Rencana Kenaikan Tarif Listrik, Ibu-Ibu Menjerit

 

NERACA

 

Jakarta - Pemerintah berencana untuk menambahkan satu komponen lagi dalam acuan tarif dasar listrik. Selain harga minyak dunia, inflasi dan nilai tukar rupiah, pemerintah berencana untuk menambahkan harga batubara menjadi acuan tarif listrik. Hal itu menimbulkan kekhawatiran lantaran harga batubara lagi tinggi sehingga ketika harga batubara naik maka itu akan berimbas kepada tarif dasar listrik yang ikut naik.

Puluhan ibu-ibu menyuarakan kekhawatiran mereka soal rencana kenaikan tarif dasar listrik. Seperti contoh Penggerak PKK di Bintara Jaya, Bekasi Barat, Sri Mulyani berharap agar pemerintah tak menaikkan tarif dasar listrik. Pasalnya itu akan berakibat kepada seluruh masyarakat luas dan diikuti oleh kenaikan barang-barang lainnya.

Sebagai pendidik, Rusilowati Efendi berharap pemerintah mempunyai hati untuk tidak menaikkan tarif listrik. Mengingat pemerintah hanya memastikan untuk tidak menaikkan tarif listrik hingga Maret 2018, setelah itu?. “Seluruh dimensi kehidupan pastinya akan terkerek naik, pasar, rumah tangga bahkan sekolah pun nantinya ikut merasakan kenaikan tarif listrik juga,” ungkap Rusilowati saat ditemui dalam Obrolan Minggu di Jakarta, Ahad (11/2).

Ikut serta dalam penolakan tersebut adalah beberapa ibu yang mempunyai usaha skala kecil. Seperti Sanah yang mempunyai usaha soto mie. Menurut dia, saat ini saja penjualan di warungnya cenderung sepi ditambah lagi dengan rencana pemerintah untuk menaikkan tarif listrik. “Kalau naik, nantinya tidak cuma listrik saja yang naik tapi juga bahan-bahan lainnya akan ikut naik,” ungkap Sanah sekaligus mengaku bahwa setiap bulannya ia harus membayar Rp275 ribu untuk listrik di warungnya.

Sri Sundari yang mempunyai usaha bengkel las skala kecil juga akan terkena dampaknya ketika tarif listrik naik. Pasalnya, usahanya itu amat sangat mengandalkan listrik. “Saya pakai daya yang 3.500 watt dan setiap bulannya membayar Rp2 juta. Awalnya itu saya bayar listrik tak sebesar itu, lalu saya tanyakan kepada petugas PLN dan katanya memang ada kenaikan. Ya mau bagaimana lagi, akan tetapi kita tetap berharap agar pemerintah tak menaikkan tarif listrik,” ucapnya.

Founder Human Capital for Us (HCAUS) Community Mutia Sari Syamsul menegaskan bahwa kebutuhan listrik sudah menjadi kebutuhan pokok yang primer dan sama pentingnya dengan kebutuhan pangan. “Kalau tarif listrik naik, maka tarif lainnya seperti transportasi, ojek, bus hingga kereta akan naik juga. Selain itu juga kebutuhan utama lainnya seperti seragam, alat tulis, buku sekolah, dan buku pelajaran juga akan ikut naik karena semua itu diproduksi mengandalkan listrik,” tukasnya.

Pengaruhi Inflasi

Dalam kesempatan sebelumnya, Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengungkapkan kemungkinan adanya kenaikan tarif listrik bisa mempengaruhi inflasi. Bahkan menurutnya hal tersebut sama seperti dampak jika harga beras naik. "Penyesuaian tarif listrik dampaknya hampir sama dengan kenaikan harga beras yakni sekitar 2,5 sampai 3 persen terhadap inflasi," kata Bhima.

Dia mengatakan hal tersebut bisa saja terjadi karena sensitifitasnya terhadap inflasi cukup besar. Meskipun saat ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan tidak akan menaikan tarif dasar listrik dalam waktu dekat. Sementara itu, jika penyesuaian tarif listrik terjadi karena berdasarkan harga batu bara yang cenderung naik, menurut Bhima akan berpengaruh juga terhadap daya beli masyarakat. "Padahal, daya beli masyarakat terutama kelompok pengeluaran menengah kebawah masih lemah," ujar Bhima.

Untuk itu, Bhima berharap meski saat ini Kementerian ESDM tengah membuat formula baru tapi jangan sampai berpengaruh dengan kenaikan tarif dasar listrik. Paling tidak harga tersebut tidak naik hingga akhir 2018. Solusinya, kata dia, pemerintah bisa melakukan upaya kepada PT PLN (Persero). "Selisih tarif keekonomian listrik dan tarif subsidi ditanggung oleh PLN. Sebagai kompensasi agar keuangan PLN tidak terganggu maka pemerintah bisa menyuntik PMN lebih besar," jelas Bhima.

BERITA TERKAIT

Wujudkan Pendidikan Tinggi untuk Semua, Pemerintah Siapkan Pinjaman Lunak

    NERACA Jakarta – Pemerintah tengah mengkaji pinjaman sangat lunak untuk mahasiswa sebagai solusi pendanaan pendidikan di perguruan tinggi.…

OIKN Klaim Tak Ada Penggusuran dalam Proyek IKN

  NERACA Jakarta – Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara Bambang Susantono menegaskan, tidak ada penggusuran yang dilakukan oleh OIKN kepada…

BI : Kewajiban Neto PII Indonesia Naik di Triwulan IV-2023

    NERACA Jakarta - Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia pada akhir triwulan IV-2023 mencatat kewajiban neto 260,3 miliar dolar…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Sadari Dampak Negatif Internet, Jadilah Anak Muda Bertanggung Jawab

Sadari Dampak Negatif Internet, Jadilah Anak Muda Bertanggung Jawab NERACA Malang - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian…

Lembaga Rating Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

    NERACA   Jakarta - Lembaga pemeringkat Fitch kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada…

Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

    NERACA   Jakarta - Bank Indonesia (BI) menilai surplus neraca perdagangan yang berlanjut pada Februari 2024 menopang ketahanan…