Perkuat Likuiditas - BTN Ajukan Utang Bilateral Rp 7 Triliun

NERACA

Jakarta - PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk berencana mengajukan utang bilateral sebesar Rp5 triliun - Rp7 triliun tahun ini untuk mempertebal pendanaan dalam ekspansi bisnis. “Pinjaman bilateral itu merupakan bagian dari rencana pendanaan non-konvensional perseroan yang sebesar Rp18 triliun tahun ini,”ujarnya Direktur Keuangan dan Treasuri BTN, Iman Nugroho Soeko di Jakarta, kemarin.

Disebutkan, perseroan butuh kapasitas pendanaan yang besar, mengingat target bisnis 2018 yang cukup agresif, terlihat dari target pertumbuhan laba yang lebih dari 25% (tahun ke tahun/yoy) dan kredit yang 24% (yoy).”Pinjaman bilateral sekitar Rp5-7 triliun tahun ini, kita masih liat untuk waktu dan apakah dari lokal atau luar," ujar dia.

Selain pinjaman bilateral, BTN mengincar pendanaan non-konvensional untuk sekuritisasi aset sebesar Rp2 triliun, obligasi subdebt Rp2 trilun, sertifikat deposito (NCD) Rp7-9 triliun. Di luar dana non konvensional, BTN pada tahun ini mengincar pertumbuhan Dana Pihak Ketiga sebesar 19-22% dari perolehan 2017 yang sebesar Rp192,9 triliun.

Dari sisi permodalan, BTN berencana untuk menjaga posisi rasio kecukupan modal atau CAR di level 16-18%. Di 2017, BTN meraup laba bersih Rp3,02 triliun atau naik 15,5% dengan pertumbuhan penyaluran kredit naik 21% menjadi Rp164,4 triliun. Tahun ini, perseroan menargetkan laba sangat tinggi.”Net profit kami ini akan menjadi lebih besar lagi. Peningkatannya itu akan lebih besar, 25%. Target NPL (rasio kredit bermasalah) kami yaitu antara 2,3-2,5%," kata Direktur Utama Bank BTN, Maryono.

Peningkatan laba tahun ini akan dikejar dengan target pertumbuhan pembiayaan dan kredit sebesar 22-24 persen, serta target simpanan yang tumbuh 19-22% dengan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) 4,5-5%. Melihat dua tahun ke belakang, BTN sebenarnya telah berhasil membukukan pertumbuhan laba 2016 hingga 41%, kemudian melambat di tahun lalu. 

Meski begitu, Maryono tidak menjelaskan apa yang menyebabkan perlambatan ini. Dia hanya mengatakan, capaian laba 2017 ditopang penyaluran kredit dan pembiayaan yang naik 21,01% menjadi Rp 198,99 triliun. "Capaian tersebut karena berbagai transformasi dan inovasi dalam rangka mendukung program satu juta rumah," ujarnya.

Kredit perumahan Bank BTN memang masih mendominasi komposisi pinjaman bank plat merah tersebut.  Sekitar 90,07% total kredit yang disalurkan BTN tahun lalu adalah KPR. Tahun lalu, kredit perumahan ini tumbuh 21,14% dari tahun sebelumnya menjadi Rp 179,22 triliun. Ini membuat Bank BTN tercatat masih menguasai pasar KPR Indonesia dengan pangsa sebesar 36,3%. Bahkan di segmen KPR Subsidi, 95,42% pasar menjadi miliki Bank BTN. "KPR Subsidi mencatatkan laju pertumbuhan tertinggi sebesar 32,45% dari Rp 56,83 triliun menjadi 75,27 triliun pada 2017," ujar Maryono.

Maryono juga menambahkan bahwa KPR non-subsidi pun tercatat naik 14,62% dari Rp 60,46 triliun menjadi Rp 69,3 triliun. Kredit konstruksi Bank BTN juga naik 18,98% menjadi Rp 26,08 triliun. Kredit perumahan lainnya tercatat senilai Rp 8,56 triliun.

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…