Risiko Kredit Masih Hambat Target Pertumbuhan

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - Risiko penyaluran kredit (credit at risk) yang masih tinggi pada tahun ini diperkirakan akan membuat perbankan "wait and see" (menunggu dan melihat) untuk menyalurkan pinjaman, kata seorang ekonom senior. Oleh karena itu, target pertumbuhan kredit Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sesuai Rencana Bisnis Bank (RBB) tahun ini yang sebesar 12,2 persen (yoy) dinilai masih sulit tercapai.

"Memang rentang pertumbuhan kredit 10-12 persen (yoy) tetapi bukan tidak mungkin cenderung lebih menengah ke bawah ke 11 persen ke 10 persen," ujar Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Persero Tbk Anton Gunawan di Jakarta, Kamis (1/2). Anton mengatakan "credit at risk" perbankan tahun ini masih berpotensi tinggi, meskipun rasio kredit bermasalah (NPL) sudah menurun ke bawah tiga persen.

Tingginya "credit at risk" itu karena perbankan masih bersusah payah untuk membersihkan aset-aset pinjamannya. Pada Januari 2018 "credit at risk" perbankan masih tinggi yakni sebesar 9,6 persen. "Credit at risk" merupakan indikator yang mencerminkan risiko dari kredit kolektabilitas II sampai V ditambah dengan kredit yang direstrukturisasi.

Selain tingginya "credit at risk", Anton menilai, permintaan kredit juga tidak akan terlalu tinggi karena debitur masih konsolidasi tahun ini sehingga lebih memilih untuk menahan ekspansi. Di sisi lain, berkembang pesatnya pasar obligasi, akan membuat debitur korporasi lebih memilih untuk menerbitkan obligasi agar meraup pendanaan, ketimbang mengajukan kredit ke bank. "Dari sisi permintaan, dan juga pembiayaan korporasi yang banyak lebih ke obligasi juga," ujar dia.

Meskipun "credit at risk" naik, rasio kredit bermasalah sebenarnya menurun menjadi 2,59 persen (gross) di akhir 2017 dibanding 2016 yang sebesar 2,92 persen. Sesuai RBB, OJK melihat kredit akan tumbuh 12,2 persen, sedangkan Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit di 10-12 persen (yoy).

Kepala Riset Samuel Sekuritas Andy Ferdinand melihat, prospek sektor perbankan tahun ini tidak akan jauh berbeda dengan tahun lalu. Program pemerintah di sektor infrastruktur, kredit usaha rakyat (KUR), dan kredit pemilikan rumah (KPR) bisa menjadi pendorong performa kredit perbankan di 2018. "Saya cenderung merekomendasikan saham bank BUMN yang masih akan tertolong program pemerintah," sebutnya.

Menurut Andy, program pemerintah jadi katalis positif bagi emiten bank pelat merah. Sedang bank swasta, ia memandang, kondisinya akan lebih sulit karena tertekan permintaan kredit rendah. Tapi, kualitas kredit di 2018, Andy memproyeksikan, akan lebih baik lantaran ditopang biaya pencadangan yang kemungkinan turun. Di sisi lain, kenaikan harga saham perbankan tahun ini bakal terbatas karena tahun lalu sudah naik cukup signifikan.

Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Filianingsih Hendarta mengaku optimistis mencapai target pertumbuhan kredit pada tahun ini. "Kami optimistis target kredit 2018 bisa tercapai karena NPL sudah turun baik gross maupun net," kata Fili. Sebagai gambaran, NPL bank November 2017 sebesar 2,85% atau membaik dari periode Oktober 2017 2,96%.

Selain NPL sudah turun, BI melihat upaya bank dan korporasi untuk memperbaiki kinerjanya sudah mulai terlihat hasilnya. Target 2018 ini juga didorong oleh kondisi politik pada 2018 ini. Dalam memastikan kondisi likuiditas bisa cukup untuk mencapai target kredit 2018 ini, BI melakukan beberapa pelonggaran. Pelonggaran ini terkait dengan peningkatan Giro Wajib Minimum (GWM) averaging baik di bank umum dan syariah.

Selain itu, BI juga melakukan pelonggaran rasio likuiditas menjadi FFR (financing to funding ratio). Perubahan ini menurut versi BI dinamakan rasio intermediasi makroprudensial (RIM). Dengan perubahan perhitungan rasio likuiditas, maka obligasi perusahaan yang dibeli bank bisa masuk ke penghitungan pembiayaan perbankan. Selain pelonggaran likuiditas dengan RIM, BI juga berencana menambah likuiditas dari penerapan GWM averaging baik rupiah maupun dollar AS.

 

BERITA TERKAIT

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

LinkAja Raih Pendanaan Strategis dari Mitsui

  NERACA Jakarta – LinkAja meraih pendanaan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dalam rangka untuk saling memperkuat…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

LinkAja Raih Pendanaan Strategis dari Mitsui

  NERACA Jakarta – LinkAja meraih pendanaan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dalam rangka untuk saling memperkuat…