BI : Peluang Pelonggaran Bunga Terbatas

 

NERACA

 

Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menekankan peluang untuk melonggarkan instrumen bunga acuan sudah sangat terbatas di 2018, sehingga Bank Sentral lebih mengandalkan kebijakan makroprudensial, dan instrumen non-bunga untuk memacu pemulihan pertumbuhan ekonomi.

Usai berbicara di Mandiri Investment Forum, Jakarta pada Rabu (7/2), Agus mengatakan otoritas moneter hanya memiliki "peluang tipis" untuk kembali menurunkan suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate dari level saat ini yang sebesar 4,25 persen, karena dinamika ekonomi global yang mengindikasikan kenaikan suku bunga acuan bank sentral negara-negara maju.

"Kita mempertimbangkan ketika negara negara maju sudah menaikkan suku bunganya, ekonominya kian pulih, juga faktor kenaikan harga minyak dunia," ujar Agus. Bank Sentral terakhir kali menurunkan suku bunga acuan pada Oktober 2017, dari 4,5 ke 4,25 persen, karena inflasi yang terus menurun saat itu. Pemangkasan suku bunga acuan itu juga melengkapi pelonggaran moneter yang terbilang agresif oleh BI sejak Desember 2015 hingga Oktober 2017 sebesar 200 basis poin. Namun, penurunan suku bunga acuan itu, belum diikuti dengan penurunan signifikan suku bunga di perbankan.

Saat menjadi pembicara di hadapan 600 investor tersebut, Agus juga mengungkapkan BI hanya akan mengandalkan instrumen non-bunga dan makroprudensial untuk menstimulus pemulihan pertumbuhan ekonomi. Pelonggaran kebijakan makropudensial, kata Agus, di antaranya, akan diberikan pada tahun ini dengan memperluas perhitungan rata-rata Giro Wajib Minimum (GWM-Averaging) ke denominasi valas di bank umum, dan juga rupiah dan valas di bank syariah.

"Besaran GWM Averaging pun dinaikkan menjadi dua persen dari total GWM-Primer 6,5 persen terhadap Dana Pihak Ketiga untuk simpanan rupiah di bank umum," ujarnya. Bank Sentral juga akan menerapkan rasio intermediasi makroprudensial dengan menambah perhitungan pembelian obligasi pada komponen pinjaman yang disalurkan perbankan. Kemudian, penyempurnaan GWM Sekunder untuk menjadi penyangga likuiditas makroprudensial Di sisi lain, Agus juga menyambut baik hasil penilaian IMF melalui Laporan Konsultasi Artikel IV untuk Indonesia 2017.

IMF menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2018 dapat mencapai 5,3 persen dan jangka menengah di 5,6 persen. Di salah satu skenarionya, IMF juga mengungkapkan potensi pertumbuhan Indonesia dapat mencapai 6,5 persen di 2022 jika reformasi struktural perekonomian dan reformasi di bidang lainnya dapat terus berjalan.

Sementara itu, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7-Days Reverse Repo Rate akan tetap berada di level 4,25 persen sepanjang 2018. "Kami memprediksi BI 7-Days Reverse Repo Rate akan stabil di 4,25 persen hingga akhir tahun 2018," kata Kepala Eksekutif LPS Fauzi Ichsan. Fauzi menjelaskan, ada dua alasan utama LPS memproyeksikan bank sentral akan mempertahankan suku bunga acuannya. Alasan pertama yaitu inflasi yang diperkirakan masih akan relatif rendah sepanjang tahun ini. "Perkiraan kita inflasi hingga akhir 2018 3,8 persen," ujar Fauzi.

Sementara itu, alasan kedua yaitu bank sentral dunia yang disebut belum akan menaikkan suku bunga acaunnya secara tajam kendati konsensus analis global menyebutkan suku bunga acuan bank sentral AS The Fed akan naik dari 1,5 persen menjadi 2,25 persen sepanjang 2018. Bank-bank sentra dunia disebut akan mempertahankan suku bunga acuannya karena menilai ekspektasi inflasi masih terkendali, pertumbuhan ekonomi masih dibawah potensi, dan untuk menjaga likuiditas.

Selama 2018, European Central Ban (ECB) diperkirakan akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya di nol persen, Bank of Japan akan mempertahankan suku bunga acuannya di minus 0,1 persen, dan People`s Bank of China di 4,35 persen. "Kenapa kita memantau empat bank sentral tersebut, karena ekonomi Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan Tiongkok, mencakup 68 persen PDB dunia. Memang kita lihat ada risiko kenaikan Fed Fund Rate, namun di sisi lain kita lihat bank sentral besar lainnya akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya," kata Fauzi.

 

BERITA TERKAIT

Pengamat: Aksi Merger-Akuisisi Berpotensi Dorong Industri Asuransi dan Skala Ekonomi Besar

  NERACA Jakarta-Aksi merger-akuisisi perusahaan asuransi dinilai akan menciptakan industri dengan permodalan yang kuat, sehingga turut menopang perekonomian Tanah Air.…

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Pengamat: Aksi Merger-Akuisisi Berpotensi Dorong Industri Asuransi dan Skala Ekonomi Besar

  NERACA Jakarta-Aksi merger-akuisisi perusahaan asuransi dinilai akan menciptakan industri dengan permodalan yang kuat, sehingga turut menopang perekonomian Tanah Air.…

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…