PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) memperkirakan laba bersih sepanjang tahun 2017 turun signifikan sekitar 185,10% atau menjadi Rp1,403 triliun dari Rp4 triliun periode tahun sebelumnya.”Walaupun laba bersih diproyeksikan terkoreksi, namun PGN menargetkan dapat mengantongi pendapatan sebesar Rp39,115 triliun pada 2017. Jika dibandingkan dengan perolehan 2016, prognosa tersebut lebih tinggi dari capaian tahun sebelumnya sebesar Rp30 triliun,”kata Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno di Jakarta, kemarin.

Selama tahun lalu, PGN berhasil menyalurkan gas bumi sebanyak 725 MMSFCD dan niaga gas bumi sekitar 771,5 MMSFCD. Pada 2017, PGN memperkirakan ebitda sebesar Rp9,871 triliun dengan aset mencapai Rp86,392 triliun. Posisi ekuitas diproyeksikan Rp43,951 triliun. Pada tahun ini, PGN mencanangkan belanja modal sekitar Rp8,947 triliun.

Rinciannya adalah supporting Rp223,566 miliar, downstream Rp4,656 triliun, infrastruktur gas untuk pembangkit Rp592,525 miliar, serta upstream Rp3,472 triliun. Sebagai informasi, pembentuk holding BUMN minyak dan gas (Migas) dengan ditunjuknya PT Pertamina (Persero) sebagai induk dan PGN sebagai anak usaha bakal mendongkrak aset perseroan.

Kepala Riset Koneksi Kapital, Alfred Nainggolan mengatakan, pembentukan holding ini akan memberikan keuntungan yang besar bagi PGN. Nilai aset dan kinerja keuangan PGN akan meningkat signifikan. engan adanya holding ini Pertagas bisa masuk ke PGAS. Bisa dikatakan, hampir keseluruhan distribusi gas akan bisa masuk ke dalam PGN,” ujarnya.

Aset PGN akan naik signifikan setelah mengambil alih Pertagas. Setelah holding BUMN Migas terbentuk, total aset yang dimiliki PGN akan mencapai Rp 100 triliun hingga Rp 115 triliun, dengan penambahan aset dari Pertagas. Dalam laporan keuangan PGN kuartal III-2017, tercatat total asetnya mencapai US$ 6,31 miliar.