Pentingnya Karakter Bernegoisasi

Oleh : Agus Yuliawan

Pemerhati Ekonomi Syariah

Bernegoisasi dalam berbisnis  sangat penting,  dengan ketrampilan dalam bernegoisasi maka semua tujuan dalam berbisnis  mampu tercapai. Namun sangat disayangkan, selama ini banyak orang yang minim dalam memiliki ketrampilan  bernegoisasi sehigga lemah dalam  dalam nilai tawar berbisnis. Dengan lemahnya daya tawar berbisnis maka sangat minim pula—keuntungan yang diperolehnya. Untuk itu ilmu dalam bernegoisasi itu sangat penting, tapi sangat disayangkan sekali—ilmu tersebut  minim dikenalkan dalam bangku-bangku sekolah yang ada. Wajar sekali jika sejauh ini minim generasi yang memiliki kemampuan negoisator yang sangat ulung.

Pada hal kalau kita menengok kebelakang para tokoh nasional seperti HOS Tjokroaminoto, Soekarno, Hatta dan Agus Salim, mereka adalah para negoisator yang ulung dimasa kemerdekaan. Mereka bisa lihai dalam negoisasi dengan para  penjajah Belanda, karena mereka memiliki karakter bernegoisasi yang baik seperti memiliki wawasan yang luas, kemampuan komunikasi interaksi, memiliki kepercayaan yang kuat, berfikir positif, pandai mengendalikan emosi dan berpenampilan yang baik. Sekali—lagi mereka memiliki kemampuan negoisasi yang baik—karena ada karakter yang kuat yang dimiliki oleh mereka. Karakter yang kuat inilah yang sebenarnya—harus dimiliki oleh para negoisator.

Bahkan, sebelum masa – masa kemerdekaan Indonesia, yang sebelumnya dikenal sebagai kepulauan Nusantara yang terdiri dari kerajaan – kerajaan,  juga mimiliki kemampuan dalam bernegoisasi yang hebat. Terbukti dengan hadirnya kerajaan Sri Wijaya, Majapahit, Demak dll yang pernah mendiami Nusantara tersebut pernah sebagai pusat dalam perdangan dunia. Hal ini dibuktikan dalam sebuah prasasti – prasasti dan benda – benda sejarah yang ada selama ini yang mengnerjemahkan  tentang tingkat peradaban dalam bernegoisasi.  Lantas bagaimanakah—menumbuhkan negoisator yang baik menurut Islam?

Jika mengacu dalam ajaran Islam, proses dialog atau negoisasi Islam dengan tradisi masyarakat diwujudkan dalam mekanisme proses kultural dalam menghadapi negosiasi lokal. Ia tidak diterima apa adanya ketika ditawar oleh khazanah lokal. Di sinilah, Islam dan tradisi masyarakat ditempatkan dalam posisinya yang sejajar untuk berdialog secara kreatif agar salah satunya tidak berada dalam posisi yang subordinat, yang berakibat pada sikap saling melemahkan. Disinilah ajaran Islam sebagai agama yang menyebar ke seluruh penjuru dunia tampil secara kreatif berdialog dengan masyarakat setempat (lokal), berada dalam posisi yang menerima tradisi masyarakat, sekaligus memodifikasinya menjadi budaya baru yang dapat diterima oleh masyarakat setempat dan masih berada di dalam jalur Islam.

Dialog Islam dengan tradisi ini dilakukan dalam semangat negosiasi. Negosisasi merupakan proses menafsirkan sesuatu yang hadir dan menafsirkan dirinya untuk mencari sesuatu yang baru yang dikenal dalam kebudayaan sebagai sesuatu yang hidup. Dalam konteks kultural, masyarakat memiliki kemampuan untuk bernegoisasi dengan caranya masing-masing. Karakter diplomatis inilah yang menjadi “bahan baku” kesuksesan beliau sebagai Nabi Muhammad  dan Rasul dan sebagai negarawan pemersatu umat manusia tidak hanya di kalangan bangsa Arab tapi juga umat muslim secara keseluruhan. Nah dari pemahaman inilah—sebenarnya dalam bernegoisasi berbisnis apapun kita  bisa menempatkan mitra bisa sejajar dengan diri kita dan tidak ada merasa superior sama sekali. Terkadang dalam prakteknya bernegoisasi—diri kita merasa inferior dalam menghadapi mitra, karena diri kita tak memiliki karakter negoisator seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sudah saatnya—diri kita bisa belajar dari apa yang diajarkan oleh baginda Nabi.

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…