Kandidat Lama Bertarung

 

Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi  

Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo

Jokowi sudah dipastikan maju lagi di pilpres 2019 setelah PDI-P resmi menngusungnya melalui hak prerogratif Ketua PDI-P Megawati kemarin di Bali. Bahkan sejumlah parpol juga telah memutuskan kebulatan tekad mendukung Jokowi maju di pilpres. Yang justru menjadi pertanyaan bukan siapa cawapres pendamping Jokowi jilid II, tetapi justru siapa penantang Jokowi di pilpres 2019? Dari sejumlah nama, ternyata hanya Prabowo yang diyakini bisa bertarung melawan Jokowi dan jika ini terjadi maka terjadi pengulangan di pilpres 5 tahun yang lalu. Artinya, jika pilpres 2019 nantinya hanya dua kandidat maka pertarungan Jokowi vs Prabowo jilid II tidaklah seru karena secara matematis sudah bisa ditebak siapa pemenangnya.

Argumen diatas tentunya tidak sepenuhnya benar karena politik adalah dinamis dan bisa saja berubah drastis dalam sekejap karena dipengaruhi banyak faktor dan situasi. Hal ini sama kasusnya dengan koalisi parpol karena sejatinya tidak ada koalisi sejati yang bisa permanen tapi koalisi berdasar kepentingan untung – rugi atau rugi – laba tergantung sisi kepentingan semua pihak bukan hanya satu atau dua pihak saja. Oleh karena itu jika saja nanti di pilpres 2019 benar-benar terjadi pertarungan Jokowi vs Prabowo maka dinamika pilpres kurang seru. Di sisi lain, sejumlah tokoh yang disebut misalnya AHY, Gatot atau yang lainnya nampaknya tidak bernyali untuk bertarung melawan Jokowi. Jadi ibaratnya Jokowi jilid II tinggal menunggu waktu saja.

Yakinkah dengan edisi Jokowi jilid II? Bisa Ya dan juga bisa Tidak. Masih ada waktu bagi kandidat lawan Jokowi untuk menentukan strategi jitu dan tepat untuk mendulang suarau di pilpres 2019. Tentu saja strategi itu bukan sekedar hitungan matematis di atas kertas mengacu elektabilitas saja, tapi juga harus taktis karena Jokowi sebagai kandidat di pilpres 2019 memiliki kekuatan yang luar biasa. Betapa tidak, dulu ketika akan maju menggunakan pencitraan mobil nasional Esemka dan sukses. Kini untuk menuju pilpres 2019 Jokowi juga melakukan pencitraan dengan membangun infrastruktur dari Sabang sampai Merauke, meski akhirnya banyak terjadi kasus infrastruktur yang ambruk.

Terlepas dari berbagai problem dibalik ambruknya sejumlah proyek infrastruktur, yang jelas, sisa waktu sampai pilpres 2019 memungkinkan banyak terjadi perubahan skenario. Paling tidak, kasus pilkada DKI Jakarta bisa menjadi pelajaran betapa kekuatan Ahok – Djarot sebagai petahana dengan prestasi yang tidak sedikit akhirnya tumbang karena isu SARA yang kemudian dimenangkan oleh Anies – Sandi. Artinya, kasus penyerangan sejumlah tokoh agama yang melibatkan sejumlah ‘orang gila’ harus juga dicermati agar kasus ini tidak menjadi delik isu SARA untuk kepentingan pilkada atau pilpres. Tentu aparat harus lebih cerdas mensikapi fenomena ini, terutama untuk menjaga iklim sospol menjelang pilkada serentak dan pilpres 2019.

Fakta lain yang juga perlu dicermati adalah siapapun yang berani menantang Jokowi di pilpres 2019 harus mempunyai nilai lebih yang sangat super karena elektabilitas Jokowi benar-benar diatas angin dan ibarat tinju maka Jokowi tidak perlu lucky blow untuk bisa meng KO lawannya. Bahkan, ibaratnya Jokowi mirip Mike Tyson yang lawanya takut duluan sebelum bertanding dan akhirnya KO. Haruskah terjadi lagi Jokowi vs Prabowo jilid II di pilpres 2019 seperti rematch di tinju dunia? Kita lihat saja dan apakah benar-benar terjadi Jokowi jilid II?

 

BERITA TERKAIT

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

BERITA LAINNYA DI

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…