Gelar IPO di Kuartal Tiga 2018 - BTPN Syariah Bakal Lepas Saham 10%

NERACA

Jakarta – Perkuat likuiditas dalam mendanai ekspansi bisnisnya, PT BTPN Syariah dalam waktu bakal melakukan penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO) pada kuartal ketiga 2018. Dalam IPO ini BTPN Syariah akan menawarkan 10% sahamnya ke publik. Arief Harris Tanjung, Direktur BTPN mengatakan, seiring dengan rencana IPO ini bank telah menunjuk Danareksa Sekuritas sebagai penjamin emisi. "Saat ini kami sedang menyiapkan prospektusnya," kata Arief di Jakarta, kemarin.

Sementara Anika Faisal, Sekretaris Perusahaan BTPN bilang, penawaran saham ke publik ini untuk ekspansi dan peningkatan kinerja. Dengan IPO ini diharapkan tata kelola bank bisa lebih baik. Selain dengan IPO bank bisa lebih dalam masuk ke pasar modal misalnya dengan menerbitkan sukuk atau surat utang berbasis syariah.

Sebagai gambaran sepanjang 2017 lalu, BTPN Syariah mencatat kinerja yang cukup bagus. Laba bisnis syariah BTPN ini naik 22% year on year (yoy) menjadi Rp 670 miliar. Selain itu, pembiayaan naik 20% yoy menjadi Rp 6 triliun. Saat ini BTPN Syariah merupakan kategori bank menengah kecil dengan modal inti Rp 2,3 triliun atau masuk BUKU II.

Tahun ini, BTPN sebagai pemegang saham pengendali BTPN Syariah akan meningkatkan jangkauan produk Jenius ke syariah. Jadi nanti BTPN Syariah bisa memasarkan produk digital banking dari induk. Jerry Ng, Direktur Utama Bank BTPN bilang tahun ini bank memproyeksi bisnis syariah bisa tumbuh lebih baik. "Kami ingin BTPN Syariah menjadi perusahaan transparan setelah IPO," kata Jerry dalam kesempatan yang sama.

Sementara induk usaha, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) mencatat penurunan laba sepanjang 2017 sebesar 30% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 1,2 triliun. Penurunan laba ini disebabkan karena adanya tranformasi dan inovasi digital. “Inovasi dan transformasi digital adalah investasi strategis yang berdampak pada profitabilitas janga pendek," kata Jerry Ng.

BTPN mengklaim, tanpa adanya biaya operasional dari pengembangan digital ini laba dari bisnis inti masih tumbuh 6% yoy menjadi Rp 2,4 triliun. Pertumbuhan kinerja ini didorong oleh pertumbuhan kredit selama 2017 sebesar 3% secara yoy menjadi Rp 65,3 triliun. Seiring dengan penyaluran kredit ini NPL atau kualitas kredit terjaga diangka 0,9%.

Pertumbuhan kredit ini didorong oleh penyaluran kredit di segmen kecil dan menengah atau UKM yang naik 25% yoy menjadi Rp 11,6 triliun. Sedangkan untuk bisnis syariah BTPN mencatat kenaikan 21% yoy menjadi Rp 6 trilin. Seiring kenaikan kinerja ini, aset BTPN naik 5% yoy menjasi Rp 95,5 triliun.

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…