Pemerintah Daerah Diminta Bentuk Pasukan Siber - Atasi Haox

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menilai seluruh institusi pemerintahan daerah perlu memiliki cyber troops atau pasukan siber untuk menangkal konten negatif atau hoax. "Terpikir oleh saya untuk menyarankan setiap institusi perlu memiliki cyber troops sendiri untuk memproduksi konten yang objektif dan mendidik ," kata Mahfud.

Menurut Mahfud, pasukan siber perlu dimiliki setiap institusi pemerintahan daerah karena saat ini banyak akun-akun yang memproduksi konten berupa ujaran kebencian atau konten negatif lain tanpa disertai data dan fakta. Apalagi sekarang tahun politik, dimana adanya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak.

Ia mencontohkan, dalam kasus sindikat Saracen, sindikat itu dibayar untuk memelintir berita dan memproduksi berita bohong. Sindikat itu amat berbahaya karena berita bohong yang diproduksi juga akan disebarkan para pengguna media sosial lainnya. "Karena seperti kasus Saracen ada yang (memproduksi berita bohong) karena dibayar mahal dan ada yang memang sengaja ingin membuat kekacauan," kata dia.

Oleh sebab itu, setiap humas instansi pemerintah daerah, menurut dia, perlu bekerja sama membentuk pasukan siber dengan generasi muda untuk bersama-sama membuat konten positif dan objektif sebagai penangkal konten negatif yang menyebar. "Karena media sosial tidak bertuan. Sekarang kalau tuannya orang baik-baik dan bisa dikoordinir setiap hari untuk memproduksi konten yang bagus. Setiap ada yang membuat ujaran kebencian atau berita bohong bisa dibantah rame-rame untuk kebaikan kita bersama," tuturnya.

Pada kesempatan sebelumnya, Sekjen Partai Perindo Ahmad Rofiq menilai penyebaran berita-berita bohong dan palsu yang menjurus fitnah (hoax) dalam kontestasi Pilkada 2018 sulit dibasmi. Hoax bisa terus muncul karena ada pihak yang menggunakan segala cara untuk menang.  "Para kandidat kan ingin menang, jadi harus ada yang dijatuhkan," ucap Ahmad Rofiq

Rofiq menilai, meskipun ada lembaga seperti Bawaslu dan KPU, mereka dinilai tidak akan mampu memberangus berita hoax di media sosial. "Seketat apa pun aturan yang dibuat dan dijalankan oleh Bawaslu maupun KPU, tetap tidak bisa membendung," lanjutnya.

Menurut Rofiq, selama ini, belum ada satu lembaga pun yang dapat menimalisir pergerakan berita hoax. Oleh sebab itu, dia sangat tidak yakin pesta demokrasi tanpa berita hoax. Meskipun KPU berencana mewajibkan pasangan calon mendaftarkan akun media sosial mereka, hal itu dinilainya tak akan berdampak maksimal memerangi berita hoax. "Sebab pembuatan sebuah akun medsos itu amat mudah, sehingga sulit untuk membaca pergerakan mereka. Bagi saya, satu akun atau 1.000 akun, tetap saja,"  tandasnya.

Sementara itu, untuk menyikapi berita hoax selama pilkada, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akan gandeng 9 platform media sosial untuk menangkal konten negatif selama Pilkada.  Di antara platform tersebut adalah Twitter, Telegram, BBM, Google, Line, Bigo Live, Live Me, dan Metube. Sementara satu sisanya, masih belum ditentukan antara Facebook atau Instagram.

Menteri Kominfo Rudiantara berharap kerja sama ini dapat membatasi penyebaran konten-konten negative, terutama hoax, terkait Pilkada di media sosial. "Kami sudah bicara dengan 9 platform yang kami anggap mewakili semua platform di Indonesia," ujar Rudi.

Selain itu, Kominfo juga mengajak Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) untuk mencegah dan menangkal konten negatif selama Pilkada. Tak hanya itu, Kominfo juga akan membantu Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dalam penanganan konten negatif terkait Pilkada ini. "Jadi Pilkada di 171 daerah nanti diharapkan membaik, seiring dengan manajemen yang lebih baik di media sosial," tutur Rudiantara.

BERITA TERKAIT

Confluent Umumkan Ketersediaan Confluent Cloud untuk Apache Flink

  Confluent Umumkan Ketersediaan Confluent Cloud untuk Apache Flink NERACA Jakarta – Confluent, Inc. pelopor streaming data, mengumumkan ketersediaan umum…

Hindari Jadi Budak Medsos - Tidak Asal Sharing Informasi Tanpa Ricek

Sejak bangun tidur sampai tidur lagi di alam nyata, sebagian besar warga juga menjadi warga di alam digital lewat jaringan…

Teknologi AI, Kawan atau Lawan?

  Teknologi AI, Kawan atau Lawan?  NERACA Jawa Tengah - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan…

BERITA LAINNYA DI Teknologi

Confluent Umumkan Ketersediaan Confluent Cloud untuk Apache Flink

  Confluent Umumkan Ketersediaan Confluent Cloud untuk Apache Flink NERACA Jakarta – Confluent, Inc. pelopor streaming data, mengumumkan ketersediaan umum…

Hindari Jadi Budak Medsos - Tidak Asal Sharing Informasi Tanpa Ricek

Sejak bangun tidur sampai tidur lagi di alam nyata, sebagian besar warga juga menjadi warga di alam digital lewat jaringan…

Teknologi AI, Kawan atau Lawan?

  Teknologi AI, Kawan atau Lawan?  NERACA Jawa Tengah - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan…