jadi, kita telah menggeser dari commodity based ke manufactured based,” tegas Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. Manufaktur menjadi kunci penting guna memacu perekonomian nasional karena lebih produktif dan memberikan efek berantai yang luas.

Menurut Menperin, industri mampu meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, menyerap banyak tenaga kerja, menghasilkan devisa dari ekspor, serta penyumbang terbesar dari pajak dan cukai. “Jangan sampai kita terus mengekspor sumber daya alam mentah kita tanpa pengolahan,” ujarnya.

Apabila dilihat dari sisi pertumbuhan manufacturing value added (MVA), Indonesia menempati posisi tertinggi di antara negara-negara di ASEAN. MVA Indonesia mampu mencapai 4,84 persen, sedangkan di ASEAN berkisar 4,5 persen. Di tingkat global, Indonesia saat ini berada di peringkat ke-9 dunia.

“Ekonomi Indonesia berbeda dengan negara ASEAN yang lain, disebabkan sekarang Indonesia sudah masuk dalam one trillion dollar club,” jelas Airlangga. Untuk itu, pemerintah menitikberatkan pada pendekatan rantai pasok industri nasional agar lebih berdaya saing di tingkat domestik, regional, dan global.

“Ekonomi bergeser ke pasifik. Di Jepang manufakturnya sekitar 0,2 persen karena basis produksinya di luar Jepang,”  kata Menperin. Langkah pemerintah Indonesia yang sedang mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dengan menggenjot sektor industri manufaktur juga dilakukan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara, seperti Filipina dan Vietnam.

“Bahkan, beberapa negara ASEAN sudah membuat roadmap Industry 4.0. Kita juga catching up di era ekonomi digital ini,” imbuhnya. Menurut Menteri Airlangga, kekuatan ekonomi Indonesia 80 persen berbasis pasar dalam negeri dan sisanya ekspor. Hal ini tidak sama dengan Singapura atau Vietnam yang hampir keseluruhannya berorientasi ekspor.

“Perbedaannya, kita punya domestic market yang besar. Ini aset penting kita, selain orientasi ekspor juga perlu menjaga potensi domestik,” tuturnya. Terlebih lagi, peluang ekspor industri manufaktur nasional masih terbuka lebar khususnya ke pasar ASEAN.

BERITA TERKAIT

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…