Stimulus Pertumbuhan Konsumsi Penopang Ekonomi 2018

NERACA

Jakarta – Meskipun pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2017 di bawah target dari APBN Perubahan 2017 sebesar 5,2%, namun pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2017 sebesar 5,07% diklaim Badan Pusat Statistik (BSP) tertinggi sejak tahun 2014. Melihat pencapaian tersebut, para ekonom menyakini pertumbuhan ekonomi tahun ini akan jauh lebih baik lagi.

Mandiri Sekuritas (Mansek) menyakini, pertumbuhan ekonomi tahun ini akan semakin baik. Salah satunya adalah karena banyaknya faktor yang dapat menjadi stimulus ekonomi. Chief of Economist Mandiri Sekuritas, Leo Putra Rinaldy mengatakan, stimulus tersebut sebagian besar akan mendorong peningkatan konsumsi. Dimana sektor konsumsi ini, masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi.”Salah satunya kontestasi politik. Di 2018 dari Pilkada serentak saja akan ada perputaran uang Rp 46 triliun. Itu bisa memberi kontribusi 0,2% ke pertumbuhan,"ujarnya di Jakarta, Senin (5/2).

Leo menambahkan, ada 17 provinsi yang akan menggelar Pilkada serentak. Ke-17 provinsi tersebut, lanjutnya, meliputi 66% dari total PDB Indonesia. Apalagi menurut Leo, Pilkada dilaksanakan pada bulan Juni, yakni berdekatan dengan bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Pada saat yang sama, di bulan Juni juga ada gelaran Piala Dunia, yang berpotensi meningkatkan belanja iklan dan konsumsi.”Usai perhelatan politik yakni Pilkada, di Agustus kita ada Asian Games. Juga mulai masuk ke event politik nasional yakni Pilpres dan Pileg yang digelar serentak," tambahnya.

Selain berbagai perhelatan di dalam negeri, yang menurut Leo signifikan sebagai penopang perekonomian nasional adalah ekspor. Salah satunya adalah ekspor komoditas. Dia memaparkan, harga komoditas unggulan ekspor Indonesia menunjukkan tren membaik. "Yang lebih penting, peningkatan ekspor ini bukan hanya dipengaruhi oleh perbaikan harga komoditas. Tapi demand-nya juga naik. Karena perbaikan ekonomi di AS dan Eropa," ucap dia.

Dia menambahkan, tren harga minyak juga naik dan membuat khawatir sejumlah kalangan terkait beban ke APBN. Pada sisi lain, kenaikan harga minyak ini selalu diikuti kenaikan harga komoditas ekspor unggulan Indonesia seperti CPO, batu bara, karet, serta komoditas lainnya.”Jadi seharusnya (dampaknya) positif ke perekonomian nasional," kata Leo.

Keyakinan yang sama juga disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution. Dirinya optimistis perekonomian masih bisa tumbuh sesuai proyeksi pada 2018 yaitu 5,4%, meski ekonomi keseluruhan tahun 2017 hanya tumbuh 5,07%.”Perekonomian pada 2018 akan didukung oleh penyelenggaraan pilkada maupun Asian Games yang meningkatkan kinerja konsumsi LNPRT maupun rumah tangga,”ujarnya.

Selain itu, sektor investasi dan ekspor yang tercatat tumbuh positif pada 2017 bisa ikut memberikan kontribusi kepada kinerja pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2018.”Kita bisa mempertahankan pertumbuhan investasi seperti di 2017 atau lebih baik. Ekspor yang terus tumbuh juga bisa membantu," kata Darmin.

Sementara itu, Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan ekonomi 2017 didukung oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,95%, pembentukan modal tetap bruto tumbuh 6,15% dan konsumsi pemerintah tumbuh 2,14%.”Konsumsi rumah tangga tumbuh karena adanya kenaikan konsumsi pada kelompok kesehatan dan pendidikan, restoran dan hotel serta transportasi dan komunikasi," jelasnya.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga didukung oleh konsumsi LNPRT yang tumbuh 6,91%, ekspor tumbuh 9,09% serta impor tumbuh 8,06%, meski impor ini merupakan faktor pengurang.”Ekspor tumbuh positif sepanjang 2017 karena terjadi kenaikan pada ekspor barang nonmigas seiring meningkatnya perekonomian di negara-negara tujuan ekspor," ujarnya.

Konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi terbesar dalam struktur PDB 2017 yaitu sebesar 56,13%, diikuti pembentukan modal tetap bruto 32,16%, ekspor 20,37%, konsumsi pemerintah 9,1%, konsumsi LNPRT 1,18% dan impor yang menjadi faktor pengurang 19,17%. Menurut lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi 2017 didukung oleh sektor informasi dan komunikasi yang tumbuh 9,81%, diikuti sektor jasa lainnya yang tumbuh 8,66% dan sektor transportasi dan pergudangan yang tumbuh 8,49%. Namun, struktur PDB pada 2017 masih didukung oleh industri pengolahan sebesar 20,16%, sektor pertanian 13,14% dan sektor perdagangan 13,01%. bani

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…