Penanaman Modal - Selain Farmasi, RI Incar Investasi India di 3 Sektor

NERACA

Jakarta – Indonesia dan India terus berupaya meningkatkan kerja sama ekonomi yang komprehensif, khususnya melalui peningkatan investasi di sektor industri. Terlebih lagi, hubungan bilateral yang telah berjalan lebih dari 60 tahun ini semakin kuat melalui kemitraan strategis.

“India merupakan mitra yang penting bagi Indonesia. Bapak Presiden Jokowi sudah mengunjungi India pada tahun 2016. Kedua negara juga memiliki visi yang sama untuk membangun industri yang berdaya saing global,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada Perayaan Hari Republik India Ke-69 di Jakarta, disalin dari siaran resmi.

Guna menindaklanjuti kunjungan kerja Presiden Jokowi tersebut, Airlangga menyampakan, dirinya bersama Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita melakukan audiensi dengan Menteri Perindustrian dan Perdagangan India, Nirmala Sitharaman pada Desember 2016.

“Dari hasil pertemuan itu, kami mengharapkan industri India bisa lebih agresif dalam berinvestasi di Indonesia, terutama di sektor baja, mesin tekstil dan otomotif,” ungkap Menperin. Selain ketiga sektor tersebut, India berminat menanamkan modalnya di Indonesia untuk sektor industri bahan farmasi.

Untuk itu, lanjut Airlangga, pemerintah India diharapkan dapat mengirimkan kelompok kerja untuk membantu memetakan kebutuhan industri farmasi di Indonesia. ”Kami juga mendorong adanya pertukaran expert dan penguatan pelatihan vokasi antara Indonesia dengan India khususnya di industri farmasi,” tuturnya.

Menurut Menperin, perdagangan Indonesia-India pada tahun 2017 tumbuh mencapai 43 persen jika dibandingkan 2016. ”Kami berharap, angka tersebut akan terus meningkat di tahun-tahun ke depan. Dan, kami meyakini, masih banyak potensi perdagangan dan investasi yang bisa dieksplorasi oleh kedua negara,” jelasnya.

Dalam upaya meningkatkan kerja sama yang saling menguntungkan, kedua negara perlu memberikan fasilitas dan akses kemudahan bagi perdagangan dan akses pasar. “Hal ini untuk meningkatkan volume perdangangan bilateral dan mengejar keseimbangan neraca perdagangan,” lanjut Menperin.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai total perdagangan bilateral kedua negara pada tahun 2016 mencapai USD 12,9 miliar. Neraca perdagangan Indonesia-India pada tahun 2016 surplus bagi Indonesia sebesar USD 7,2 miliar.

Ekspor Indonesia ke India pada periode Januari-Juni 2017 tercatat sebesar USD 6,9 miliar atau naik 51,22% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai USD 4,5 miliar. Komoditas ekspor andalan Indonesia ke India antara lain adalah minyak kelapa sawit serta turunannya, batubara, bijih tembaga, dan karet alam.

Sementara itu, pada Januari-September 2016, investasi India ke Indonesia berada pada posisi ke-25 dengan nilai realisasi mencapai USD37,76 juta pada 335 proyek. Jumlah ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2015 dengan realisasi investasi mencapai USD33,2 juta pada 145 proyek.

Sebelumnya, diwartakan, industri pengolahan mencatatkan nilai ekspor sepanjang Januari-Desember 2017 sebesar USD125 miliar. Angka tersebut memberikan kontribusi tertinggi hingga 76 persen, dari total nilai ekspor Indonesia yang mencapai USD168,73 miliar. Salah satu faktor penting untuk memacu pertumbuhan industri, yaitu adanya akses kemudahan dalam memperluas pasar, baik di domestik maupun ekspor.

“Jika pasar optimal, produksi bisa maksimal,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, disalin dari siaran resmi. Kementerian Perindustrian mencatat, perolehan ekspor industri tahun lalu sebesar USD125 miliar atau setara Rp1.673 triliun, meningkat jika dibanding tahun-tahun sebelumnya. Terjadi kenaikan sebesar 13,14 persen dari tahun 2016 yang meraih USD110,50 miliar. Sementara itu, capaian ekspor tahun 2015 adalah USD108,60 miliar. “Angka ekspor industri terus meningkat dan diproyeksi akan menjadi USD143,22 miliar pada tahun 2019,” ungkapnya.

Menteri Airlangga menyebutkan, komoditas yang mendominasi lima besar ekspor industri pengolahan sepanjang tahun 2017, yaitu minyak kelapa sawit berkontribusi tinggi terhadap ekspor industri makanan senilai Rp272 triliun, diikuti produk pakaian jadi menyumbangkan Rp90 triliun.

Selanjutnya, produk industri karet, barang karet, serta barang dari karet dan plastik sebesar Rp66 triliun, produk industri barang kimia dan barang dari bahan kimia Rp59 triliun, serta produk industri logam Rp51 triliun. “Saat ini, negara tujuan ekspor utama kita antara lain adalah Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang, India, dan Singapura,” tuturnya.

BERITA TERKAIT

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…

BERITA LAINNYA DI Industri

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…