Printer Pertama Dengan Enam Warna - Astragraphia Hadirkan Iridesse Production Press

NERACA

Jakarta – Menjawab kebutuhan pasar akan teknologi printing berbasis digital dengan produksi yang besar, menjadi alasan Astragraphia meluncurkan printer terbarunya, Iridesse Production Press. Perseroan mengklaim alat tersebut merupakan printer pertama di industri percetakan dengan memiliki enam warna. Selain itu, printer ini adalah high-end untuk kalangan profesional.

Printer produksi terbaru dengan print engine enam warna ini mampu mencetak warna-warna spesial termasuk metalik dengan metode single pass, menggunakan tambahan hingga dua dry ink spesial warna emas, silver, bening, dan putih. Ini adalah printer enam warna pertama di industri.

Direktur Utama PT Astra Graphia Tbk, Arifin Pranoto mengatakan, printer terbaru ini dapat mencetak gambar memukau dengan proses cetak warna xerographic. Dry ink spesial ini dapat memperluas berbagai ekspresi, menghasilkan hasil akhir yang premium sehingga dapat menambah nilai pada aktivitas marketing.”Printer yang baru diluncurkan ini memungkinkan lapisan dry ink CMYK untuk diproses di atas lapisan dry ink spesial. Produk baru ini mampu mencetak beberapa warna metalik secara langsung dalam satu proses cetak,”ujarnya di Jakarta, kemarin.

Pada peluncuran printer terbaru ini, Astragraphia menggandeng Komunitas Sastra Lintas Rupa. Komunitas yang berisi sekelompok insan muda kreatif yang menerjemahkan arsip-arsip karya sastra ke dalam media visual. Astragraphia untuk kedua kalinya memberikan dukungan kepada komunitas ini untuk mencetak kartu pos dengan visualisasi dari karya sastra dari arsip tahun 1945. Penjualan ini nantinya dialokasikan untuk pengelolaan Gedung Arsip HB Jassin.“Desain bukan hanya mementingkan keindahan, makna dari tiap desain yang dihasilkan juga perlu dipertimbangkan,” kata Garyanes Yulius.

Melalui kerjasama ini, Satra Lintas Rupa mengajak masyarakat untuk meningkatkan kembali kepedulian terhadap pengelolaan arsip dengan metode yang lebih modern. Khususnya yang terdapat di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin yang berlokasi di Kompleks Taman Ismail Marzuki. Metode yang diterapkan ini diharapkan dapat lebih mudah diterima masyarakat luas karena menggunakan cara yang lebih ringan dan sederhana dalam mengelola informasi.

Tema karya yang diangkat kali ini adalah ekspresi visual dari tahun 1945 yang pada umumnya menceritakan tentang perjuangan bangsa Indonesia menjelang kemerdekaan.”Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin ini biasanya hanya dikunjungi para peminat sastra yang sedang membuat tulisan, misalnya skripsi, essay, atau penelitian lain. Latar belakang tersebut membuat karya dan kebudayaan sastra terlihat konvensional dan kurang menarik,” ujarnya.

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…