Perkuat Stabilitas untuk Antisipasi Kenaikan Bunga AS

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro menekankan pentingnya menjaga stabilitas untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Federal Reserve). "Memang mereka harus melakukan 'rebalancing', jadi pasti ada tekanan terhadap nilai tukar dan memengaruhi 'capital inflow'. Jadi intinya kita harus memperkuat stabilitas makro kita," ujar Bambang di Jakarta, akhir pekan kemarin.

Tingkat suku bunga acuan The Fed atau Fed Fund Rate diperkirakan akan meningkat pada tahun ini. Setelah naik 25 basis poin ke kisaran 1,5 persen pada Desember 2017, konsensus analis global menyebutkan Fed Fund Rate akan naik menjadi 2,25 persen sepanjang 2018. "Stabilitas itu tetap penting. Itu yang bisa menjaga kita dari 'turbulence' akibat kenaikan Fed Fund Rate tadi," kata Bambang.

Sebelumnya, pada pertengahan Januari lalu, Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga acuan "7 Days Reverse Repo Rate" sebesar 4,25 persen untuk keempat kalinya secara beruntun. BI juga mempertahankan suku bunga simpanan dana di BI (deposit ficility) dan suku bunga pinjaman dari BI (lending facility) masing-masing 3,5 persen dan 5,0 persen.

Bank sentral mengklaim, ditahannya suku bunga acuan yaitu mempertimbangkan stabilitas ekonomi dan percepatan pemulihan pertumbuhan, di tengah meningkatnya tekanan inflasi karena harga pangan. Sementara itu, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7-Days Reverse Repo Rate akan tetap berada di level 4,25 persen sepanjang 2018. Ada dua alasan utama LPS memproyeksikan bank sentral akan mempertahankan suku bunga acuannya. Alasan pertama yaitu inflasi yang diperkirakan masih akan relatif rendah sepanjang tahun ini. Alasan kedua yaitu bank sentral dunia yang disebut belum akan menaikkan suku bunga acaunnya secara tajam.

Bank-bank sentral dunia disebut akan mempertahankan suku bunga acuannya karena menilai ekspektasi inflasi masih terkendali, pertumbuhan ekonomi masih dibawah potensi, dan untuk menjaga likuiditas. Selama 2018, European Central Ban (ECB) diperkirakan akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya di nol persen, Bank of Japan akan mempertahankan suku bunga acuannya di minus 0,1 persen, dan People`s Bank of China di 4,35 persen.

BERITA TERKAIT

Kredit Perbankan Meningkat 12,40%

    NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengatakan kredit perbankan meningkat 12,40 persen secara year on year (yoy) pada triwulan I-2024,…

Bank Saqu Catat Jumlah Nasabah Capai 500 Ribu

    NERACA Jakarta – Layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) yaitu Bank Saqu mencatat jumlah nasabah…

Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD untuk Dukung Transaksi Non Tunai

    NERACA Jakarta – Bank DKI menggandeng komunitas Mini 4WD untuk memperkenalkan aplikasi JakOne Mobile sebagai upaya mendukung penerapan…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Kredit Perbankan Meningkat 12,40%

    NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengatakan kredit perbankan meningkat 12,40 persen secara year on year (yoy) pada triwulan I-2024,…

Bank Saqu Catat Jumlah Nasabah Capai 500 Ribu

    NERACA Jakarta – Layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) yaitu Bank Saqu mencatat jumlah nasabah…

Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD untuk Dukung Transaksi Non Tunai

    NERACA Jakarta – Bank DKI menggandeng komunitas Mini 4WD untuk memperkenalkan aplikasi JakOne Mobile sebagai upaya mendukung penerapan…